Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini 6 Cara Nyeleneh Riset Pasar Untuk UMKM

Penulis buku The Power of Kepepet dan Pendiri Young Entrepreneur Academy Jaya Setiabudi beberapa kali mengalami kebangkrutan dalam menjalankan bisnisnya. Berbagai macam ilmu pemasaran dia pelajari dan terapkan, tetapi tidak semuanya berhasil diterapkan.n
Ilustrasi/Antara
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA -  Penulis buku The Power of Kepepet dan Pendiri Young Entrepreneur Academy Jaya Setiabudi beberapa kali mengalami kebangkrutan dalam menjalankan bisnisnya. Berbagai macam ilmu pemasaran dia pelajari dan terapkan, tetapi tidak semuanya berhasil diterapkan.

“Setelah menjajal ilmu-ilmu pemasaran, saya menyimpulkan jangan gunakan ilmu pemasaran untuk perusahaan level multinasional untuk UMKM,” paparnya.

Untuk itu, dia menyusun beberapa langkah praktis terkait riset pemasaran yang bisa diterapkan oleh para calon pelaku usaha sebelum menjalankan bisnisnya. Teknik riset pemasaran ini juga dinilai murah dan tidak memerlukan biaya besar seperti riset-riset profesional.

1.       Numpang Beken

Carilah perusahaan besar yang memiliki karyawan setarget dengan usaha yang akan dilakukan. Jika sudah ditemukan, cobalah untuk membuka usaha di sekitar perusahaan tersebut.

“Misalnya mau buka warung makan dengan target selevel karyawan perbankan, maka tinggal buka warung di dekat bank,” katanya.

2.       Numpang Riset

Pelaku usaha pemula bisa memanfaatkan hasil riset yang sudah dilakukan perusahaan besar. Misalnya sebuah minimarket besar sudah pasti melakukan studi kelayakan sebelum membuka toko, mulai dari kepadatan penduduk dan potensi pasar.

“Karena perusahaan tersebut sudah jelas melakukan riset sebelum membuka toko, berarti potensinya besar. Hal itu bisa dijadikan sebagai langkah awal untuk memilih lokasi usaha,” imbuhnya.

3.       Menyeberang Jalan

Ketika akan menentukan lokasi untuk berjualan, kepadatan lalu lintas menjadi salah satu indikator potensi pasar. Daripada menghitung trafik lalu lintas secara manual, pelaku usaha cukup menyeberang jalan beberapa kali untuk melihat arus lalu lintas.

“Cukup menyeberang jalan tiga kali bolak-balik, bisa menyeberang dengan lancar atau tidak. Kalau bisa menyeberang jalan tanpa tengak-tengok, berarti jalanan sepi dan jangan buka usaha di tempat itu,” katanya.

4.       Sebar Brosur

Sebelum benar-benar membuka bisnis, pelaku usaha bisa mengetes pasar dengan cara menyebarkan brosur jenis usaha yang akan dibuka dan menyantumkan nomor telepon yang bisa dikontak. Jika respons yang didapatkan cukup  baik, berarti ada permintaan dan pasar yang cukup besar.

5.       Pasang Iklan

Serupa dengan menyebar brosur, pemasangan iklan bisa dipilih sebagai cara untuk melihat pasar. Sebaiknya memasang iklan di berbagai media sosial, karena di sana akan ada fitur yang memfasilitasi pemasang iklan untuk menentukan target pasar yang dibidik.

“Di Facebook ada fitur di mana kita bisa memilih iklan tersebut akan ditampilkan untuk pengguna dengan jenis kelamin apa, lokasi, usia, hingga tingkat pendidikan, tinggal dipilih mana yang sesuai dengan produk kita,” katanya.

6.       Tes produk

Daripada membuat kuisioner atau melakukan FGD, Jaya menyarankan supaya pelaku usaha langsung mengetes produknya ke pasar dalam jumlah tertentu. Produk tersebut bisa dijadikan sebagai snack pada saat event khusus, misalnya pertemuan warga atau arisan.

“Kalau mayoritas yang hadir meminta lagi makanan yang kita sajikan, bisa jadi itu menjadi indikator produk diterima pasar,” ujarnya.

Menurutnya, riset pasar tersebut bisa dilakukan dalam kurun waktu satu bulan, sebelum pelaku usaha benar-benar menjalankan bisnisnya. Selama satu bulan itu, sebaiknya calon pengusaha melakukan berbagai macam riset dengan target market yang beragam hingga ditemukan pasar yang cocok dan sesuai dengan bisnisnya.

Di sisi lain, untuk meminimalisasi risiko saat membuka usaha, calon pelaku usaha juga bisa memberikan layanan pesan antar ketimbang langsung membuka toko. Hal ini dinilai lebih praktis dan tidak memerlukan modal besar untuk menyewa tempat.

“Untuk awal bisa dengan memberikan subsidi layanan antar gratis, setelah beberapa lama nanti bisa dilihat mayoritas konsumen dari daerah mana. Di lokasi tersebutlah bisa menjadi sarang semut yang dibidik untuk membuka usaha permanen,” katanya.

Selain itu, setelah bisnis berjalan, juga harus secara rutin berkomunikasi dengan konsumen dan meminta tanggapan atas produk dan layanan yang diberikan. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan masukan demi perbaikan produk ke depannya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper