Bisnis.com, JAKARTA - Memulai bisnis ikan sidat menjadi peluang cuan yang menggiurkan. Sebab, masyarakat Indonesia terkejut atas fakta Cilacap menjadi produsen sidat atau unagi untuk negara Jepang.
Informasi menarik juga datang dari salah satu pengguna Twitter yang mengatakan sejumlah brand F&B terkenal, seperti Sushi Tei hingga Sushi Tengoku mendapatkan pasokan unagi dari Cilacap.
“Sekedar info saja Sushi Tei, Sushi Tengoku, dan lain-lain unaginya produksi Cilacap ini. Mereka juga ekspor ke Jepang," tulis @PartaiSocmed pada Minggu (28/5/2023).
CEO PT Baba Mentari Nusantara Teuku Ria Fahriza, yang beroperasi di Pasar Minggu, Jakarta Selatan pun memaparkan alasan yang membuat ikan sidat memiliki harga jual yang tinggi hingga Rp200.00, salah satunya akibat tingkat keberhasilan pembudidayaan yang sangat rendah.
Menurutnya, ikan sidat memiliki siklus hidup yang unik, di mana mereka melakukan migrasi antara perairan air tawar dan air asin untuk berbagai tahapan kehidupan.
Pada tahap pemijahan alias proses reproduksi, ikan sidat biasanya memilih air asin, seperti laut dalam, sebagai tempat pemijahan awal.
Setelah itu, larva ikan sidat yang menetas akan bergerak ke arah muara, yaitu daerah di mana sungai bertemu dengan laut atau air asin. Di muara, mereka akan mengubah lingkungan air dari air asin menjadi air tawar yang lebih dangkal.
"Nah tantangannya di sini, karena sidat merupakan spesies yang memiliki kebutuhan lingkungan yang khusus. maka kita harus mengontrol suhu, salinitas (kadar garam), dan oksigen, di sini yang biasanya banyak orang gagal,” ujarnya.
Dirinya pun menyampaikan, proses ini memakan waktu lama, biasanya dua tahun, dibandingkan dengan lele yang hanya membutuhkan tiga bulan.
“Karena proses yang panjang dan rumit, jumlah pelaku bisnis ikan sidat masih terbatas, dan pemahaman dari pembeli lokal juga belum cukup,” ujarnya dikutip dari Nexport Media, Senin (29/5/2023).
Lantas, seperti apa kiat dalam pembudidayaan ikan sidat skala rumahan?
Kang Wisnu owner dari Sidat Perkasa Nusantara membagikan berapa modal yang dihabiskan dan urutan budidaya sidat mulai dari fase glass eel (paling kecil) hingga fase siap jual atau konsumsi.
1. Penangkapan bibit ikan sidat
Penangkapan bibit sidat pada fase Glass Eel umumnya dilakukan di perairan sungai yang berbatasan dengan laut.
Tahap ini merupakan langkah awal dalam budidaya sidat, di mana sidat yang berukuran sangat kecil dan rentan perlu mendapatkan perawatan dan kondisi lingkungan yang optimal untuk pertumbuhan yang baik.
Risiko paling besar ada di tahap ini, dari penangkapan, lalu ditampung kemudian saat berada di transport semua berisiko. Jadi perlakuannya harus hati-hati.
"Lebih baik untuk terjun sendiri atau bekerja sama dengan pihak yang sudah dipercaya,” ujarnya dikutip dari Tanilink TV.
Fase Glass Eel sendiri adalah tahap awal dalam budidaya ikan sidat. Pada tahap ini, ikan sidat memiliki ukuran yang sangat kecil dan transparan, mirip dengan seutas kaca (glass).
Biasanya bibit sidat berusia sekitar seminggu. Mereka yang diperoleh dari hasil tangkapan alam oleh nelayan perlu melewati proses adaptasi sebelum dapat tumbuh dan berkembang di lingkungan budidaya.
“Selama tahap ini, pakan yang diberikan kepada sidat dapat berupa cacing sutra atau artemia,” tambahnya.
Pada tiga minggu pertama, sidat dalam fase Glass Eel membutuhkan perhatian khusus terhadap suhu air antara 26 hingga 30 derajat celcius.
Pembudidaya harus memantau dan mengendalikan kualitas air secara teratur, menjaga suhu, salinitas, dan oksigen dalam batas yang optimal. Selain itu, manajemen pakan, kebersihan kolam, dan penanganan yang baik juga diperlukan dalam pembudidayaan sidat.
