Kehidupan manusia membutuhkan aspek kuliner sebagai pemenuhan kebutuhan utama. Dan, dunia kuliner tidak bisa dilepaskan dari peran perempuan.
Perempuan identik dengan kehidupan rumah tangga. Sentuhan masakan seorang ibu menjadikan makanan sebagai sesuatu yang istimewa. Kangen masakan ibu menjadi sesuatu yang biasa dirasakan oleh para individu yang merantau jauh dari keluarga aslinya, termasuk saya.
Meskipun zaman sudah berubah, laki-laki juga sudah menunjukkan kemampuan luar biasa sebagai master chef, peran perempuan tetap tidak bisa dilepaskan dari dunia kuliner. Peran perempuan tetap tidak bisa tergantikan.
Bisa dilihat adanya penyebutan nama rumah makan atau restoran dengan menggunakan nama-nama Ibu misalnya Bu Juminten, Mbok Berek, Mbah Jingkrak, Ayam Goreng Ny Suharti, Raminten, dan sebagainya.
Penggunaan nama perempuan untuk bana restoran dan makanan atau kuliner tidak bisa dilepaskan begitu saja. Ada keterkaitan erat antara nama perempuan dan kuliner yaitu aspek budaya, emosi, empati, ketelitian, dan pemikiran jangka panjang.
Perempuan dan kuliner merupakan aspek sejarah lama yang sudah menjadi budaya turun-temurun. Perempuan dianggap sebagai pribadi yang memiliki kemampuan untuk mengatur rumah tangga, mengasuh anak, dan memperhatikan kesehatan dan kebutuhan anak.
Salah satu cara untuk memelihara keluarga dengan baik adalah melalui penyediaan makanan yang baik dan sehat. Pola makan dan tipe makanan tergantung pada kepintaran dan keahlian seorang ibu. Hal ini sudah berlangsung lama. Konsekuensinya, apabila seorang anak meninggalkan rumah, maka anak akan selalu mengingat masakan Ibu.
Di sisi lain, seorang perempuan dewasa juga dituntut memiliki kemampuan memasak. Hal itu karena kemampuan perempuan dalam memasak akan menentukan kesehatan dan masa depan keluarga. Tidak heran, orang bijak dulu bilang bahwa perempuan bisa memasak adalah menjadi wajib hukumnya.
Aspek emosi juga menjelaskan antara perempuan dan kuliner. Ketika seorang perempuan mengolah masakan, ada aspek emosi di dalamnya. Aspek emosi ini biasanya berorientasi positif yaitu rasa senang, bahagia, dan semangat. Hal ini bisa terlihat ketika dalam mengolah masakan, seorang perempuan pasti berkeinginan menghasilkan olahan masakan terbaik. Perasaan cinta dalam mengolah masakan akan mendorong perempuan untuk memilih bahan makanan beserta bumbunya dengan seoptimal mungkin agar menciptakan rasa makanan yang lezat dan nikmat.
Keterkaitan antara kuliner dan perempuan juga tidak terlepas dari empati dan ketelitian. Aspek empati ini terkait dengan konsekuensi hasil olahan makananan. Empati merupakan ungkapan rasa perhatian terhadap hasil olahan makanan agar bisa dikonsumsi dengan baik oleh anggota keluarga.
Hal ini juga menunjukkan bahwa, ketika ibu memasak akan memperhatikan ketelitian terkait semua asupan gizi. Tujuannya agar dapat memberikan kesehatan kepada anak-anaknya. Di sisi lain, seorang ibu juga akan memperhatikan makanan favorit dari masing-masing anggota keluarga. Dengan demikian, ibu akan menyusun daftar menu makanan yang pasti akan dikonsumsi dengan senang hati oleh anak-anaknya.
Perempuan dan kuliner memiliki keterkaitan akan orientasi jangka panjang. Apa yang disajikan dan dikonsumsi akan berdampak pada kehidupan dan kesehatan jangka panjang. Pilihan makanan yang sehat adalah faktor utama untuk menciptakan individu dengan kualitas kesehatan prima. Dengan demikian akan menciptakan generasi mendatang dengan karakter sehat dan baik pula.
Masakan rumahan atau masakan ibu dianggap memiliki tingkat kesehatan lebih baik karena idealnya seorang ibu pasti akan mencari bahan berkualitas ketika memilih bahan-bahan untuk makanan. Cara pengolahannya juga mengandung kehati-hatian karena khawatir akan menghilangkan kandungan gizi dalam bahan pangan.
Memang tidak pungkiri, setiap perempuan akan memiliki kemampuan mengolah makanan dengan baik. Paling tidak, apabila perempuan yang aktif memasak, dapat dipastikan dia akan berusaha untuk menghasilkan makanan yang berkualitas bagi anggota keluarga.
Oleh karena itu, tidak mengherankan di kota metropolitan masih banyak rumah makan yang menggunakan nama perempuan atau nama-nama yang terkait dengan perempuan. Tujuan menggunakan nama atau branding yang memiliki keterkaitan dengan perempuan adalah untuk memudahkan pembuatan keputusan bagi konsumen dalam memilih rumah makan.
Penggunaan merek yang terkait dengan nama perempuan memang memiliki identifikasi terhadap aspek tertentu. Pemilihan merek ini akan semakin dipertimbangkan ketika lingkungan geografi mengutamakan konteks kebersamaan dan harmonisasi.
Perempuan dianggap sebagai faktor yang memiliki perekat untuk kebersamaan dan bisa menciptakan harmonisasi bersama dalam anggota keluarga. Hal ini juga menunjukkan bahwa kuliner masih identik dengan perempuan yang memiliki orientasi pada kasih sayang dan empati.
Terlepas banyak master chef pria yang mumpuni, memang tidak ada salahnya perempuan memiliki sedikit keahlian di bidang kuliner. Kata-kata bijak selalu menunjukkan bahwa sehebat-hebatnya perempuan bekerja, akan jauh hebat lagi kalau diimbangi dengan kemampuan memasak untuk keluarga.
Penulis:
Iin Mayasari
Dosen Program Studi Manajemen, Universitas Paramadina, Jakarta