Bisnis.com, JAKARTA -- Membangun bisnis hingga menjadi besar memang bukan hal mudah dan penuh jatuh bangun, terutama di tengah perkembangan teknologi seperti saat ini.
Persaingan e-commerce di dunia, termasuk di Indonesia sendiri sudah sangat besar dan sulit. Seperti salah satu e-commerce asal China, JD.com yang sempat masuk ke Indonesia dengan JD.id.
Setelah 8 tahun berdiri sejak 2015, JD.id harus tutup pada 2023 setelah delapan tahun mencoba turut bersaing dengan sederet e-commerce lokal.
Namun, tumbangnya JD.id di Indonesia tak senada dengan perkembangan JD.com di negara asalnya. Selama bertahun-tahun, JD.com memperkuat bisnisnya dengan menawarkan produk asli secara online dengan harga yang kompetitif dengan layanan pengiriman yang cepat dan berkualitas tinggi.
JD kini tumbuh menjadi peritel nomor 1 secara online dan offline di China dengan pendapatan sebesar US$152,8 miliar pada 2023, bahkan melampaui pesaing besarnya, Alibaba.
Lantas siapa sosok di balik kesuksesan JD.com?
Baca Juga
Dia adalah Liu Qiangdong, atau dikenal dengan nama Richard Liu, yang mendirikan JD.com pada 2004 dan telah membimbing pengembangan dan pertumbuhannya sejak saat itu.
Mengutip Forbes, pria kelahiran 10 Maret 1973 itu menerima gelar sarjana sosiologi dari Renmin University di China pada 1996.
Setelah lulus, Liu bekerja di Japan Life, sebuah perusahaan produk kesehatan Jepang, dan berturut-turut menjabat sebagai direktur komputer, direktur bisnis, dan pengawas logistik.
Dia kemudian memulai langkah berbisnisnya dengan membuka toko ritel untuk menjual gadget elektronik pada 1998. Enam tahun kemudian, karena ada wabah SARS, dia harus mengubah model bisnisnya.
Dia kemudian menutup toko-toko offlinenya saat itu dan memindahkan bisnisnya ke daring. Dia meluncurkan website ritel pertamanya pada 2004.
Selain mulai mengembangkan bisnis, dia juga memperluas wawasan bisnis dan pendidikannya dengan meraih gelar EMBA dari china Europe International Business School pada 2011.
Pada tahun 2005, Liu menerima tawaran untuk menjual JD.com seharga 18 juta yuan, tapi dia menolaknya. Hingga pada 2007, Liu mengerahan strategi kategori penuh untuk JD.com, mengubah model bisnis perusahaan dari menjual barang elektronik konsumen menjadi berbagai macam barang.
Perusahaan tersebut kemudian mulai menjadi salah satu bisnis e-commerce terkemuka di China. JD.com bahkan sempat dibandingkan dengan Amazon karena model bisnis yang serupa, dan Liu disebut sebagai Jeff Bezos dari China karena merintis sendiri usaha ritel yang serupa dengan Bezos.
Pada Januari 2014, JD.com mengajukan permohonan untuk go public di AS. Dari IPO di AS Liu mengumpulkan US$1,8 miliar dengan pencatatan publik di Nasdaq pada Mei di tahun yang sama, dan JD.com menjadi IPO terbesar untuk perusahaan internet China yang diperdagangkan di New York.
Pada 22 Mei 2014, harga saham JD.com naik sekitar 15%, yang membawa JD.com menjadi perusahaan internet terbesar ketiga di dunia berdasarkan pendapatan dan merupakan perusahaan e-commerce terbesar di China.
Liu sendiri saat ini sudah tak mengawasi langsung JD.com sebagai CEO. Dia melepas jabatannya pada 2022 dan kini menjabat sebagai pimpinan dewan dan direktur Jingdong Technology Holding Co., Ltd., JD Health International Inc., dan JD Logistics, Inc.
Mengutip Forbes sampai dengan Maret 2025, Richard Liu juga masih menjadi salah satu orang terkaya di dunia, dengan kekayaan US$7,9 miliar, dan menjadi orang terkaya ke-386 di dunia.