2. Fase Elver
Pada tahap dua, ikan sidat berada dalam fase Elver, istilah yang digunakan untuk menyebut ikan sidat yang telah tumbuh sedikit lebih besar setelah melewati fase Glass Eel.
Dalam tahap ini, ikan sidat Elver diberikan pakan berupa pasta. Namun, ada risiko bahwa pakan tersebut dapat jatuh ke dasar kolam.
“Untuk mengatasi hal ini, biasanya digunakan ikan nila sebagai pembersih nafsu makan sidat. Nila membantu membersihkan sisa pakan yang jatuh dan membantu menjaga kebersihan kolam,” ujar Wisnu.
Selain itu, baginya nila juga memberikan manfaat tertentu bagi sidat, seperti membantu menjaga kualitas air dengan memakan sisa-sisa pakan.
Penggunaan nila juga bukan atas pertimbangan yang asal, karena ikan nila dinilai memiliki enzim tertentu yang bisa diambil manfaatnya dalam proses pemberian pakan kepada sidat.
“Dengan menggunakan ikan nila, enzim yang diperlukan dapat diperoleh secara alami untuk membantu proses pencernaan sidat,” ujarnya.
3. Pembesaran sidat
Setelah melewati tahap Elver, sidat dipindahkan ke kolam yang dirancang khusus untuk tahap pembesaran. Kolam ini memiliki ukuran yang sesuai dengan jumlah sidat yang akan dipelihara.
Pada tahap ini, sidat diberi pakan berupa pellet khusus yang mengandung protein minimal 40 persen. Pakan pellet merupakan pilihan yang baik karena kandungan nutrisinya dapat memenuhi kebutuhan pertumbuhan sidat dengan baik.
Meskipun sidat dapat hidup baik di air tawar maupun air asin, tetap penting untuk menjaga kualitas air dalam kolam pembesaran dengan melakukan pergantian air dan menghindari penumpukan zat-zat limbah yang dapat mempengaruhi kesehatan sidat.
4. Proses panen ikan sidat
Proses pemanenan sidat setelah mencapai ukuran yang siap untuk dipanen. Jika pemanenan sidat dilakukan secara bertahap, hal pertama yang dilakukan adalah memberikan pakan untuk memancing sidat agar lebih aktif.
Pakan ini dapat menarik perhatian sidat dan membuatnya berkumpul di area yang ditentukan. Setelah sidat berkumpul, sidat dengan ukuran yang diinginkan dapat dipisahkan dan dipindahkan ke tempat penampungan yang sudah dilengkapi dengan aerator untuk menjaga kondisi air.
Sedangkan, jika pemanenan sidat dilakukan secara serentak dalam satu kolam, langkah pertama adalah mengurangi air dalam kolam dengan cara menguras sebagian airnya.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi ruang gerak sidat dan mempermudah proses penangkapan. Setelah itu, sidat dapat digiring ke bak penampungan yang sudah disiapkan.
Modal Budidaya Ikan
Dengan modal Rp5 juta, bagi Wisnu sudah cukup untuk bisa memulai budidaya ini dengan skala rumahan, di mana biaya tersebut sudah bisa membuat 4 kolam terpal beserta peralatan pendukungnya
1. Kolam Budidaya
Dirinya menjelaskan, kolam yang digunakan untuk budidaya sidat pada fase Glass Eel memiliki diameter sekitar 1,5 meter dengan ketinggian kolam sekitar 50 cm dan tinggi air sekitar 20 cm. Kolam ini dapat menampung sekitar 1 kg bibit sidat, yang jumlahnya sekitar 4.000 ekor.
2. Peralatan pendukung
Untuk mengoptimalkan kondisi lingkungan air, peralatan pendukung seperti aerator gelembung dan power head digunakan.
Aerator gelembung berfungsi untuk menghasilkan oksigen tambahan dalam air, sedangkan power head mengatur aliran air dalam kolam. Air yang kotor atau tidak bersih akan disalurkan melalui filter agar kualitas air tetap terjaga.
3. Biaya Pakan
Dalam proses budidaya sidat, dari fase Glass Eel hingga mencapai ukuran konsumsi sekitar 250 gram.
“Jadi dari fase glass eel hingga konsumsi itu biaya pakan sidat perekornya bisa mencapai Rp35.000. Tapi kalau pakai pakan yang bagus bisa Rp60.000 hingga Rp70.000 disesuaikan saja.” ujarnya.