Bisnis.com, JAKARTA—Setelah bertugas selama 3 tahun di Indonesia, Duta Besar Amerika Serikat Scot Marciel akan segera merampungkan masa jabatannya dan kembali ke negara asalnya pada pertengahan Juli ini.
Bisnis berkesempatan untuk berbincang dengan Scot di kediamannya mengenai capaiannya selama 3 tahun terakhir dan peluang investasi dan perdagangan yang masih bisa digali di Tanah Air, sehingga dapat memaksimalkan hubungan perekonomian di antara kedua negara. Berikut petikannya.
Sudah berapa lama Anda bertugas di Indonesia?
Sekitar 3 tahun.
Selama periode itu, apa yang telah Anda lakukan untuk memperkuat hubungan ekonomi antara Indonesia dan AS?
Ide keseluruhan tentang hubungan komprehensif kami adalah untuk membawa Indonesia dan AS lebih dekat lagi satu sama lain, termasuk di area
ekonomi.
Jadi saya memfokuskan diri dalam mempromosikan lebih banyak perdagangan dan investasi dua arah.
Saya rasa hubungan perdagangan AS-Indonesia telah meningkat sekitar 30% dalam 3 tahun terakhir.
Akan tetapi, sebenarnya masih banyak yang dapat kita lakukan bersama-sama.
Bagaimana pertumbuhan investasi AS di Indonesia? Apakah sudah cukup memuaskan?
Rasanya kami tidak mengetahui berapa pastinya nilai terkini investasi AS di Indonesia, karena investasi memang bergerak naik-turun setiap kuartalnya, sehingga kami harus menilainya dari periode waktu yang lebih panjang.
Namun yang jelas, kami melihat lebih banyak investasi AS di sini dewasa ini.
Saya senang dengan peningkatan tersebut, tetapi seperti yang telah saya katakan, sebenarnya masih banyak lagi yang dapat kita lakukan bersama-sama.
Saya rasa nilai perdagangan dan investasi [AS di Indonesia] masih belum setinggi yang seharusnya dapat dicapai.
Dengan adanya krisis global seperti saat ini—-resesi di zona euro dan perlambatan di China—apakah hal tersebut memengaruhi upaya AS untuk menggenjot perdagangan dan investasi di Indonesia?
Sebenarnya tidak terlalu. Indonesia masih baik-baik saja.
Perekonomian AS juga masih bertumbuh selama hampir 4 tahun berturut-turut.
Perusahaan-perusahaan AS juga masih melakukan pekerjaan dengan sangat baik dan masih mencetak rekor keuntungan.
Jadi, sektor bisnis AS sangatlah sehat. Demikian pula dengan Indonesia.
Untuk alasan itulah, kami pikir ada banyak peluang. Kami sangat senang karena ada begitu banyak perusahaan AS yang datang ke Indonesia dan perusahaan-perusahaan Indonesia juga mulai berinvestasi di AS.
Bagaimana dengan kabar pertumbuhan ekonomi dalam negeri AS saat ini?
Perekonomian AS terus bertumbuh. Saya rasa, kapan pun ada perlambatan dalam negara berperekonomian besar, seluruh dunia akan terpengaruh.
Sama halnya dengan resesi di zona euro dan perlambatan di China.
Akan tetapi AS masih dapat terus bertumbuh sampai saat ini.
Apakah ada target nilai investasi yang ingin dicapai AS di Indonesia? Jika ya, dari sektor-sektor apa saja?
Terus terang kami tidak memilih sektor-sektor tertentu.
Kami ingin melihat lebih banyak perdagangan dan investasi di semua sektor bagi perusahaan-perusahaan AS.
Jadi tidak ada fokus di sektor tertentu.
Biarkan perusahaan-perusahaan yang menentukannya sendiri.
Bagaimana Anda melihat prospek perekonomian Indonesia dewasa Ini?
Perekonomian Indonesia telah bergerak dengan cukup bagus.
Mungkin saat ini terjadi perlambatan karena dampak dari situasi global.
Menurut saya, terkadang Indonesia masih sedikit tertutup dan sedikit restriktif dalam hal perdagangan dan investasi.
Namun, saya melihat masih ada begitu banyak kesempatan untuk meraih pertumbuhan yang lebih cepat dan membangun keterbukaan.
Jadi, apakah Anda masih melihat proteksionisme sebagai tantangan yang harus dihadapi dalam berinvestasi di Indonesia?
Ya, tentu saja masalah proteksionisme terjadi di seluruh dunia.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada lebih banyak regulasi dan peraturan di Indonesia yang sepertinya membatasi [aktivitas] perdagangan dan investasi.
Dampaknya, beberapa sektor akan terpukul karena kurangnya daya saing. Sebagai mitra, AS terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk mendukung upaya pengurangan proteksionisme.
Berapakah target nilai perdagangan di antara kedua negara?
Data dari Pemerintah AS menunjukkan total perdagangan kita mencapai kisaran US$26 miliar tahun lalu, yang mana sekitar US$18 miliar
adalah impor dari Indonesia dan sekitar US$8 miliar adalah ekspor dari AS.
Jadi Indonesia yang menikmati surplus.
Kami ingin meningkatkan nilai perdagangan. AS tidak terlalu khawatir tentang defisitnya, tetapi kami ingin meneruskan perdagangan dan
meningkatkannya bagi kedua belah pihak.
Dan tentu saja kami ingin menggandakan nilainya dari tahun lalu secepat yang kami bisa.
Akan tetapi, saya tidak akan menetapkan deadline tertentu untuk itu.
Setelah masa tugas Anda di Indonesia selesai, ke mana Anda akan pergi?
Setelah ini saya akan kembali ke Washington DC dan melanjutkan tugas di kantor pusat Departemen Luar Negeri AS.
Apakah Anda masih memiliki pekerjaan rumah yang harus diteruskan oleh pengganti Anda selaku Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia?
Sebenarnya apa yang telah berusaha saya lakukan selama 3 tahun terakhir adalah untuk meningkat kan hubungan di antara warga Indonesia dan AS.
Bukan sekadar hubungan antarpemerintah, melainkan juga antarpelajar, universitas, komunitas bisnis, ilmuwan, dan sebagainya.
Tentu saja ini adalah perjuangan berjangka panjang dan bukan sesuatu yang dapat dicapai hanya dalam beberapa tahun.
Nantinya, penerus saya akan mempunyai fokusnya sendiri.
Akan tetapi, saya yakin akan lebih banyak upaya untuk meningkatkan hubungan antarpelajar, promosi bisnis, dan kerja sama di bidang lingkungan, energi, ilmu pengetahuan, dan kesehatan.
Sejauh ini kami telah mencetak begitu banyak pencapaian, tetapi tentu saja masih ada banyak hal yang harus kami lakukan.
Apakah ada program tertentu yang belum atau harus diselesaikan sebelum kepergian Anda?
Kedutaan Besar AS untuk Indonesia telah melakukan banyak program sejauh ini dan kami masih melanjutkannya.
Mungkin tidak akan ada program baru yang akan dibuat dalam beberapa hari sebelum kepergian saya.
Satu hal yang ingin saya garisbawahi adalah kami baru saja meluncurkan program Millenium Challenge Corporation, yang merupakan
program senilai US$600 miliar.
Dalam beberapa pekan terakhir kami baru mengucurkan dana yang sangat signifikan untuk program tersebut, yang diharapkan dapat
berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Indonesia.
Bagaimana dengan masalah pengurusan visa AS yang seringkali dikeluhkan warga Indonesia?
Selama 3 tahun kami berupaya untuk meyakinkan masyarakat bahwa mengurus visa ke AS tidaklah sulit.
Banyak orang di sini yang berpikir bahwa mendapatkan visa AS sangat susah, meskipun saya yakin sebenarnya tidak sesulit itu.
Saat ini mengurus visa sangatlah mudah. Kami meloloskan lebih dari 90% pengajuan visa dan sebagian besar selesai hanya dalam 3 hari.
Kami akan terus membuat langkah-langkah untuk semakin mempercepat dan mempermudah pengurusan visa.
Kami ingin lebih banyak lagi orang Indonesia datang ke AS untuk kegiatan bisnis, pariwisata, ataupun studi.
Saya rasa jumlah visa yang telah kami setujui meningkat secara drastis dalam 3 sampai 4 tahun terakhir.
Tahun depan Indonesia akan mengadakan pemilihan presiden yang baru. Selaku salah satu mitra bagi negara ini, bagaimana komentar Anda tentang
siapa yang layak untuk menjadi pemimpin yang baru?
Tentu saja itu adalah hak warga Indonesia untuk menentukan.
AS sangat mengagumi demokrasi di Indonesia dan saya rasa pemilu 2014 akan menjadi pemilu yang terbuka dan adil.
Saya tidak tahu siapa yang akan menang, karena sebenarnya hal itu bukanlah urusan Pemerintah AS.
Akan tetapi, kami akan tetap melakukan pemantauan sebagai pihak luar yang memiliki kepentingan.
Kepentingan kami yang sebenarnya bukanlah pada siapa yang akan memenangkan pemilu.
Kami memiliki hubungan yang dekat dengan orang-orang Indonesia. Jadi, yang kami pedulikan adalah agar demokrasi di negara ini tetap sehat.
Siapa pun yang Anda pilih, itu sepenuhnya terserah Anda. (ra)