Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

JAKARTA: Ruang kerja Herwidayatmo, Wakil Direktur Utama Bank Permata, pekan lalu terasa sesak menerima lima siswa yang tengah melakukan praktik kerja dan menjalankan perannya sebagai CEO student company.

 

Ditemani Leila Djafaar, Head Corporate Affairs Bank Permata dan sejumlah wartawan, mereka serius berinteraksi dengan bos besar bank itu. Layaknya rapat direksi, Herwidayatmo menanyakan latar belakang bisnis perusahaan yang  mereka bangun satu persatu  di bidang kuliner, kerajinan hingga farmasi.

 

Herwidayatmo dengan serius mendengarkan pertanyaan, keluh kesah maupun keingintahuan mereka. Pria yang memulai karirnya pada tahun 1982  di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam)  dan sempat memimpin sebagai orang nomor satu di Bapepam pada 2000-2004 itu kemudian menjawab pertanyaan sekaligus solusinya.

 

Mantan Deputi Menteri BUMN pada 1998-2000 dan Executive Director World Bank untuk Asia Tenggara pada 2004-2006 ini memang memberikan perhatian  penuh pada acara bertajuk Job Shadow Day , rangkaian program Student Company yang  diselenggarakan Bank Permata bekerja sama dengan Prestasi Junior Indonesia (PJI).

 

Para pelajar itu  belajar langsung di kantornya  bagaimana memimpin karyawan, mengelola perusahaan  dan  kiat-kiat lainnya yang bisa jadi bekal mereka selama satu tahun  ajaran ke depan dalam menjalankan stundent company yang dimulai sejak September 2011 dan akan berakhir pada Juni 2012. Kegiatan ini  sebagai upaya menanamkan mindset wirausaha pada kalangan remaja.

Siswa yang berhadapan dengan Herwidayatmo berasal dari lima sekolah, baik formal maupun non formal. Kelimanya adalah Amira Husna (SMA 79 Jakarta), Putri Oktaviani (Yayasan Sanggar Anak Akar, Kalimalang), Isma Ardiyana (Yayasan Cinta Anak Bangsa, Duta Buntu), Syaifur Rokhim (Yayasan Cinta Anak Bangsa, Petamburan), dan Prayogi Pangestu H (SMK Farmasi Ditkesad).

 

Pria yang memperoleh gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Gajah Mada dan Master of Business Administration dari Saint Mary’s University, Kanada itu tidak segan-segan membimbing peserta yang sulit mengutarakan pertanyaan karena gugup dan masih terkesima bisa belajar langsung dengan Herwidayatmo.

 

Hal pertama yang ingin diketahui Syaifur Rokhim, CEO Petamburan Student Company (PSC) , justru dasar utama yang harus dimiliki seorang pemimpin dan cara memotivasi karyawan untuk memajukan perusahaan bersama. Rupanya dalam praktik sehari-sehari sebagai ‘CEO’ PSC dengan 25 orang anggota, dia sulit menyatukan  minat teman-temannya sendiri.

 

PSC punya bisnis utama membuat kerajinan tangan memanfaatkan limbah botol minuman, sedangkan bisnis sampingan adalah menjual nasi goreng, tapi kurang banyak peminat. Saat ini dia dan teman-temannya mencoba membuat snack ringan seperti makaroni, steak balado yang dijual di lingkungan sekolah dan tempat tinggal.

 

“Teman-teman semangat wirausahanya lemah tapi rajin bertanya berapa penghasilan yang diperoleh. Ada yang tidak mau kerja tapi ngotot untuk ikut dapat uang hasil penjualan,” keluh Syaifur Rakhim.

 

Krisis leadership dan sulit memotivasi teman usaha juga dialami oleh Isma Ardiyana yang memimpin student company Hashigo dan Amira Husna  yang bisnis kerajinan dan di bidang kuliner. Sementara Prayogi Pangestu yang memimpin usaha Biomedifarma yang memproduksi obat dan kosmetika lebih mempersoalkan kebijakan pemerintah dalam soal perizinan.

