Bisnis.com, JAKARTA – Meng Wanzhou, CFO Huawei Technologies yang telah ditangkap otoritas Kanada awal bulan ini, bukan eksekutif bisnis biasa.
Sebagai putri pendiri raksasa teknologi asal China tersebut dan kemungkinan bakal pewaris perusahaannya, penangkapan Meng Wanzhou meningkatkan pertaruhan hubungan perdagangan yang sudah rumit antara China dan Amerika Serikat (AS).
Wanita berusia pertengahan 40 tahun ini berayahkan Ren Zhengfei, seorang mantan perencana militer China, dan Meng Jun, putri seorang pejabat pemerintahan senior di Sichuan, China. Dari pernikahan tersebut, Ren juga memiliki anak laki-laki bernama Ren Ping.
Setelah bercerai dengan Meng Jun, Ren Zhengfei menikahi Yao Ling dan memiliki seorang putri, Annabel Yao, seorang mahasiswa ilmu komputer di Harvard University, menurut South China Morning Post.
Huawei didirikan pada 1987 oleh Ren Zhengfei dan selama tiga dekade berikutnya telah berkembang menjadi produsen smartphone dan peralatan telekomunikasi terbesar di Negeri Panda.
Sejak bergabung dengan Huawei lebih dari 20 tahun yang lalu, peran Meng melesat dari sekadar membantu di pameran-pameran penjualan menjadi tokoh sentral dalam kepemimpinan perusahaan. Meski demikian, tetap ada pertanyaan apakah dia akhirnya akan mengambil alih posisi ayahnya nanti.
Baca Juga
Meng, yang memiliki sebutan lain Cathy dan Sabrina, memutuskan untuk menggunakan nama belakang ibunya pada usia 16 tahun.
Meski pernah menimba pengalaman singkat di China Construction Bank setelah lulus kuliah, ia menghabiskan seluruh masa kerjanya di perusahaan yang didirikan sang ayah.
Pada 1997, ia mengambil jeda dalam kariernya untuk meraih gelar master dari Huazhong University of Science and Technology dan kembali satu setengah tahun kemudian untuk diposisikan di departemen keuangan Huawei.
Ada banyak spekulasi di dalam perusahaan dan media setempat bahwa kehadiran Meng dan adik laki-lakinya di Huawei adalah bagian dari perencanaan suksesi ayah mereka.
Ren Ping sempat dipandang kuat bakal menjadi pimpinan berikutnya di Huawei sampai-sampai sang ayah menuliskan surel internal pada 2013, yang dengan tegas menampik spekulasi itu.
Dalam surelnya, Ren Zhengfei menjabarkan sejumlah kualitas yang harus dimiliki seorang penerus perusahaan, termasuk visi, karakter, dan pengetahuan khusus industri.
Kesimpulan dari tulisannya cukup mengagetkan. Menurut Ren Zhengfei, tidak ada satu pun dari anggota keluarganya yang memiliki kualitas tersebut, seperti dilaporkan layanan berita online Sina Tech.
Tak terusik dengan pemberitaan ini, karier Meng justru terus menanjak di Huawei. Pada 2011, perusahaan mengungkapkan posisinya sebagai sebagai direktur eksekutif dan CFO.
Pada Desember 2011, Ren Zhengfei mengungkapkan perihal proses operasi kanker yang sedang dijalaninya dan mengumumkan sistem rotasi untuk eksekutif senior guna mempersiapkan mereka memimpin perusahaan.
Sistem ini dimulai dengan rotasi CEO. Sistem tersebut baru-baru ini beralih ke model baru yang menempatkan Chairman baru setiap enam bulan untuk menjalankan operasi harian perusahaan. Chairman perusahaan saat ini adalah Guo Ping, sedangkan Ren Zhengfei bertindak sebagai CEO perusahaan.
Kemudian pada Maret, Meng menggantikan ayahnya sebagai Vice Chairman. Mengingat perannya ini, penangkapan Meng jelas memicu protes keras dari kedutaan besar China di Kanada, yang juga telah menuntut pembebasannya.
Bisnis pun serta merta meresponsnya. Bursa saham Hong Kong anjlok pada perdagangan Kamis (6/12), sedangkan obligasi dolar Huawei menyentuh rekor level terendahnya lantaran keresahan akan memanasnya tensi perdagangan antara AS dan China.
Setidaknya untuk saat ini, tampak tidak mungkin bagi Meng untuk berpeluang naik ke puncak di perusahaan ayahnya. Sementara itu, sang ayah belum menunjukkan sokongan nyata kepada putrinya di perusahaan itu, ungkap seorang pegawai perusahaan,
Kendati Meng memiliki banyak pengaruh di dalam tim keuangan, keahliannya di area bisnis lainnya dirasa terbatas. Namun seorang mantan pegawai perusahaan menggambarkannya sebagai sosok yang menawan dan elegan.
Tak cuma menawan, Meng juga dikatakan cenderung hidup di bawah sorotan. Ia memilih menjauhi gaya hidup sosialita seperti yang dijalani oleh adik tirinya, terlepas dari kekayaan dan koneksi yang dimiliki keluarga.
“Dia selalu sangat percaya diri dan sangat kompeten,” kata direktur riset Counterpoint Research James Yan, tentang Meng Wanzhou, seperti dilansir dari Bloomberg.
“Penangkapan dan ancaman sanksi merupakan risiko besar bagi perusahaan itu [Huawei], sebagian karena Meng adalah salah satu eksekutif terpentingnya.”