Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FORUM JARINGAN ENTREPRENEUR: Inovasi Jadi Kunci Bagi Pengusaha

Tren depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, fluktuasi IHSG, dan perlambatan perekonomian menjadi momok tersendiri bagi siapapun saat ini, terlebih para pengusaha. Namun, situasi ini bukan tanpa solusi. Kata kuncinya, inovasi.
Berbagai inovasi tersebut menuju ke satu titik. /Bisnis.com
Berbagai inovasi tersebut menuju ke satu titik. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Tren depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, fluktuasi IHSG, dan perlambatan perekonomian menjadi momok tersendiri bagi siapapun saat ini, terlebih para pengusaha. Namun, situasi ini bukan tanpa solusi. Kata kuncinya, inovasi.

Bagi perusahaan keluarga Ateja Group asal Padalarang, Jawa Barat, krisis ekonomi dan sunset  dalam industri manufaktur dianggap angin belaka. Direktur PT Ateja Tritunggal Benny Judiharjo menuturkan sebuah perusahaan tidak akan terdampak berbagai hal tersebut jika terus melakukan pembaruan strategi.

Ateja Tritunggal merupakan perusahaan teknikal tekstil yang hingga saat ini memiliki delapan pabrik dengan total luas lebih dari 550.000 meter persegi. Perusahaan ini memiliki lima kategori produk utama, yakni interior perumahan, interior otomotif, sunscreen, mattress ticking, dan membrane fabric.

“Banyak perusahaan baik besar maupun kecil memiliki seluruh aspek yang dibutuhkan untuk tumbuh. Modal, sumber daya manusia yang cukup. Namun, satu kekurangan besar adalah banyak yang tidak melirik pembentukan research and development,” ujar Benny, Rabu (21/10/2015) di sela-sela Entrepreneur Networking Forum BTPN dan Bisnis Indonesia.

Kala 1998, krisis moneter menerjang. Penyerapan produk Ateja di pasar domestik merosot drastis akibat kerusuhan yang melanda. Namun, perusahaan putar akal, melirik pasar ekspor di Eropa dan Amerika Serikat yang pada saat itu tak terdampak. Saat itu, perusahaan sudah mulai merasakan dampak memiliki divisi penelitian dan pengembangan produk serta mulai masuk ke teknikal tekstil.

Perusahaan terus berinovasi dari sisi bahan baku. Dia mencontohkan pasar Eropa menginginkan produk berbahan baku daur ulang. “Tentu ini tidak mudah, tapi kami sudah memikirkannya jauh-jauh hari, sehingga ada substitusi. Kita harus bisa mengikuti perkembangan teknologi. Bisa, asal ada kemauan. Begitu pula ketika 2008,” tambahnya.

Ateja Tritunggal punya trik soal ini. Benny secara khusus hampir setiap tahun menghadiri berbagai pameran di Tiongkok. Baginya, apa yang disuguhkan dalam setiap pameran merupakan gambaran masa depan. Tiongkok jelasnya merupakan pesaing kuat dalam sektor apapun. Tak hanya inovasi untuk produk, Benny juga acap kali mendapatkan ilham terkait pengembangan pasar perusahaan di pameran-pameran tersebut.

Penelitian dan pengembangan pun tak terbatas menjadi tugas divisi tertentu dalam perusahaan. Lagi-lagi, Ateja Tritunggal menjalankan langkah yang tak lazim dilakukan perusahaan, memanfaatkan kotak saran dari pekerja secara maksimal.

“Kami taruh  suggestion box di setiap bagian, baik produksi maupun nonproduksi. Ada nilai untuk setiap ide. Kami menghargai ide luar biasa yang masuk. Pernah kami memberi Rp20 juta untuk ide terbaik. Bangsa Indonesia ini pintar kok. Ini kan semacam inovasi yang tidak perlu mengeluarkan biaya yang terlalu besar,” lanjut Benny.

Inovasi tanpa henti juga ingin diturunkan Benny hingga ke para pekerja. Ateja Tritunggal sebutnya, merupakan perusahaan keluarga yang kompak. Pekerja adalah keluarga. Perusahaan mendukung penuh peningkatan kapasitas para pekerja. Di tengah kelesuan perekonomian saat ini, menurutnya, pengurangan tenaga kerja bukan solusi yang tepat.

Jika pendidikan formal menurutnya memakan waktu cukup lama maka Ateja membentuk pusat pelatihan khusus agar para pekerja dengan tingkat pendidikan tertentu memiliki tangga karier sendiri. Berbagai inovasi tersebut menuju ke satu titik, menambah formula 4P dalam strategi pemasaran ala Philip Kotler. Product, price, place, promotion, ditambah positioning.

Benny menekankan  positioning  merupakan penempatan brand perusahaan yang kuat. Dia mencontoh-kan medio 1990-an, di sana untuk tekstil interior, konsumen hanya mengenal produk Ateja. “Brand image dan respek terhadap brand harus kita tanamkan. Di dalam dan luar negeri.”

PERBANKAN

Di sektor perbankan, inovasi juga terus dilakoni PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk. Wakil Direktur Utama BTPN Ongki Wanadjati Dana mengatakan, di saat bank-bank lain berhati-hati dalam penyaluran kredit dan mempertimbangkan segmen tertentu, perseroan fokus menggarap dua hal yang tidak menjadi prioritas lainnya.

Pertama, penyaluran kredit untuk segmen usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dengan fokus pada pengembangan dan pertumbuhan usaha nasabah. Salah satu bentuk pemberdayaan yang dilakukan BTPN adalah rencana pembentukan SME Academy. Tiga hal yang ditawarkan oleh BTPN kepada nasabah UMKM mereka yakni solusi keuangan, akses ke pasar, dan pengembangan kapasitas.

Salah satu inovasi baru perseroan adalah BTPN Mitra Bisnis yang dirancang khusus untuk segmen usaha kecil hingga menengah. Melalui BTPN Mitra Bisnis, perseroan menyediakan program informal supply chain dan virtual market.Secara keseluruhan, fokus bisnis BTPN didukung oleh empat unit bisnis yakni BTPN Sinaya-unit bisnis pendanaan, BTPN Purna Bakti-unit bisnis pensiunan, BTPN Mitra Usaha Rakyat-fokus pada pelaku usaha mikro serta kecil dan BTPN Mitra Bisnis.

Kedua, nasabah pensiunan. Perbankan tak lagi melirik segmen ini karena dianggap sunset. Inovasi yang terus dikembangkan adalah pelayanan kesehatan di berbagai kantor unit. Langkah perseroan ini pun mem-buahkan hasil. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah, termasuk Pemprov Sumut menggaet BTPN sebagai mitra.

Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis BTPN pada September 2015,  outstanding penyaluran kredit perusahaan mencapai Rp53,74 triliun, tumbuh 9,98% dari posisi Rp48,86 triliun. Sementara itu, kredit mikro yang disalurkan pada kuartal III/2015 senilai Rp15,24 triliun, tumbuh 20% secara year on year  dari posisi Rp11,66 triliun.“Saat ini ekonomi lesu. Namun, setiap tantangan juga merupakan peluang. Kalau tadi Pak Benny menyebut sekarang sebenarnya adalah peluang, saya sepakat dan mendukung.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper