Peluang Makin Lebar
Bisnis reparasi tas bisa dibilang merupakan salah satu bisnis yang sangat menguntungkan, serta bisa bertahan hingga puluhan tahun. Keluarga Iwan Setiawan sudah membuktikannya. Pria berusia 36 tahun, pemilik usaha Rashel ini menuturkan orang tuanya sudah menggeluti usaha reparasi tas sejak 1960-an.
Belakangan ini, beberapa saudara dan keluarganya juga menggarap usaha yang sama, meski dengan nama merek yang berbeda-beda. Iwan sendiri memutuskan untuk terjun ke dalam bisnis yang sama sejak delapan tahun lalu karena melihat peluangnya yang masih menjanjikan.
Dia mendirikan pusat reparasi pertamanya di jalan Srengseng, Jakarta Barat yang menyediakan jasa reparasi segala jenis tas, koper, hingga sepatu dan sandal. Usaha tersebut berjalan lancar hingga kini dan bahkan telah memiliki cabang. Iwan menyewa satu toko baru di Jalan Daan Mogot Jakarta Barat, sebagai tempat lokasi usaha Rashel kedua sejak delapan bulan lalu.
“Usaha reparasi tas ini masih jarang sehingga peluangnya masih bagus, berbeda dengan bisnis reparasi atau permak jeans yang sudah menjamur dan ada hampir di setiap gang,” tuturnya. Dia mengungkapkan potensi bisnis reparasi tas cukup menjanjikan. Margin labanya bisa mencapai 50% dengan omzet yang lumayan besar.
Sebagai contoh, di lokasi usahanya yang berada di Daan Mogot, order yang masuk setiap hari rata-rata sekitar tujuh tas, baik untuk reparasi ringan seperti ganti tali atau resleting maupun reparasi berat atau restorasi. Dengan mematok tarif sekitar Rp20.000—Rp60.000 untuk reparasi ringan dan Rp250.000—Rp400.000 untuk reparasi berat, dia dapat mengantongi omzet sekitar Rp10 juta per bulan.
Angka itu masih terbilang kecil karena saat ini pelanggan di kantor cabang Rashel memang belum seramai di kantor pusat. Di pusat reparasinya yang ada di Srengseng, orderan yang masuk cukup besar. Dalam sehari, dia dapat mengantongi omzet kotor Rp2 juta dari reparasi tas. Jika sedang sepi, omzet yang diraup bisa mencapai Rp1 juta.
Jumlah itu juga dianggapnya masih belum optimal karena masih ada potensi pasar online yang belum bisa tergarap dengan baik. Iwan memang telah menjalankan promosi di Instagram dan Facebook dengan akun @Iwanboeing, tetapi sejauh ini tujuannya hanya sebatas membangun branding, tanpa ada transaksi.
Dia mengaku sudah banyak konsumen dari luar kota yang menanyakan jasa reparasi Rashel. Namun, Iwan masih memilih fokus melayani pelanggan yang datang langsung dengan alasan masih kekurangan tenaga kerja.
Dari pengalaman tersebut, Iwan tidak ragu menyatakan usaha reparasi tas adalah bisnis yang layak diperjuangkan. Apalagi, saat ini kecenderungan orang untuk mereparasi tas semakin tinggi kendati banyak tas-tas dengan harga murah yang dijual di pasaran. “Alasan orang mereparasi tas yang paling umum karena senang dengan tas lamanya. Biasanya karena modelnya jarang di pasar atau tasnya dibeli dengan harga mahal,” katanya.