Bisnis.com, JAKARTA ---- Dalam buku "Capitalism, Socialism and Democracy", ekonom Amerika Serikat yang lahir di Austria, Joseph Schumpeter (1883-1950) memperkenalkan pentingnya konsep inovasi ekonomi sebagai jantung bagi pertumbuhan perekonomian.
Inovasi dalam ekonomi itu adalah upaya untuk menjawab permasalahan mendasar ketika itu yang masih berpegang kepada teori klasik ekonomi bahwa peningkatan pertumbuhan perekonomian hanya berdasarkan kenaikan 'input' atau masukan dalam proses industrialisasi.
Dengan kata lain, untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara bisa terus melaju dan berkelanjutan, maka yang harus diperhatikan tidak hanya faktor kuantitas (seperti akumulasi modal dan jumlah tenaga kerja) tetapi juga faktor kualitas, yaitu inovasi itu sendiri.
Analisis Schumpeter juga mengemukakan pentingnya memasukkan gagasan baru informasi dan teknologi komunikasi ke dalam perekonomian global, jauh sebelum munculnya konsep era ledakan informasi sebagaimana terjadi pada akhir abad XX dan awal abad XXI.
Pentingnya inovasi yang mendorong teknologi informasi di Amerika Serikat juga dinilai membantu negara itu unggul dalam perekonomian dunia, dengan aplikasi nyata dapat terlihat dari daerah "Silicon Valley" di negara bagian California.
Sebagaimana diketahui, Silicon Valley merupakan kawasan elite yang merupakan pusat dari beragam perusahaan papan atas di bidang semikonduktor dan teknologi informasi, seperti Apple, Facebook, Google, dan Intel.
Dengan fakta pentingnya inovasi, maka tidak heran bila Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan dunia usaha butuh visi pembangunan yang integratif dalam rangka meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam tata kelola perusahaan.
"Saat ini keunggulan kreativitas dan inovasi dalam tata kelola bisa melipatgandakan ekspansi hingga profit perusahaan," ujar Suryo Bambang Sulisto.
Dia mencontohkan inovasi digital yang dilakukan oleh perusahaan Uber, yang karena inovasi digitalnya telah memiliki kapitalisasi sekitar 50 triliun dolar AS dari seluruh dunia.
Padahal, lanjutnya, perusahaan Uber baru berusia beberapa tahun, tetapi kapitalisasinya hampir sama dengan perusahaan Goldman Sachs yang sudah berusia lebih dari seabad.
Ketum Kadin mengemukakan, keunggulan Uber adalah dalam penerapan sistem tata kelola digital yang inovatif sehingga tanpa memiliki kendaraan sendiri, mereka dapat mengoperasikan begitu banyak kendaraan dan menjangkau pasar yang luas.
Uber, menurut dia, menghadirkan pelajaran bahwa perusahaan-perusahaan yang tidak adaptif, miskin kreasi dan inovasi akan mudah tersingkir.
Sementara itu, CEO Citi Indonesia Batara Sianturi mengingatkan bahwa arus perdagangan dan kapitalisasi bakal semakin kompleks dengan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), sehingga diperlukan inovasi dan adaptasi dalam menghadapinya.
"Apabila sebelumnya ASEAN banyak bertransaksi dengan negara-negara lain di luar kawasannya, maka dengan adanya MEA akan lebih banyak transaksi antarnegara anggota," ucap Batara Sianturi di Jakarta, Selasa (13/10).
Sedangkan untuk urbanisasi, menurut dia, hal tersebut ditandai dengan tumbuhnya megapolitan atau kota yang memiliki penduduk di atas 10 juta jiwa di berbagai negara.
"Di kawasan ASEAN sendiri terdapat tiga kota megapolitan, yaitu Jakarta, Manila dan Bangkok. Kota-kota ini telah merubah arus perdagangan barang dan jasa dan menimbulkan tantangan dan peluangnya masing-masing," imbuhnya.
Karena itu, ujar dia, perkembangan teknologi yang cukup pesat juga mengharuskan industri perbankan untuk beradaptasi melalui berbagai inovasi digital.
Kesamaan negara maju Sementara itu, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, kesamaan yang dimiliki oleh negara-negara maju di seluruh dunia bukanlah karena kaya sumber daya alam, tetapi karena ada semangat berinovasi yang menciptakan nilai tambah dalam perekonomian mereka.
"Apa yang menyamakan negara-negara maju adalah semangat untuk berusaha, semangat untuk berinovasi dalam memajukan bangsanya," tutur Wakil Presiden Jusuf Kalla saat memberikan kuliah umum di Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti, Jakarta, Kamis (15/10).
Menurut dia, tidak tepat bila disebutkan bahwa negara-negara yang kaya sumber daya alam adalah kunci untuk negara-negara maju, karena banyak negara-negara di Afrika yang kaya sumber daya alam tetapi tidak maju.
Sedangkan ada sejumlah negara yang miskin sumber daya alam, tetapi menjadi negara yang maju, misalnya, negara Jepang.
Jusuf Kalla juga memahami bahwa kinerja perekonomian biasanya diukur yang paling sering adalah berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) yang diukur berdasarkan produktivitas dan konsumsi masyarakat.
"Karena itu yang paling pokok di sini adalah produktivitasnya. Timbullah konsep yang kita sebut nilai tambah, yang berasal dari teknologi dan pendidikan atau riset. Nilai tambah membawa pendapatan yang menjadi unsur kemakmuran masyarakat," tuturnya.
Untuk itu, ujar dia, hal yang terpenting saat ini adalah bagaimana meningkatkan "enterpreunership" atau kewirausahaan dengan menekankan kepada aspek inovasi.
Inovasi, jelas Wapres, dapat diterapkan di berbagai bidang di masyarakat dan tidak hanya sebatas pada bidang teknologi.
"Contohnya Gojek yang menggabungkan transportasi ojek dengan IT (teknologi informasi), itulah inovasi karena mempermudah semua orang, bermanfaat kepada masyarakat," cetus Wapres.
Selain itu, Jusuf Kalla juga mencontohkan kue kampung atau penganan tradisional yang dikemas dengan baik untuk dapat dijual kembali kepada pelanggan masa kini itu juga inovasi, walaupun sederhana.
Peran seorang wirausahawan, jelasnya, adalah bagaimana bisa mewujudkan sesuatu hal dengan inovatif dan menciptakan nilai tambah menjadi suatu kenyataan.
"Modal adalah hal kedua, ide adalah yang utama untuk menciptakan nilai tambah," imbuhnya, dan menambahkan, kewirausahaan juga akan menambah lapangan pekerjaan di Tanah Air.
JK juga mengingatkan bahwa kewirausahaan tidak ada teorinya tetapi harus langsung diterapkan, seperti seseorang bila membaca buku teori tentang berenang tentu tidak akan bisa karena harus dicoba secara langsung penerapannya.
Sedangkan bila menemui kegagalan, ujar Wapres, maka seorang wirausahawan yang baik adalah tidak berputus asa karena kegagalan adalah sesuatu hal yang baik guna menjadi pelajaran di masa mendatang.
Inovasi dan sumber daya manusia (SDM) yang andal juga dinilai merupakan dua elemen yang dibutuhkan untuk menggalakkan pembangunan infrastruktur agar benar-benar terwujud sesuai harapan pemerintahan Presiden Joko Widodo-Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"Segala tantangan dapat terjawab jika negara memiliki SDM yang unggul, berkompetensi dan berani berubah sesuai kebutuhan serta berinovasi," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono di Jakarta, Kamis (15/10).
Untuk itu, menurut dia, Kementerian PUPR akan selalu membuka diri dan mendorong kerja sama di bidang peningkatan kualitas SDM dengan berbagai perguruan tinggi serta melakukan penelitian dan pengembangan, termasuk dalam sektor infrastruktur.
Ia memaparkan, sejumlah tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan infrastruktur antara lain pemanfaatan sumber daya air yang belum optimal dalam mendukung ketahanan pangan.
Selain itu, lanjutnya, disparitas atau ketimpangan antarwilayah dan kawasan di Tanah Air dan tingkat urbanisasi yang masih tinggi, serta daya saing nasional yang masih lemah.
Diharapkan dengan adanya inovasi-inovasi di tengah masyarakat, maka hal itu juga akan membantu melahirkan solusi guna mengatasi ketimpangan antara berbagai daerah di Indonesia.
INOVASI: Jantung Pertumbuhan Ekonomi
Dalam buku Capitalism, Socialism and Democracy, ekonom Amerika Serikat yang lahir di Austria, Joseph Schumpeter (1883-1950) memperkenalkan pentingnya konsep inovasi ekonomi sebagai jantung bagi pertumbuhan perekonomian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Topik
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
1 hari yang lalu
Rekomendasi dan Sentimen Seputar Saham Harita Nickel (NCKL)
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
1 hari yang lalu
Ini 10 Kebiasaan yang Bikin Susah Kaya Menurut Warren Buffet
2 hari yang lalu