Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DUNIA WAYANG: Gatutkaca, Abimanyu, dan Tiga Pendekar Migas

Pemerintahan Presiden Joko Widodo layak diapresiasi karena memilih untuk fokus membenahi akar persoalan energi nasional yaitu rendahnya produksi, inefisiensi, dan malpraktik bisnis akibat ulah mafia migas.
Foto ilustrasi pertunjukan wayang kulit. / Bisnis-swi
Foto ilustrasi pertunjukan wayang kulit. / Bisnis-swi

Di luar isu turunnya harga minyak dunia yang menggelinding jadi isu politik di Indonesia, Pemerintahan Presiden Joko Widodo layak diapresiasi karena memilih untuk fokus membenahi akar persoalan energi nasional yaitu rendahnya produksi, inefisiensi, dan malpraktik bisnis akibat ulah mafia migas.

Berturut-turut Presiden melalui menteri Energi dan Sumber Daya Mineral membentuk Tim Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas dan menunjuk Faisal Basri untuk memimpin. Nama tim ini lebih beken sebagai Tim Pemberatasan Mafia Migas.

Berikutnya Kepala Negara menunjuk mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi Amien Sunaryadi menjadi Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Adapun ‘gongnya’ adalah Presiden Jokowi menetapkan Dwi Soetjipto sebagai Direktur Utama PT Pertamina.

Ketiga sosok yang ditunjuk itu memiliki reputasi yang relatif bagus dan dikenal sebagai figur-figur yang berintegritas tinggi. Wajar jika kita layak melambungkan harapan tinggi bahwa tiga pendekar migas itu bisa mengakhiri The Oil Curse, kutukan minyak, yang selama ini mendera Indonesia. Negeri yang kaya sumber daya minyak dan gas, tetapi tidak bisa hidup maju dan sejahtera karena salah urus. Apakah harapan itu berlebihan?

Kocap kacarita.  Dalam sebuah ajang peperangan besar, ketersediaan logistik dan energi akan  menjadi kunci penentu hasil akhir. Siapa yang bisa mengelolanya dengan baik, akan menguasai jalannya perang.

Prabu Puntadewa meyakini betul pakem itu. Menjelang perang besar Baratayuda dia mempersiapkan dengan baik segala hal terkait ketersediaan, suplai, serta alokasi logistik dan energi untuk seluruh pasukan Amarta.

Untuk memastikan aspek penting itu tertangani dengan baik dan tidak mudah dikacaukan oleh lawan, Puntadewa menunjuk dua satria muda untuk mengawal sekaligus mengelolanya yaitu Raden Gatutkaca dan Raden Abimanyu. Atas saran Kresna, kedua satria muda itu di-back up oleh tokoh senior Hanoman.

Tokoh senior ini adalah veteran perang bubat Pancawati-Alengka. Dia berperan penting dalam kemenangan Rama atas Rahwana. Kresna memandang pengalaman Hanoman akan sangat berguna bagi Amarta untuk memenangkan Baratayuda.

Telik sandi Hastina mencatat persiapan Amarta yang well prepare dalam urusan energi dan logistik itu. Raja Duryudana kebakaran jenggot karena menyadari pihaknya tidak punya persiapan sebaik itu. Bayangan tentang kekalahan di depan mata membuat pikirannya kalut. Untuk mempersiapkan dan menata dari awal jelas tidak ada waktu. Perang hanya tinggal hitungan hari.

Pada saat yang sama seorang kesatria muda tengah mencari pengakuan, dialah Boma Narakasura. Sejatinya dia tidak terlibat dalam perseteruan Pandawa-Kurawa.  Namun, dia tidak suka jika Pandawa menang. Ketika melihat persiapan perang Pandawa begitu rapi, Boma diam-diam mencari tahu di mana titik lemahnya.

Dia berkesimpulan, titik lemah itu ada pada ego tiga pendekar. Gatutkaca dan Abimanyu masih muda, keduanya ingin menonjol dan menunjukkan jasa kepada negara. Hanoman menganggap dirinya tahu dan bisa segalanya, sehingga tidak merasa perlu melibatkan Gatutkaca dan Abimanyu.

Boma lalu menghadap Duryudana. Dia memanas-manasi emosi raja dengan fakta betapa hebatnya persiapan Amarta. Sebelum perang terjadi pun bisa dipastikan Hastina kalah.

Ketika Duryudana mulai termakan provokasinya, Boma menyodorkan jalan keluar yakni menghancurkan cadangan logistik dan energi Amarta dengan cara menghabisi tiga penjaganya. Dia bisa melakukan hal itu dengan syarat ada pasukan Hastina yang diperbantukan untuk dirinya.

 

Ego Sektoral

Duryudana langsung mengabulkan proposal itu. Sekelompok pasukan pilihan dikerahkan untuk mendukung aksi yang akan mementukan masa depan Hastina.

Mendapat serbuan mendadak, Hanoman, Gatutkaca, dan Abimanyu kelabakan. Apalagi musuh tahu betul di mana titik-titik kelemahan yang bisa diekspolitasi untuk menghancurkan cadangan energi dan logistik Amarta. Situasi makin memburuk karena ketiganya lebih suka one man show, tidak ada koordinasi.

Pada saat genting Semar muncul. Dia mengingatkan Hanoman, Gatutkaca, dan Abimanyu untuk menghentikan aksi individual dan terkotak-kotak oleh ego sektoral masing-masing. Peringatan Semar mujarab, tiga pendekar itu segera sadar dan segera melakukan konsolidasi  untuk mensinergikan semua kekuatan yang ada.

Dengan keterpaduan gerak yang sinergis itulah serangan mafia Boma-Kurawa bisa dipatahkan. Cadangan energi dan logistik Amarta bisa dipertahankan dan diamankan. Hal inilah faktor kunci yang mengantarkan Pandawa pada kemenangan di perang pamungkas Baratayuda.

Kita tidak meragukan lagi track record dan kemampuan Tiga Pendekar Migas yang baru ditunjuk Presiden Jokowi.  Hal yang patut diwaspadai adalah jangan sampai ketiganya bermain sendiri-sendiri, tanpa sinergi dan koordinasi. Jika itu terjadi, The Oil Curse masih akan berkepanjangan menyandera rakyat Indonesia. Sumangga! 

 

Penulis:

Rohmad Hadiwijoyo

Dalang dan CEO RMI Group

 

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Setyardi Widodo
Sumber : Bisnis Indonesia Week End edisi 14/12/2014

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper