Prugna Shoes: Bahan Batik dan Songket
Dewi Arrum dan Dona Turner sadar betul bahwa para pemburu sepatu, khususnya kaum wanita, gemar mencari sepatu-sepatu unik untuk menyempurnakan penampilan mereka. Sadar akan hal ini, keduanya lantas menelurkan karya yang dibalut merek Prugna Shoes.
Dengan mengusung sepatu khusus untuk perempuan, mereka mengusung berbagai keunikan, mulai dari bahan hingga model sepatu, yang tidak dimiliki oleh pelaku usaha sepatu lainnya. “Kami punya sepatu yang unik-unik, mulai dari yang pakai wedges unik, kayu unik, dan lainnya,” tutur Dewi kepada Bisnis.com.
Dewi mengaku sebelum Prugna Shoes lahir, keduanya berjualan sepatu dengan cara mengambil sepatu dari pemasok, dan kemudian dijual kembali ke konsumen.
Namun, dia kerap mendapatkan beberapa keluhan kecil dari konsumen, mulai dari warna yang tak cocok, ukuran yang tak pas, hingga tinggi hak yang tidak sesuai. Dari situ, timbul ide untuk membuat sepatu sendiri dengan sistem pre-order (PO). “Tahun 2008-2009 itu, kami coba buat PO sepatu custom. Permintaannya banyak sekali.”
Dewi mengaku biaya produksi yang digunakannya berasal dari uang muka konsumen yang memesan. Dengan total karyawan, termasuk bagian produksi, sebanyak 15 orang, Prugna Shoes dapat memproduksi sekitar 300-400 sepatu.
Sepatu yang diproduksi pun bukan sepatu biasa. Dewi dan Dona selalu membuat eksperimen. Ada berbagai jenis sepatu yang diproduksi keduanya, mulai dari sepatu tanpa hak belakang, sepatu yang dibuat dengan paduan bahan batik dan kayu, wedges berbahan kayu, wedges berbahan dalam spons batu, hingga sepatu berbahan kain.
Untuk sepatu berbahan kain, Dewi dan Donna fokus menggunakan batik dan songket. Bahan baku tersebut diambil langsung dari kotanya. “Kami membuat sepatu dari batik Yogyakarta, Solo, Papua, songket Bukittinggi, dan sebagainya. Kami langsung beli di perajinnya,” jelas Dewi. Dari berbagai bahan tersebut, Dewi dan Donna membuat sepatunya menjadi berbagai jenis, mulai dari daily wear, sepatu pesta, hingga sepatu wedding. (k9/k29)