Bisnis.com, JAKARTA - Popularitas macaroon di tengah pecinta kuliner menjadikan bisnis di bidang pembuatan kue asal Perancis tersebut semakin menarik.
Banyak orang yang mencoba peruntungan dari kue berbahan tepung almon ini. Salah satunya adalah Magdalena Meiviana Sadikin. Produsen macaroon dengan merek Macaron Queens ini baru memulai bisnisnya sekitar dua bulan yang lalu.
Bisnisnya tersebut diawali dari kegemarannya membuat dan menyantap kue-kue kering. Melihat semakin banyaknya orang yang menjual macaroon akhir-akhir ini, dia pun tertarik untuk ikut meramaikan bisnis ini.
Tanpa membutuhkan modal yang banyak, dia mulai menjual macaroon dengan sistem pre-order, di mana pemesan harus membayar terlebih dulu sebelum produk pesanannya diproduksi.
“Dengan metode pre-order, tidak perlu membutuhkan modal yang besar, karena ongkos produksi sudah ditanggung pemesan,” paparnya.
Selain itu, konsep pre-order juga dilakukan supaya kualitas produk tetap terjaga saat sampai ke konsumen. Pasalnya macaroon buatannya tidak menggunakan bahan pengawet, dan hanya mampu bertahan sekitar satu pekan dalam udara terbuka, dan mencapai satu bulan jika dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Sementara itu, proses produksinya membutuhkan waktu sekitar satu hari atau lebih, tergantung dari banyaknya pesanan yang dia terima dalam satu pekan. Lama penyelesaian pesanan macaroon tersebut akan selelu diinformasikan, sehingga para konsumen tidak akan menunggu harap-harap cemas.
Setelah sukses bereksperimen dengan macaroon perdananya, Magdalena mulai memasarkan macaroon buatannya ke rekan-rekan terdekatnya. Pasalnya mereka lebih mudah dijangkau dan memiliki kepercayaan terhadapnya.
Lama-lama, pesanan pun semakin meluas, terutama setelah dia mulai mempromosikan produknya melalui akun Instragram @Macaronqueens_id. Pesanan pun berdatangan tak hanya dari kawasan Jakarta dan sekitarnya, tapi sudah mulai mencapi beberapa kota di Sumatra.
Macaron Queens menjual macaron dalam tiga kemasan, yakni toples dengan isi 28 seharga Rp75.000, toples berisi 40 seharga Rp85.000 dan toples isi 45 dengan harga Rp99.000.
Sementara itu, rasa macaroon yang dihadirkan juga tak kalah banyak. Setidaknya ada selusin rasa yang bisa dipilih konsumen, misalnya macaroon rasa lemon, apel, anggur, cokelat, tiramisu dan teh hijau.
“Mayoritas konsumen merupakan remaja dan memesan macaroon isi 40 dengan rasa campuran,” imbuhnya.
Perempuan yang berdomisili di Cibinong, Bogor tersebut mengaku selama ini tidak mengalami kendala yang berarti, kecuali dalam urusan pemasaran produk. Dia mengaku belum berani untuk memperluas pangsa pasarnya dengan memasok produk ke toko-toko kue.
“Macaroon itu termasuk kue dengan harga mahal, jadi agak susah untuk dipasarkan langsung ke masyarakat luas, dan hanya orang-orang yang sudah tahu yang bisa menerima kue dengan harga yang cukup tinggi ini,” katanya.
Meski demikian, dia tetap percaya macaroon masih memiliki pasar yang luas, terutama dengan menyasar para anak muda yang menyukai produk-produk yang lucu dan unik.