Istilah diplomasi dapat diartikan sebagai suatu proses komunikasi yang melibatkan keterampilan seseorang untuk melakukan observasi, melaporkan, bernegosiasi dan juga memberikan tanda atau signal.
Diplomasi sering berkaitan dengan hubungan antara satu negara dengan negara lain. Namun, istilah diplomasi dapat juga diaplikasikan, digunakan dan diterapkan dalam suatu institusi ataupun perusahaan yang dipimpin oleh seorang pemimpin dalam menjalankan tugasnya.
Kemampuan ber-diplomasi menjadi penting bagi seorang pemimpin. Gaya dan cara pemimpin dalam ber-diplomasi merupakan ‘art’ atau seni untuk mencapai tujuan institusi yang dipimpinnya.
Diplomasi seorang pemimpin adalah cara pemimpin mempengaruhi orang-orang yang dipimpinnya agar dapat menerima kesepakatan dan perundingan yang diinginkan. Dengan kata lain, bisa dilakukan komunikasi antara pimpinan dan orang-orang yang dipimpinnya.
Atau dapat dilakukan ketika seorang pemimpin akan menentukan bentuk kerjasama dengan institusi lain dimana kedua institusi dapat memiliki kesempatan untuk bernegosiasi. Sebagai seorang pemimpin kemampuan diplomasi menjadi cara dia untuk memecahkan permasalahan dan mengatasi krisis manajemen di institusi yang dipimpinnya.
Kemampuan diplomasi menjadi satu kemampuan yang harus dimiliki pemimpin. Diplomasi memiliki fungsi yang sangat menentukan arah dari tujuan dan visi. Gheorghe Iacob menyebutkan bahwa terdapat beberapa fungsi diplomasi di antaranya representation dan negotiation.
Representation sebagai salah satu fungsi diplomasi sangat diperlukan oleh seorang pemimpin. Pemimpin harus dapat merepresentasikan dirinya bagi orang-orang yang dipimpinnya.
Oleh karena itu, fungsi ini menjadi wadah bagi pemimpin agar dapat mewakili institusinya menjadi institusi yang dapat diandalkan. Hal ini tentunya tidak akan dapat berjalan dengan baik bila tidak didukung oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
Fungsi lain adalah adalah negotiation. Negosiasi yang juga berarti membicarakan atau merundingkan tentang suatu hal yang berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pemimpin dalam menjalankan tugasnya, sudah pasti akan menghadapi beragam tantangan dan masalah yang harus diselesaikan.
Negosiasi sebagai salah satu cara yang dapat membantu pemimpin untuk merundingkan suatu keputusan atau permasalahan agar dapat diterima oleh berbagai pihak. Terkadang dalam melakukan negosiasi timbul perdebatan yang dapat mengundang emosi.
Namun, hal tersebut dapat diatasi jika pemimpin memiliki stabilitas emosi yang kuat dalam dirinya. Sebagai pemimpin fungsi ini merupakan fungsi yang menuntut dirinya untuk mau ‘mendengarkan’ orang lain.
Kesuksesan seorang pemimpin dalam melakukan diplomasi tidak terlepas dari beberapa kemampuan yang perlu diperhatikan untuk mendukungnya dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Tiga Kemampuan
Menurut Mabey, Gallagher & Borm (2013) dalam tulisan “Understanding Climate Diplomacy” terdapat tiga kemampuan dalam praktik diplomasi. Ketiga kemampuan tersebut dapat diterapkan dalam kepemimpinan.
Pertama, mengenal diri sendiri. Saat melakukan diplomasi, seorang pemimpin perlu untuk memiliki kemampuan mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Hal ini dibutuhkan agar seorang pemimpin menyadari apa yang akan disampaikan saat melakukan negosiasi ataupun berunding dengan orang-orang yang ada di kelompok-kelompok tertentu.
Kedua, seorang pemimpin harus mengenal juga siapa lawannya. Artinya, siapa orang atau kelompok yang akan dihadapinya dan seberapa besar kemampuan orang yang akan menjadi lawannya tersebut.
