Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Profil Michael Saylor, Top Gainer di Tengah Lonjakan Harga Bitcoin

Sosok Michael Saylor, pengusaha asal AS yang jadi Top Gainer di tengah lonjakan harga Bitcoin
Michael Saylor/michael.com
Michael Saylor/michael.com

Bisnis.com, JAKARTA - Harga Bitcoin terus menanjak hingga menembus rekor mencapai puncaknya di atas US$90.000. Hal ini membuat sejumlah taipan di industri kripto makin kaya. 

Salah satu yang meraup keuntungan terbesar adalah MIchael Saylor. Mengutip Forbes, saham perusahaan Saylor, MicroStrategy, yang memiliki simpanan bitcoin perusahaan terbesar di dunia, senilai US$25,6 miliar, naik 464% tahun ini. Padahal, bitcoin sendiri baru naik 110%. 

Kekayaan bersih Saylor, yang sebagian besar terdiri dari bitcoin, dan sahamnya di perusahaan tumbuh sebesar 291% hingga mencapai US$8,8 miliar. 

Lantas siapa Michael Saylor sebenarnya?

Punya nama lengkap Michael J. Saylor, Raja Bitcoin ini lahir di di Lincoln, Nebraska, pada 4 Februari 1965. Dia adalah seorang pengusaha dan eksekutif bisnis asal Amerika. 

Dia mendulang kekayaan dari menjadi ketua eksekutif dan menjadi salah satu pendiri MicroStrategy, sebuah perusahaan yang menyediakan intelijen bisnis, perangkat lunak seluler, dan layanan berbasis cloud.

Seperti dilansir Washingtonian, dia menghabiskan masa kecilnya di berbagai pangkalan Angkatan Udara di seluruh dunia, karena ayahnya adalah seorang sersan mayor kepala Angkatan Udara. 

Pada 1983, Saylor mendaftar di Massachusetts Institute of Technology (MIT) dengan beasiswa penuh dari Air Force Reserve Officers' Training Corps (ROTC). Di sana dia mengambil jurusan ganda yaitu teknik aeronautika & antariksa dan sejarah sains. 

Berkuliah di MIT dan bergabung dengan perkumpulan Theta Delta Chi, juga mempertemukannya dengan calon pendiri MicroStrategy, Sanju Bansal.

Setelah kuliah, dia sempat bekerja di firma konsultan, The Federal Group, Inc. pada 1987, di mana dia mengerjakan pemodelan simulasi komputer untuk sebuah perusahaan integrasi perangkat lunak.

Kemudian, pada 1988, Saylor menjadi konsultan internal di DuPont, di mana dia mengembangkan model komputer untuk membantu perusahaan mengantisipasi perubahan di pasar utamanya. Simulasi tersebut memperkirakan bahwa akan terjadi resesi di banyak pasar utama DuPont pada 1990.

Selanjutnya, menggunakan tabungannya selama bekerja di DuPont, Saylor mendirikan MicroStrategy bersama Sanju Bansal. Perusahaan ini mulai mengembangkan perangkat lunak untuk penambangan data, kemudian fokus pada perangkat lunak untuk intelijen bisnis.

Tak perlu waktu lama, Saylor membawa perusahaannya ke publik pada Juni 1998, dengan penawaran saham perdana sebanyak 4 juta lembar saham dengan harga US$12 per lembar.

Dalam waktu singkat, harga sahamnya naik dua kali lipat pada hari pertama perdagangan. Pada awal 2000, kekayaan bersih Saylor mencapai US$7 miliar, dan Washingtonian melaporkan Saylor adalah orang terkaya di wilayah Washington D.C. saat itu. 

Pada 1996, Saylor dinobatkan sebagai "Pengusaha Teknologi Tinggi Washington Tahun Ini" oleh KPMG, dan pada 1997, Saylor dinobatkan sebagai "Pengusaha Perangkat Lunak Tahun Ini" oleh Ernst & Young. 

Kemudian, tahun berikutnya, Majalah Red Herring mencantumkannya sebagai salah satu dari "10 Pengusaha Teratas untuk tahun 1998", dan Saylor juga tercantum oleh MIT Technology Review sebagai "Inovator di Bawah Usia 35" pada 1999.

Pada 2014, kepemimpinannya dikritik oleh beberapa investor, sehingga Saylor akhirnya memilih mendapat gaji simbolis satu dolar tanpa bonus tunai, tetapi dengan opsi saham.

Menurut Bloomberg, Saylor menggunakan opsi tersebut dengan harga sekitar US$400 juta pada kuartal pertama 2024.

Pada 2022, Saylor meninggalkan posisinya sebagai Kepala Eksekutif MicroStrategy dan menunjuk Phong Le, Presiden perusahaan tersebut sebagai CEO untuk menggantikannya. 

Pada 2024, dia memiliki 1.999.858 saham atau sekitar 10,3% dari total saham perusahaan dan memiliki 53% kekuatan hak suara. 

Terjun ke Dunia Bitcoin

Mengutip laporan Washington Business Journal, pada Juli 2020 Saylor mengumumkan niatnya agar MicroStrategy menjajaki pembelian Bitcoin, emas, atau aset alternatif lainnya alih-alih menyimpan uang tunai. 

Bulan berikutnya, MicroStrategy menggunakan US$250 juta dari persediaan uang tunainya untuk membeli 21.454 Bitcoin.

MicroStrategy kemudian menambahkan US$175 juta Bitcoin ke dalam kepemilikannya pada September 2020 dan US$50 juta lagi pada awal Desember 2020. 

Kemudian, pada 11 Desember 2020, MicroStrategy mengumumkan bahwa mereka telah menjual US$650 juta dalam bentuk obligasi senior konvertibel, mengambil alih utang untuk meningkatkan kepemilikan Bitcoin mereka menjadi lebih dari US$1 miliar. 

Pada 21 Desember 2020, MicroStrategy mengumumkan total kepemilikan mereka mencakup 70.470 bitcoin yang dibeli seharga US$1,125 miliar dengan harga rata-rata US$15.964 per bitcoin.

Kini, per November 2024, kepemilikannya mencakup 252.220 bitcoin yang diperoleh seharga US$9,9 miliar sudah mengalami peningkatan nilai hingga ke US$25,6 miliar.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper