Becik ketitik ala ketara, yang baik akan kelihatan, yang buruk pun akan nampak (pepatah Jawa )
Ini suatu kisah film seri The Body Proof. Megan, seorang dokter ahli forensik di kepolisian Philadelphia, dikenal sebagai dokter yang pintar, cantik, dan sangat berwatak.
Kematian ayahnya, 12 tahun yang lalu, yang dinyatakan sebagai meninggal sebagai bunuh diri, tidak dipercaya oleh Megan. Dia memiliki intuisi kuat bahwa ayahnya meninggal karena dibunuh.
Bertahun-tahun ia hidup dengan kegelisahan karena kasus itu. Lalu, ia mencoba mengajukan proses banding ke pengadilan untuk memeriksa ulang kasus tersebut. Usahanya tidak mudah, karena bahkan sang ibu tidak mendukung usaha Megan.
Sang Ibu tidak bisa menerima proses visum ulang, dengan membongkar makam sang ayah. Megan bersikukuh dengan keinginannya. Pada akhirnya, pengadilan menyetujui untuk dilakukan visum ulang, termasuk membongkar makam.
Pada ujung kisah, intuisi Megan benar. Ayahnya dibunuh, bukan bunuh diri. Dan fatal, pembunuhnya adalah seorang komandan polisi yang takut rahasia kejahatannya diketahui oleh ayah Megan, yang juga seorang dokter kepolisian.
Ini kisah tragis tentang ' jeruk memakan jeruk ', kolega membunuh sesama kolega.
Dalam kejadian yang lebih aktual, sebagai bagian dari kegaduhan pembangunan reklamasi Jakarta, Gubernur DKI Ahok dicurigai 'bermain' dalam proyek tersebut.
Dalam proses perdebatan siapa benar dan siapa salah dalam soal permainan itu, ternyata seorang anggota DPRD DKI tertangkap tangan oleh KPK ketika menerima suap dari salah satu perusahaan pengembang di proyek raksasa itu.
Siapa benar dan siapa salah nampaknya akan segera terkuak dalam proses hukum yang tengah berjalan saat ini.
Suami Susi yang meninggal karena sakit jantung, relatif dalam usia muda, meninggalkan Susi dengan tiga anak yang beranjak dewasa. Susi layak bersedih karena itu. Namun, agak mengherankan bagi orang-orang yang melihatnya, kesedihan itu tak nampak dalam keseharian Susi pascawafatnya suami.
Dia nampak biasa saja, bahkan sangat tegar. Ketegaran Susi itu tumbuh, karena ternyata Susi, sepeninggal sang suami menemui fakta yang menyakitkan. Sang suami selama ini mempunyai seorang isteri lain, atau simpanan, yang dinikahi secara siri.
Fakta pahit itu diketahui oleh Susi manakala sang madu itu mengajukan 'klaim' kepadanya dengan bukti-bukti yang sangat akurat.
Becik ketitik ala ketara. Pepatah Jawa ini menuturkan bahwa apa pun kebaikan atau keburukan dalam hidup ini, pada ujungnya akan kelihatan. Kebaikan yang disembunyikan, atau keburukan yang ditutup-tutupi, cepat atau lambat akan terungkap.
Makin Mungkin
Filosofi ini semakin mendapatkan penguatan, dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Kemungkinan terjadinya becik ketitik ala ketara makin sangat dimungkinkan.
Wiki Leaks, pembeberan info-info rahasia oleh Julian Assange atau yang lagi ramai saat ini, Panama Papers, menegaskan kebenaran pepatah Jawa ini.
Sesuai dengan falsafah becik ketitik ala ketara ini, jutaan kasus kriminal di dunia ini berhasil dibongkar oleh para aparat penegak hukum. Hukuman pun telah dijatuhkan kepada para terpidana yang bersangkutan.
Namun di sisi lain, kita juga mengetahui, pelbagai tindak kejahatan yang belum terungkap hingga kini. Mulai dari kasus teri hingga kriminal kakap, jutaan kasus tak terbongkar.
Siapa sebenarnya pembunuh John F. Keneddy? Bagaimana Riza Khalid berperan dalam mafia migas selama ini? Contoh-contoh lain yang tak kunjung terungkap. Lalu bagaimana dengan kesahihan becik ketitik ala ketara dengan adanya 'ala' atau kejahatan yang masih menjadi misteri itu?
Nampaknya, becik ketitik ala ketara adalah filosofi yang harus dipahami dalam perspektif spiritual. Yang baik akan kelihatan, yang buruk akan nampak harus diteropong dalam kehidupan, baik dunia maupun akhirat.
Dia tidak dapat dilihat dalam kacamata duniawi semata. Ia tak akan nampak hanya dalam kehidupan manusia di alam fana saja.
Demikianlah sejatinya. Karena kembali kepada kaidah alam yang sudah diatur oleh Nya, kehidupan dunia, dalam hal ini, termasuk pengetahuan manusia ada batasnya.
Kesemua ditetapkan oleh Yang Maha Esa, yang mempunyai kuasa atas segalanya. Dalam bahasa ilmuwan, Albert Einstein menyatakannya, “Semua agama, seni dan pengetahuan adalah cabang-cabang dari pohon yang sama.” Kesemua hal di dunia bermuara hanya kepada Nya semata.
Yang tak terungkap di dunia akan terungkap gamblang kelak, di peradilan di Atas nanti, oleh sang pengadil yang Maha Tahu dan Maha Bijaksana.
Suatu nasihat bijak mengatakan, Begitulah kehidupan. Ada yang kita tahu, ada pula yang tidak kita tahu.
“Yakinlah, dengan ketidaktahuan itu bukan berarti Tuhan berbuat jahat kepada kita. Mungkin saja Tuhan sengaja melindungi kita dari tahu itu sendiri.”
Becik ketitik ala ketara. Sekali lagi adalah suatu filosofi yang sangat spiritual, yang mengakui kelemahan dan keterbatasan manusia. Sekaligus meyakini kekuasaan tak terbatas Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mengetahui hal apapun yang ada di dunia ini.
Kalau pun Anda masih ingin aman dan tak mendapat musibah karena becik ketititik ala ketara ini, mari bersikap baik dalam kehidupan.
Lurus-lurus saja mengikuti aturan dunia. Hindari melakukan persekongkolan buruk dengan siapa pun. Marilah coba selalu terbuka, transparan, tanpa harus berpura-pura.
Meskipun tidak dapat dipungkiri, semua manusia, tanpa terkecuali, memiliki sisi gelap masing-masing. Semua memiliki rahasia yang sangat pribadi.
Untuk itu ikuti advis Seneca ini, “Kalau anda ingin orang lain merahasiakan rahasia Anda, simpanlah sendiri rahasia itu.”
Penulis:
Pongki Pamungkas
Penulis buku The Answer Is Love dan All You Need Is Love