Bisnis.com, JAKARTA -- Bisnis emas hitam membuat para pemainnya bisa mendulang segunung cuan. Salah satunya Eddy Sugianto, pendiri perusahaan batu bara Mandiri Group.
Eddy Sugianto telah berkecimpung sebagai wiraswastawan dan juga bekerja dibidang penjualan sebelum mendirikan Mandiri Group.
Pria kelahiran Pontianak 11 Februari 1946 ini merupakan lulusan Tjheng Qiang Chinese School apda 1962. Eddy mengawali karier dengan bekerja di PT New Safety pada 1974 - 1980.
Kemudian dia memulai bisnisnya di bidang batu bara pada 1981 dengan mendirikan Mandiri Group. Lalu, dia diangkat sebagai komisaris utama Prima Andalan Mandiri atau Mandiri Coal sejak tahun 2005 hingga sekarang.
Dari usahanya menjadi konglomerat batu bara, Forbes mencatat Eddy Sugianto sebagai orang terkaya nomor 32 di Indonesia dengan nilai kekayaan mencapai US$1,2 miliar atau sekitar Rp18 triliun.
Pertumbuhan Mandiri Coal
Sejak berdiri, Mandiri Coal fokus pada pertambangan batu bara. Kemudian, pada tahun 2005 Mandiri Coal mulai melebarkan sayap dengan mendirikan anak usaha dari PT Mandala Karya Prima untuk bergerak di bidang kontraktor tambang batu bara.
Baca Juga
Kemudian, pada 2006, Mandiri Coal kembali mendirikan anak usaha PT Maritim Prima Mandiri untuk bergerak di bidang pelayaran.
Atas kesuksesan di bidang batu bara, Eddy Sugianto kemudian membawa perusahaannya melantai di bursa pada 2021, dengan menerbitkan 355,56 juta lembar saham baru dengan harga Rp1.420 per saham. Dengan demikian Perusahaannya meraup dana segar senilai Rp504,89 miliar.
Bersama sejumlah saudaranya, Eddy Sugianto memimpin Mandiri Group.
Diah Asriningpuri Sugianto sebagai Komisaris Utama MCOL, Handy Glivirgo sebagai Direktur Utama, serta Erita Kasih Tjia, dan Lui Chen Zhi sebagai Direktur MCOL.
Ekspansi Bisnis dan IPO
Tak berhenti di MCOL, Eddy Sugianto kini juga tengah bersiap mengantarkan anak usahanya, PT Mandiri Herindo Adiperkasa Tbk. untuk melantai di bursa dengan kode saham (MAHA).
Perusahaan angkutan batu bara ini akan ditawarkan dengan menetapkan harga per saham senilai Rp118. Artinya, dana segar yang mungkin diperoleh MAHA sebesar Rp491,58 miliar.