Bisnis.com, JAKARTA--Indonesia tak hanya memiliki keragaman budaya, tetapi juga kaya akan potensi kuliner. Salah satu menu kuliner Tanah Air yang digemari masyarakat adalah sambal. Ada beragam jenis sambal khas Nusantara. Beberapa varian yang populer a.l. sambal terasi, sambal dadak, sambal goreng, sambal roa, hingga sambal dabu-dabu.
Banyaknya varian sambal khas Indonesia dibidik sebagai peluang usaha oleh beberapa orang pebisnis. Reza Syarief dan Angga Pratama adalah pebisnis yang memproduksi sambal dabu-dabu bermerek Sambal Tjap Garoeda sejak satu tahun lalu.
Ide Reza dan Angga merintis bisnis sambal terjadi secara tak sengaja. Kebetulan, pasangan Angga senang memasak dan mampu membuat sambal dabu-dabu nan lezat. mereka melihat peluang bisnis sambal sangat menggiurkan lantaran kudapan ini digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
“Kami melihat sudah ada pemain besar yang sukses memproduksi sambal kemasan. Kami ingin mengikuti jejak mereka, tetapi dengan ciri khas produk yang berbeda dengan sambal kemasan lain,” katanya.
Sambal dabu-dabu merupakan makanan khas dari Manado, Sulawesi Utara. Berbeda dengan sambal lain yang berbahan baku cabai, dabu-dabu justru terbuat dari potongan tomat segar, bawang, irisan cabai, dan minyak. Kombinasi antara cita rasa pedas, asam, dan manis membuat sambal ini sangat enak disajikan dengan ikan bakar dan ayam bakar.
Kendati mengusung produk sambal kemasan, Reza dan Angga tetap mempertahankan sensasi dabu-dabu nan segar. Karena itu, mereka memanfaatkan buah dan sayuran asli yang dibeli dari pasar a.l. tomat, cabai merah, dan bawang merah.
Proses pembuatan sambal dabu-dabu ini terbilang sederhana. Semua bahan dicincang halus lalu dicampur dengan minyak yang sudah diberi bumbu khusus. Setelah itu, sambal dabu-dabu dimasukkan ke dalam kemasan toples plastik dan siap dikirim ke pelanggan. Reza memproduksi sambal setiap Senin, Rabu, dan Jumat.
“Kami tidak menambahkan pengawet. Makanya, umur sambal dabu-dabu Tjap Garoeda sangat singkat. Konsumen harus buru-buru memasukkan sambal ke dalam kulkas jika tidak ingin basi,” imbuhnya.
Senada dengan Dominique, Reza memanfaatkan promosi dari mulut ke mulut dan media sosial untuk memasarkan Sambal Tjap Garoeda. Pelanggannya pun berasal dari berbagai daerah a.l. Pulau Jawa, Kalimantan, dan Bali.
Dia menilai konsumen yang menyukai sambal ini datang dari segala umur. Mulai dari anak muda hingga orang dewasa. “Semua orang yang suka makanan pedas bisa menjadi pangsa pasar potensial.”
Lambat laun, kapasitas produksi Reza terus meningkat. Dari hanya konsumesi pribadi, kini dia mampu menghasilkan 1.200 botol sambal setiap bulan. Harga sambal dabu-dabu Tjap Garoeda dibanderol Rp25.000 per kemasan isi 250ml. Reza mengklaim margin keuntungan yang didapat dari bisnis ini mencapai 150%.
Soal peluang, Reza optimis bisnis sambal kemasan akan terang benderang. Selain pangsa pasarnya sangat luas, saat ini konsumen gemar membeli produk makanan kemasan yang praktis dan efisien. Apalagi, jika produk yang ditawarkan memiliki rasa maknyus dengan harga jual yang kompetitif.
Kendati peluangnya besar, mereka tak menampik kompetisi di bisnis sambal kemasan sangat ketat. Banyak pelaku usaha berbondong-bondong menawarkan beraneka jenis produk sambal. Namun demikian, mereka tak gentar bersaing secara sehat. “Inti dari bisnis kuliner adalah rasa dan kualitas. Meski banyak pemain baru, kalau sambal kita enak orang pasti akan membeli lagi,” katanya.