Bisnis.com, JAKARTA – Kepolisian New Delhi, India, menangkap mantan miliarder Shivinder Singh atas dasar tuduhan penipuan dan penyalahgunaan dana senilai hampir US$337 juta.
Menurut pernyataan pihak kepolisian, Singh saat ini telah ditahan bersama Sunil Godhwani, mantan kepala layanan keuangan perusahaan yang pernah dinakhodai oleh Singh.
“Tertuduh, yang memiliki kendali absolut atas Religare Enterprises Ltd. dan anak perusahaan-anak perusahaannya, telah membawa Religare Finvest Ltd. dalam kondisi keuangan buruk dengan cara menyalurkan pinjaman kepada perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki kedudukan finansial,” terang kepolisian Delhi pada Kamis (10/10/2019).
“Perusahaan-perusahaan yang menerima jumlah (pinjaman) ini pun mengalami gagal bayar sehingga menyebabkan kerugian sebesar 23,97 miliar rupee atau US$337 juta,” paparnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Media setempat mengabarkan bahwa pihak berwenang juga menangkap kakak Shivinder, Malvinder Singh, di negara bagian utara Punjab, tak lama setelah menangkap sang adik.
Para penyelidik mengajukan soal penangkapan tersebut ke pengadilan setempat pada Jumat (11/10/2019) dan akan berupaya memperpanjang penahanan mereka.
“Para tertuduh diduga secara sistematis menyedot dan mengalihkan uang masyarakat umum dengan cara rahasia untuk keuntungan mereka,” tambah pihak kepolisian.
Penangkapan ini menjadi awal terobosan dari terjalnya kejatuhan salah satu klan bisnis yang pernah dipandang paling menonjol di India.
Kakak beradik Singh adalah pewaris kerajaan bisnis keluarga yang mencakup produsen obat-obatan ternama dan jaringan rumah sakit terbesar kedua di India. Namun dalam beberapa tahun terakhir, mereka kehilangan semua bisnis utama di tengah tuduhan penipuan dan meningkatnya utang.
Pengadilan Singapura telah memerintahkan kakak beradik Singh untuk membayar sebesar 35 miliar rupee (US$493 juta) kepada produsen obat asal Jepang, Daiichi Sankyo Co.
Hal ini lantaran mereka menyembunyikan informasi penting selama proses penjualan perusahaan obat generik keluarga mereka, Ranbaxy Laboratories Ltd., yang dilakukan lebih dari satu dekade lalu.
Dalam dua tahun terakhir, regulator pasar saham India menuduh kakak beradik ini melakukan penipuan terhadap bisnis jaringan rumah sakit dan jasa keuangan yang mereka bangun. Bisnis-bisnis tersebut pada akhirnya harus digadaikan kepada pemberi pinjaman.
Kakak beradik Singh mulai diuber pihak berwajib pada Agustus 2019. Oleh Religare Finvest, anak usaha Religare Enterprises, keduanya dituduh melakukan penipuan dan penyalahgunaan dana.
Religare Finvest mengajukan pengaduannya ke kepolisian terhadap pada Desember 2018. Lima bulan kemudian, kakak beradik ini dituduh melakukan kecurangan, penipuan, dan penyalahgunaan dana. Pihak berwajib juga memprakarsai penyelidikan kasus pencucian uang terhadap mereka.
Shivinder dan Malvinder Singh merupakan ahli waris dari Ranbaxy Laboratories yang didirikan oleh ayah mereka. Oleh keduanya, perusahaan bernilai miliaran dolar AS ini kemudian dijual kepada Daiichi Sankyo pada 2008.
Mereka kemudian fokus pada Fortis Healthcare milik keluarga, bisnis jaringan rumah sakit, dan Religare Enterprises, sebuah perusahaan jasa keuangan, seperti dilansir dari Business Today.
Pada 2013, Daiichi memindahkan pengadilan arbitrase di Singapura dengan tuduhan bahwa kakak beradik Singh, saat menjual Ranbaxy, menyembunyikan informasi perihal penyelidikan perusahaan oleh Food and Drug Administration (FDA) dan Departemen Kehakiman Amerika Serikat.
Perseteruan di dalam bisnis keluarga selanjutnya dimulai setelah mereka kehilangan kendali atas Fortis Healthcare dan Religare. Keduanya mengundurkan diri dari dewan direksi Fortis Healthcare menyusul keputusan Pengadilan Tinggi pada Februari 2018.
Pada bulan September tahun yang sama, Shivinder Singh mengajukan pengaduan terhadap kakaknya atas tuduhan "penindasan dan salah kelola" dalam bisnis mereka yakni RHC Holding, Religare, dan Fortis.
Otoritas bursa India, Securities and Exchange Board of India (SEBI) kemudian memerintahkan kakak beradik Singh dan perusahaan-perusahaan terkait untuk membayar Fortis, setelah selama penyelidikan ditemukan bahwa mereka telah mengalihkan dana dari Fortis dan salah menafsirkan laporan keuangan.
Tahun lalu, Mahkamah Agung India menolak banding mereka dan mengkonfirmasi putusan arbitrase internasional. Kemudian pada awal 2019, pengadilan tinggi memberi peringatan bahwa mereka dapat masuk penjara karena tidak mematuhi perintah untuk membayar Daiichi Sankyo.