1. Terinspirasi dari China
Pria 35 tahun ini terdorong memulai bisnis keripik sehat setelah berkunjung ke China beberapa waktu lalu. Dia melihat produk keripik dari buah-buahan dan sayur-sayuran yang pengolahannya pakai teknologi dan proses yang berbeda dari yang ada di Indonesia.
Dari situ, mantan karyawan bank swasta ini mulai berkeinginan untuk belajar dan mengimplementasikannya sesuai dengan selera lidah orang Indonesia.
Lewat proses riset dan pengembangan yang cukup panjang, pada 2011 akhirnya dia resmi memulai usahanya dan mendirikan pabriknya berkapasitas 15.000 toples per bulan.
“Latar belakang kami bukan business man, tetapi dengan bantuan permodalan kami memberanikan diri untuk mengadu nasib di The Kripps. Modal yang diperlukan saat itu cukup besar, mencapai Rp1 miliar untuk research & development, pembangunan pabrik dan pembelian mesin,” kata Jonathan.
Semua proses produksi dilakukan sendiri dengan dibantu puluhan karyawan. Adapun bahan bakunya dia beli dari beberapa sumber, seperti kelompok tani di Lembang, Bandung serta dari pasar induk ataupun dari supplier supermarket.