 

Maklum siswa SMK Farmasi Ditkesad ini bersama teman-temannya sudah memproduksi Medihoney cream untuk menghilangkan jerawat dan Icthyol, salep bisul yang pemasarannya masih terhambat karena lamanya pengurusan  izin  BPOM.

 

Selama satu setengah jam pertemuan, Herwid—panggilannya—mengajak mereka untuk memiliki visi dan misi dulu dalam membangun usaha dan mengerahkan semua yang terlibat dalam usaha itu untuk memiliki tujuan yang sama.

 

 “Memimpin dan memotivasi karyawan memang tidak ada sekolahannya, tapi kalau punya tujuan yang sama ke satu titik atau target yang ingin dicapai maka jalannya lebih mudah. Itu sebabnya perlu ada perencanaan yang matang dalam menjalankan usaha,” jelasnya.

 

Dia lalu menjelaskan bahwa membuat produk  atau menawarkan jasa kuncinya adalah yang dibutuhkan masyarakat.”Mau bisnis apa saja, jangan asal buat yang kita mau tapi yang dicari masyarakat atau dibutuhkan orang dan ada diferensiasinya dengan produk yang sudah di pasaran terlebih dulu ?,” tuturnya.

 

Persaingan yang tinggi, kreativitas dan inovasi dan konsekuensi biaya semua harus diperhitungkan dengan baik. Usaha mikro yang ditangani 25 anak sekaligus juga cerminan usaha yang organisasinya terlalu gemuk sehingga harus dibagi dalam beberapa kelompok usaha saja, sarannya.

 

Syaifur Rokhim tampak puas dengan pertemuan selama satu setengah jam itu. Ilmu yang diperoleh dari perbincangan tersebut dapat diaplikasikan untuk masa depan. "Materi yang saya dapatkan dari Wakil Direktur Utama Bank Permata sangat berguna bukan hanya untuk perusahaan yang saat ini saya jalankan tapi juga untuk masa depan ketika nanti benar-benar memiliki usaha sendiri," ujarnya.

 

Pertemuan singkat dengan Herwidayatmo juga  mengubah persepsi Prayogi Pangestu tentang sosok seorang CEO.

 

"Saya kira, seorang CEO itu sibuk dan menyeramkan tapi ketika bertemu ternyata orangnya santai, kebapakan, dan berwibawa. Kita memang bukan belajar jadi bosnya bank tapi justru leadership yang beliau tularkan," tutur Prayogi.

Yogi, dia begitu biasa disapa, mengatakan, satu hal penting yang dipetik lewat perbincangan tersebut adalah bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik dan berwibawa. "Jadi pemimpin tidak selalu harus tegas dan marah-marah tapi harus bisa memposisikan diri di setiap situasi dan lawan bicara," katanya menjelaskan

 

Leila mengatakan Job Shadow Day sebagai kegiatan CSR atau tanggungjawab sosial perusahaan Bank Permata ini utamanya memang untuk mengasah kepemimpinan dan menanamkan mindset kewirausahaan pada kaula muda.

 

“Sebagian dari mereka datang dari sekolah non formal bahkan ada yang anak jalanan jadi belajar langsung dari CEO sungguhan dari seorang Herwidayatmo memang menjadi peristiwa langka  yang bisa jadi kenangan seumur hidup,” kata Leila.

 

Dia gembira siswa tersebut antusias mendengarkan tuntunan agama, falsafah hidup, perjalanan karir dan kiat-kiat Herwidayatmo dari seorang pegawai pemerintahan menjadi profesional yang harus membawa armadanya untuk menghasilkan profit

 

"Mereka kami berikan modal awal Rp1,5 juta dan bebas mengelola modal tersebut untuk mengembangkan usaha yang mereka buat. Mudah-mudahan menjadi bekal agar mereka dapat menjalankan usaha dengan baik, memperoleh untung bukan buntung.  Kita lihat saja nanti,” kata Leila.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : nurul

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper