Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Spa Makin Menjamur, Pengusaha Lulur Kebanjiran Order

saat ini pebisnis berlomba-lomba menciptakan berbagai jenis lulur. Tujuannya tentu saja untuk menarik perhatian konsumen perempuan.
 Lulur Kusuma Dewi
Lulur Kusuma Dewi

Bisnis.com, Jakarta - Perempuan memang tak bisa dipisahkan dari dunia kecantikan. Tak heran, banyak kaum hawa menggunakan berbagai jenis produk perawatan tubuh demi mendapatkan tampilan prima.

Kendati saat ini telah muncul berbagai perawatan modern, banyak perempuan juga yang setia menggunakan produk kecantikan tradisional. Salah satunya adalah lulur.

Lulur adalah resep kecantikan yang telah ada sejak jaman dahulu. Produk ini biasanya terbuat dari campuran bubuk beras dan rempah-rempah berkhasiat. Tekstur beras dan campuran bahan alami tersebut dipercaya mampu mengangkat kotoran dan sel kulit mati. Selain itu, lulur juga bisa membuat kulit lebih bercahaya.

Fenomena ini ditangkap sebagai peluang bisnis bagi beberapa pelaku usaha. Mereka memanfaatkan berbagai jenis rempah-rempah khas Indonesia untuk dijadikan formula lulur. Alhasil, saat ini pebisnis berlomba-lomba menciptakan berbagai jenis lulur. Tujuannya tentu saja untuk menarik perhatian konsumen perempuan.

Salah satu pelaku usaha yang menggeluti bisnis lulur tradisional adalah Candra Alfamedya, 28. Bersama istrinya, Dian Kusuma Dewi, 27, Chandra memproduksi lulur tradisional yang dinamakan Lulur Kusuma Dewi, sejak 2007 silam.

Candra menuturkan latar belakang dirinya memasuki bisnis ini karena terinspirasi oleh usaha keluarganya berjualan rempah-rempah di pasar Bringharjo, Yogyakarta. “Kebetulan si mbah sudah lama berjualan mpon-mpon [rempah-rempah mentah]. Saya terpikir sayang sekali kalau tidak dimanfaatkan untuk produk lain. Saya ingin mencoba membuat produk yang bernilai jual tinggi,” ujar sarjana jurusan perikanan ini.

Setelah melakukan riset, Candra pun menetapkan pilihannya untuk membuat lulur tradisional. Menurutnya, proses pembuatan lulur tak terlampau rumit dan bahan baku mudah didapat.  Alasannya lainnya, karena banyak perempuan yang masih setia melakukan ritual perawatan kecantikan tradisional.

Dia memulai usaha pembuatan lulur dengan modal Rp5 juta. Uang tersebut digunakan untuk membeli mesin dan bahan baku. Beberapa bahan baku yang dibeli antara lain beras dan aneka rempah-rempah. Sedangkan untuk mesin, dia hanya menggunakan mesin giling dengan teknologi sederhana. Untuk bahan baku lulur, Candra mendapatkannya dari daerah dataran tinggi seperti Kulon Progo, Bantul, Tawang Mangu, dan beberapa daerah lain.

Candra masih menggunakan teknik tradisional untuk memproduksi Lulur Kusuma Dewi. “Cara pembuatan lulur cukup mudah. Awalnya, kami mengeringkan beras dan rempah-rempah. Komposisinya 50%—60% tepung beras, 30% rempah-rempah, 10% ada resep rahasia,” ujarnya. Semua bahan yang sudah kering dicampur lalu dimasukkan ke mesin giling hingga teksturnya berubah jadi bubuk.  Setelah itu, lulur siap dimasukkan ke dalam kemasan plastik.

Untuk percobaan awal, Candra hanya memproduksi dua jenis lulur yaitu lulur putih dan lulur kuning. Bahan baku lulur putih dari bengkoang, sedangkan lulur kuning dari kunyit. Dia pun mulai memasarkan produk Lulur Kusuma Dewi ke konsumen. Tak disangka, banyak perempuan menyukai produk lulur buatan Candra.

Melihat respon yang positif, Candra pun makin yakin dengan bisnis yang dia geluti. Dia mulai bereskperimen membuat varian lulur lainnya untuk memenuhi permintaan konsumen. “Sekarang kami menyediakan 20an varian lulur. Namun, jenis yang paling laris a.l. bengkoang, susu, stroberi, melati, teh hijau, mawar, lavender, coklat, kopi, dan rumput laut.”

Karena mengusung konsep tradisional, Candra tidak menggunakan bahan pengawet atau bahan kimia lainnya dalam proses pembuatan Lulur Kusuma Dewi. Itulah sebabnya, lulur buatannya tak bisa bertahan lama atau hanya berkisar 6 bulan di suhu ruang.

Produk lulur Kusuma Dewi memang cukup terkenal di Jawa Tengah dan sekitarnya. Namun, Candra tak merasa puas. Untuk meningkatkan penjualan, Candra membuka toko dan menjalankan konsep keagenan. “Berkat pemasaran online, jumlah konsumen pun meluas. Sekarang saya memiliki agen di Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, dan Kalimantan.” Selain agen, Candra juga memasukkan produknya ke beberapa spa di Yogyakarta, Jakarta, dan Bandung.

Seiring dengan makin luasnya pasar, Candra pun terus menggenjot kapasitas produksi lulur. Jika dulu dia hanya bisa membuat 5—10 kilogram lulur, kini dia bisa menghasilkan 50—100 kilogram lulur per bulan.

Lulur Kusuma Dewi hadir dalam beberapa ukuran yaitu 25 gram, 250 gram, 500 gram, dan 1.000 gram atau 1 kilogram. Harganya pun bervariasi sesuai ukuran kemasan. Lulur Kusuma Dewi dibanderol mulai dari Rp2.500—Rp55.000 per kemasan. Margin keuntungan yang didapat mulai dari 20%—50%.

Kendati kini jaman serba modern, Candra mengaku, bisnis lulur tradisional masih prospektif. “Saat ini, banyak orang yang memakai produk alami dan tradisional karena tidak ada efek sampingnya. Selain itu, penjualan juga meningkat karena banyak spa-spa baru bermunculan di kota besar.”


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper