Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jangkau Pasar Lebih Luas dengan Bahan Baku Milk Tea

Mayoritas milk tea home made yang dijual selama ini tidak menggunakan bahan pengawet. Ini membuat daya tahan produk tersebut tidak lama. Alhasil, pemasaran milk tea menjadi terbatas dan tidak bisa menjangkau tempat yang lebih jauh.
Semakin banyak penjual milk tea, itu berarti semakin luas juga pasarnya. /Bisnis.com
Semakin banyak penjual milk tea, itu berarti semakin luas juga pasarnya. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Mayoritas milk tea home made yang dijual selama ini tidak menggunakan bahan pengawet. Ini membuat daya tahan produk tersebut tidak lama. Alhasil, pemasaran milk tea menjadi terbatas dan tidak bisa menjangkau tempat yang lebih jauh.

Melihat tantangan tersebut, Camia Camira terinspirasi untuk menjual bahan baku milk tea dalam kemasan satu porsi. Cara penyajiannya sederhana, karena cukup diseduh dengan air. Bisnis penjualan bahan baku ini secara resmi dimulai Februari 2014.

Camia sebetulnya sudah lebih dahulu terjun ke bisnis ini, dengan menjual produk teh susu ready to drink dalam kemasan botol plastik sejak 2012.

Dia mengucurkan model Rp150.000 ketika memulai bisnis tersebut. Pada saat itu, hanya ada satu rasa yang dipasarkan, yaitu thai tea. Dia mengaku membuat milk tea botolan pada saat itu karena hanya mengikuti tren yang sedang berkembang di Bandung.

“Banyak yang memesan teh susu ready to drink dari luar Pulau Jawa, tetapi karena tidak bisa bertahan lama di suhu ruangan,  akhirnya kami kirim bahannya saja,” kata perempuan yang memproduksi milk tea dengan merek Super Nom.

Untuk penjualan bahan baku ini, Camia menetapkan minimal pemesanan sebanyak 10 buah per pesanan. Harga per botol dibanderol sebesar Rp9.500 untuk lima rasa utama, yaitu thai tea, green thai tea, taro, black forest, dan peach.

Adapun, untuk rasa spesial yaitu hot chocolate, dipatok dengan harga Rp15.000 per botol, dan tidak ada batas minimal pemesanan. Harga tersebut lebih mahal karena dikemas dalam botol khusus dengan tambahan marshmallow dan chocochip.

“Produksi bahan baku hot chocolate dibatasi hanya 20 botol per minggu, tetapi untuk momen khusus, seperti Natal dan Valentine, produksi tidak dibatasi karena mengejar momen,” paparnya.

Selama ini, Camia memasarkan produknya melalui akun media sosial Instagram dan Twitter @super_nom. Dia juga memanfaatkan sistem reseller yang biasa menjual produknya di berbagai tempat, seperti bazar, kafe, toko, dan kantin.

“Calon pembeli harus memesan satu hari sebelum pengiriman, sehingga produk yang diterima selalu fresh. Untuk saat ini, konsumen paling banyak dari Bandung dan Jakarta,” katanya.

Meskipun persaingan semakin ketat, Camia melihat peluang di bisnis milk tea ini masih terbuka lebar.

“Semakin banyak penjual milk tea, itu berarti semakin luas juga pasarnya. Oleh karena itu, kami juga mengusung sejumlah strategi, salah satunya dengan menjaga para reseller agar tetap betah menjadi agen Super Nom,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (21/1/2015)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper