Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sosok di Balik Coklat Hershey yang Kembali Tolak Tawaran Akuisisi Oreo

Sosok filantropi di balik pembuat cokelat, Hershey, yang kembali menolak tawaran akuisisi oleh Mondelez.
Coklat Hershey tolak akuisisi dari perusahaan pemilik Oreo/pexels
Coklat Hershey tolak akuisisi dari perusahaan pemilik Oreo/pexels

Bisnis.com, JAKARTA — Pengendali perusahaan produsen cokelat, Hershey kembali menolak tawaran pengambilalihan awal Mondelez International, induk perusahaan Oreo.

Dilansir Bloomberg, Hershey's disebut menolak tawaran pengambilalihan awal Mondelez International, karena tawaran tersebut terlalu rendah.

Sebelumnya, Bloomberg melaporkan awal pekan ini bahwa Mondelez sedang menjajaki akuisisi produsen cokelat Hershey, yang dapat menciptakan salah satu perusahaan penganan terbesar di dunia.

Namun keputusan tersebut ditolak oleh Hershey Trust Company. Pasalnya suaranya penting untuk berbagai keputusan perusahaan sebagai pemilik kendali suaranya atas produsen cokelat tersebut.

Perusahaan produsen Oreo itu sebelumnya pernah mencoba mengakuisisi Hershey dalam kesepakatan senilai US$23 miliar pada 2016, tetapi tawaran tersebut juga ditolak oleh lembaga tersebut.

Reuters melaporkan bahwa Hershey tidak bersedia untuk melakukan negosiasi kesepakatan dengan tawaran kurang dari US$125 per saham.

The Hershey Trust, yang didirikan oleh pendiri perusahaan lebih dari satu abad yang lalu, adalah organisasi amal yang penerima manfaatnya hanya Sekolah Milton Hershey.

Sosok di Balik Produsen Cokelat Hershey

Di belakang kesuksesan The Hershey's Company sebagai perusahaan cokelat ternama di dunia, ada peran besar Milton Snavely Hershey.

Pria yang lahir di Derry Township, Pennsylvania pada tanggal 13 September 1857 itu memulai mimpinya di dunia cokelat sejak usia 14 tahun.

Pada 1872, Milton menemukan kecintaannya pada pembuatan permen dan menghabiskan empat tahun berikutnya sebagai murid dari ahli pembuat makanan manis Joseph Royer di Lancaster.

Setelah empat tahun mempelajari perdagangan dan pembuatan makanan manis, Milton pindah ke Philadelphia untuk memulai bisnis permen pertamanya yang kemudian bangkrut.

Namun usahanya tak terhenti begitu saja. Pada 1882 Milton pergi ke Denver belajar lagi membuat makanan manis, kali ini membuat karamel dengan susu segar.

Setahun kemudian, Milton kembali ke Lancaster, Pennsylvania, dan menjual karamel buatannya sendiri dari gerobak dorong.

Tiga tahun kemudian, pada 1886 dia mendirikan perusahaan Lancaster Caramel Company. Dari perusahaan tersebut, dia berupaya meluaskan usahanya ke makanan cokelat, hingga pada 1894 dia mendirikan The Hershey Chocolate Company.

Dalam enam tahun, pada 1900, Milton menjual Lancaster Caramel Company dan pada akhir 1900, Milton mulai menjual cokelat batangan pertamanya.

Dengan bisnis cokelatnya yang semakin besar, dia membangun pabrik cokelat yang rampung pada 1905.

Lebih dari sekadar menjual cokelat, dia bersama istrinya Catherine mendirikan Sekolah Industri Hershey pada 1909 untuk menyediakan pendidikan dan kesempatan bagi anak laki-laki yatim piatu di masyarakat.

Namun, setelah Catherine meninggal, Milton menghibahkan seluruh kekayaannya kepada Hershey School Trust pada 1918.

Milton juga mendirikan Yayasan M.S. Hershey untuk menyediakan kesempatan budaya bagi para pekerja dan penduduk di komunitasnya.

Hingga pada 13 Oktober 1945, Milton meninggal pada usia 88 tahun. Namun, kisahnya tak berhenti begitu saja. Warisan pembuat cokelat, filantropis, inovator, dan wirausahawan sosial ini tetap lestari hingga hari ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper