2. Playtime
Usaha di bidang fesyen tidak melulu menjadi milik para pemodal besar. Usaha ini juga bisa dilakukan dengan modal kecil, dan bahkan menjadi salah satu usaha sampingan yang menjanjikan.
Pelaku usaha lain yang menjalani bisnis fesyen untuk bayi dan anak-anak adalah Aisah Amini. Perempuan 32 tahun ini mampu menjalankan bisnis pakaian anak-anak sejak 2013 lalu di tengah kesibukannya mengurus dua balita berusia 4 tahun dan 2 tahun.
Aisah memulai usahanya dengan menjual baju muslim dewasa yang diambilnya dari produsen di sekitar tempat tinggalnya di Semarang Timur, Jawa Tengah. Akan tetapi karena melihat pasarnya yang terbatas, dia beralih ke produk fesyen anak-anak.
Tak lagi mengambil pakaian dari pihak ketiga, Aisah memilih untuk membangun bisnis clothing dengan merek Playtime.
Dia terjun langsung dalam membeli kain, menggambar pola desain, hingga memotongnya.“Saya tidak sempat memegang mesin jahit karena sambil mengurus anak-anak. Jadi, untuk bagian menjahitnya, saya gandeng tetangga dengan sistem borongan. Terkadang, jika waktu tidak cukup, saya juga pesan langsung ke tetangga dengan melihat stok bahan kain yang mereka miliki,” tuturnya.
Saat menggeluti bisnis dengan model usaha sampingan demikian, Aisah mengaku tidak memerlukan modal besar. Dia hanya memanfaatkan satu buah mesin jahit yang sudah ada di rumahnya.
Adapun, bahan kain didapatnya dari pabrik konveksi yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Di kawasan tersebut memang banyak pabrik yang biasanya memiliki kain sisa produksi. Memanfaatkan kain sisa produksi dari pabrik memiliki keuntungan dan kekurangan tersendiri.
Dia dapat menghemat modal produksi karena harganya tentu lebih miring dibandingkan dengan membeli bahan kain dari pasar. Di sisi lain, jumlah bahan yang didapatnya tidak menentu karena harus berebutan dengan pelaku usaha lain.
Terkadang dia hanya dapat membuat satu atau beberapa potong pakaian anak-anak model jumpsuit atau peplum untuk usia baru lahir hingga bayi 4 tahun. “Ini yang jadi masalah, karena kadang ada yang order lagi meminta dibuatkan model dan bahan yang sama, sementara bahannya limited,” ucapnya.
Kendati demikian, Aisah tak habis akal. Dia rajin berkreasi membuat berbagai model fesyen yang unik guna meminimalisasi kekecewaan konsumen. Dia juga tidak hanya mengandalkan kain sisa dari pabrik dan sering membeli bahan kain dari pasar untuk menjamin ketersediaan stok produk.
Setiap pekan, Aisah mampu memproduksi sekitar 50-100 potong pakaian anak-anak yang biasanya langsung ludes terjual. Satu potong pakaian bayi dan anak-anak dijual dengan harga mulai dari Rp20.000 hingga Rp40.000. Dia memberikan potongan harga bagi pembeli atau reseller dengan jumlah pembelian minimal setengah lusin.
Produk tersebut dia pasarkan secara online lewat media sosial Instagram dengan akun @Playtime_kidclothing, serta lewat pemasaran dari mulut ke mulut ke kalangan kenalannya, serta orangtua anak-anak di sekolah anaknya.
Selain untuk dipakai sendiri oleh anak mereka, banyak pelanggan yang membeli Playtime untuk dijual kembali. Memasarkan produk pakaian bayi dan anak-anak, menurutnya, tidak terlalu sulit, khususnya untuk pakaian anak perempuan. Dia sering mendapat pesanan dari ibu-ibu dari berbagai kota di Pulau Jawa hingga dari Kalimantan, Pangkalpinang, Bali dan Medan yang mengenal produknya lewat Internet.
Menurutnya, banyak orang tua, terutama yang baru memiliki anak balita gemar mem-beli pakaian untuk anak-anak mereka yang sedang lucu-lucunya. Intensitas pembelian-nya pun terbilang lebih tinggi karena pada usia itu biasanya anak-anak bertumbuh dengan cukup cepat. Bagi Aisah, bisnis clothing untuk fesyen bayi dan anak-anak sangat menjanjikan.
Dia kerap mendapat pesanan dalam jumlah besar hingga ratusan potong kain jumpsuit ataupun peplum. Sayangnya, dia mengaku belum dapat memenuhi pesanan yang dalam jumlah terlalu besar lantaran masih menyambi dengan kesibukan sebagai ibu rumah tangga.
“Kalau dijalankan dengan fokus, hasilnya pasti akan lebih maksimal. Selama kita memiliki desain yang unik dan mengutamakan kualitas, produk usaha rumahan pun pasti dapat bersaing dengan produk fesyen anak-anak impor atau buatan konveksi besar,” katanya.