Bisnis.com, JAKARTA - Dulu, merajut dan merenda hanya diidentikan sebagai kegiatan bagi orang tua, tetapi dewasa ini penggemar kerajinan tangan dengan menggunakan benang tersebut hampir digemari oleh semua kalangan.
Berbagai komunitas merajut di kota-kota besar pun terus bermunculan, untuk mewadahi orang-orang yang memiliki hobi sama. Dalam komunitas tersebut mereka biasanya saling membantu mengatasi masalah saat mengerjakan proyek rajutan.
Selain itu, mereka juga berbagi informasi terkait penggunaan bahan baku benang dan jarum, hingga berbagi pola rajutan dan renda yang bisa digunakan untuk membuat berbagai produk.
Semakin meningkatnya jumlah orang yang gemar merajut dan merenda atau knitting dan crocheting, menjadikannya sebuah peluang untuk berbisnis bahan baku rajut tangan, produk-produk hasil rajutan, hingga dibukanya kursus merajut.
Salah satu pemain yang cukup lama berkecimpung dalam bisnis rajut merajut adalah Ajeng Sitoresmi. Perempuan yang berdomisili di Yogyakarta tersebut telah membuka toko peralatan merajut sejak 2008.
Ajeng memulai bisnisnya sejak pertama kali dia belajar merajut secara autodidak. Saat memulai bisnis ini, orang yang menggemari dunia rajut-merajut masih sangat sedikit, terutama di Yogyakarta.
Untuk meningkatkan peminat di dunia merajut, Ajeng pun membuka kelas belajar merajut gratis, sehingga jumlah perajut di Yogyakarya terus bertambah, dan hal itu berdampak terhadap peningkatan penjualan perlengkapan merajut.
Sekarang, Ajeng mengembangkan toko yang diberi nama Poyeng Shop sebagai tempat jual beli perlengkapan merajut, dan Poyeng Custom Handknit untuk jual-beli produk-produk hasil rajutan tangannya.
Saat pertama kali dijalankan, Poyeng membutuhkan modal awal sebesar Rp700.000 yang digunakan untuk membeli benang dan perlengkapan merajut lainnya. Perlengkapan tersebut dibeli langsung dalam jumlah minimal grosir, untuk kebutuhan merajut Poyeng Custom Handknit dan dijual di Poyeng Shop.
Poyeng menjual hampir semua produk yang dibutuhkan para perajut, mulai dari benda-benda kecil seharga Rp1.000-Rp2.000, benang seharga belasan hingga puluhan ribu, dan produk rajutan dengan harga mulai Rp100.000 ke atas.
Semua katalog produk tersebut bisa dilihat dan dibeli secara online melalui website poyenghobby.com, atau konsumen yang berada di daerah Yogyakarta bisa mengunjungi toko Poyeng di Jl. Palagan 132, Sleman.
Sementara itu, Poyeng Custom Handknit menjual berbagai macam produk rajutan tangan sesuai dengan permintaan konsumen. Semua produk dibuat dalam jumlah yang terbatas dan eksklusif.
Untuk memesan produk rajutan buatan Poyeng, konsumen bisa menghubungi Poyeng via email dengan menyertakan model yang diinginkan. Jika model yang diinginkan tidak bisa dibuat secara rajutan, maka Ajeng segera menolaknya.
Setelah itu akan ada diskusi tentang bahan yang digunakan, kompromi model ke knitting, penentuan ukuran produk hingga kesepakatan harga.
Lamanya proses produksi biasanya sesuai dengan tingkat kerumitan hingga kondisi perasaan Ajeng, pasalnya membuat produk rajutan memang membutuhkan konsentrasi tinggi supaya kualitasnya maksimal.
Misalnya, untuk membuat sebuat sweater membutuhkan waktu sekitar 1-2 bulan, sedangkan topi hanya membutuhkan waktu sekitar satu pekan. "Mayoritas pemesan membebaskan waktu pengerjaan dan tidak memberi deadline yang ketat," katanya.
Selama menjalani bisnis ini, kendala utama yang dihadapi Ajeng adalah sulitnya mendapatkan rekan kerja yang memiliki keterampilan merajut yang berkualitas, karena knitting bukan skill yang diajarkan turun-temurun di Indonesia. Hal itu menyebabkan jumlah produk yang bisa dihasilkan dalam sebulan sangat terbatas.
“Produk rajutan yang dibuat Poyeng mayoritas dikerjakan langsung oleh saya. Biasanya desain dari setiap pesanan itu unik dan hanya satu atau dua orang teman yang skill-nya cukup tinggi dan bisa diajak bekerja untuk membantu mengerjakan pesanan,” katanya.
Selain itu, ketidaktahuan masyarakat Indonesia terhadap harga rajutan tangan membuat mereka terkejut dan mengurungkan niat untuk membeli produk-produk handknit dan memilih untuk membeli produk rajutan mesin yang lebih murah.
Saat ini, Ajeng bisa mengantongi omzet rata-rata hingga Rp50 juta tiap bulan dari penjualan perlengkapan merajut dan produk-produk rajutan.
Dalam waktu dekat, Poyeng berencana membuka cabang di tempat lain untuk lebih mendekatkan diri kepada konsumen, selain itu Ajeng juga tengah menyusun strategi untuk mengenalkan Poyeng ke pasar internasional secara online.
Terkait dengan persaingan di dunia merajut saat ini, Ajeng melihat jumlah kompetitor di bidang yang sama masih sangat terbatas, tetapi produk substitusi rajut tangan sudah cukup banyak.
Meski demikian, prospek bisnis di bidang ini masih sangat baik, seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap produk-produk buatan tangan yang eksklusif dan berkualitas.