Pemahaman terhadap orang lain tersebut menjadi satu hal yang mutlak harus juga menjadi kemampuan pemimpin. Hal ini penting agar pemimpin mampu untuk mengantisipasi dan menemukan cara atau tindakan terhadap suatu permasalahan.
Ketiga, kemampuan pemimpin untuk dapat mengetahui kapasitasnya dalam memberikan pengaruh kepada orang atau kelompok lain. Kapasitas yang dimiliki pemimpin akan membantunya untuk dapat menciptakan strategi yang memberikan pengaruh pada orang lain untuk mempercayainya.
Aturan Main
Hal yang penting dalam memberi pengaruh adalah kepercayaan yang diberikan orang lain kepada sosok pemimpin. Untuk itu pemimpin harus memiliki pemahaman seberapa mampu ia dapat membuat orang lain atau kelompok lain mengikuti apa yang telah direncanakannya dan seberapa yakin dirinya bahwa rencana tersebut dapat diwujudkan.
Diplomasi seorang pemimpin merupakan syarat penting untuk mengatasi masalah-masalah di institusi yang dipimpinnya. Selain komunikasi yang baik dengan berbagai kemampuan yang harus dikuasai oleh pemimpin, perlu aturan yang menjadi ‘benteng’ agar diplomasi berjalan efektif.
Selain itu, terdapat beberapa aturan penting dalam berdiplomasi. Pertama, seorang pemimpin haruslah realistis dengan apa yang sedang dihadapinya. Artinya, bahwa pemimpin harus memiliki kejelian tentang persoalan-persoalannya sehingga dia dapat memilah dari sudut kepentingan berbagai pihak.
Kedua, pemimpin juga harus bijak saat menyampaikan dan menerima masukan dari lawan bicaranya. Dalam berdiplomasi dapat timbul perbedaan pendapat dan persepsi dari berbagai pihak sehingga pemimpin harus mampu menyikapinya dengan baik.
Ketiga, agar efektif, seorang pemimpin hendaknya memahami terkait dengan materi yang akan dibahas sehingga dia dan orang-orang yang akan melakukan perundingan sudah tahu duduk persoalannya. Apabila ada satu pihak yang belum memahami konteksnya maka hal tersebut dapat menghambat proses penentuan keputusan yang akan dicapai oleh kedua belah pihak atau lebih.
Keempat, pemimpin dituntut untuk memiliki kesabaran. Diplomasi adalah suatu proses yang cukup menguras atau menghabiskan energi dan tenaga untuk setiap orang.
Hal ini dikarenakan setiap orang yang terlibat dalam proses tersebut akan mencoba untuk mempertahankan apa yang memang menjadi tujuannya, sehingga pemimpin harus tetap sabar dan tenang menghadapi situasi dan perbedaan argumen satu sama lain.
Kelima, diplomasi yang efektif menuntut setiap orang, terutama pemimpin untuk memahami pemasalahan dari banyak perspektif. Pemahaman tersebut penting agar apa yang menjadi persoalan dapat dilihat dari berbagai sudut pandang yang mungkin saja tidak terpikirkan oleh pemimpin saat itu.
Oleh karena itu, cara penting adalah ‘mendengarkan’ dengan seksama apa yang disampaikan oleh orang-orang yang terlibat dalam proses diplomasi. Diplomasi yang dilakukan pemimpin akan dapat mencapai tujuan dan meraih kesepakatan yang dapat menguntungkan semua pihak bila pemimpin benar-benar melakukan pertimbangan-pertimbangan yang matang dan bijak.
Pentingnya diplomasi seorang pemimpin yang menggunakan beragam keterampilan dan keahliannya seperti kemampuan bernegosiasi, berkomunikasi, memiliki strategi-strategi agar efektif dan juga kepekaannya dalam memahami kebutuhan-kebutuhan orang-orang yang dipimpinnya.
Penulis
Fatchiah Kertamuda
Dosen Psikologi Universitas Paramadina