Bisnis.com, JAKARTA - Tak sekadar untuk gaya, topi dengan model snapback pun bisa dijadikan sebagai media untuk melestarikan kebudayaan asli Indonesia, seperti snapback Hanacaraka yang diproduksi Dony Suhendra.
Pria berusia 21 tahun tersebut memproduksi topi yang memiliki desain khusus berupa aksara Jawa bertuliskan Hanacaraka di bagian depannya.
Dengan memanfaatkan boomingnya topi sebagai fashion item yang semakin gandrung, Dony kemudian berusaha menerapkan kearifan lokal pada produknya.
"Ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan kebudayaan yang menggabungkan dengan sesuatu yang digemari anak muda," paparnya.
Dony melihat, selama ini belum ada produsen yang membuat topi dengan memanfaatkan unsur-unsur kebudayaan, untuk itu dirinya mulai memberanikan diri untuk memasarkan produk yang dikerjakannya bersama temannya di Yogyakarta.
“Untuk produksi dilakukan di Yogyakarta, kebetulan ada rekanan yang bergerak di sektor garmen. Selain dipasarkan dan dikirim dari Yogya, barang-barang stok juga dipasarkan dari Jakarta,” katanya.
Tak disangka, respons yang diterima juga cukup tinggi. Topi seharga Rp100.000 itu sudah laku hingga 200 buah dalam waktu kurang dari 3 bulan, dan pesanan juga terus berdatangan dari berbagai daerah.
Hingga saat ini, pria yang juga berprofesi sebagai desainer di perusahaan perhiasan itu hanya memproduksi satu macam warna topi, yaitu hitam dengan kombinasi tiga warna untuk hurufnya, yaitu emas, putih dan hitam.
Bagi yang ingin memiliki topi warna lain dengan tulisan jawa lainnya, konsumen juga bisa mengajukan pesanan khusus dengan harga yang disesuaikan.
"Untuk topi custom, kisaran harganya antara Rp100.000-Rp200.000, tergantung jumlah tusukan jarum bordir," katanya.
Untuk menarik minat pembeli, Dony melakukan promosi melalui media online dan forum jual beli. Selain itu, promo beli 2 gratis 1 juga diberikan bagi konsumen yang membeli dalam jumlah besar.
“Bisnis topi akan tetap bagus, dengan syarat tetap ada inovasi yang diterapkan dan memiliki ciri khas yang membedakan dengan produk lain,” katanya.
Ke depannya, tak hanya snapback, Dony ingin mengembangkan idenya menggunakan tulisan Jawa pada media lainnya, seperti kaos, dengan harapan kebudayan Indonesia tidak akan luntur dan tetap dicintai anak muda. (bisnis.com)