Bisnis.com, JAKARTA – Untuk meningkatkan brand awareness, perusahaan membutuhkan publikasi yang luas sejak pertama perusahaan atau brand diluncurkan maupun saat akan melakukan ekspansi.
Bentuk publikasi paling efektif adalah melalui media massa. Untuk itu, penting bagi perusahaan menjaga hubungan baik dengan media dalam membangun dan mengembangkan bisnisnya, terutama perusahaan rintisan atau startup.
Berbekal terobosan tentang konsep baru serta produk yang menarik, banyak perusahaan startup merasa ini adalah kesempatan baik untuk hadir di media. Sayangnya, tidak sedikit perusahaan startup tersebut yang kurang tepat saat melakukan interaksi dengan media.
Alih-alih membuat usahanya terpublikasi dengan baik, kadang kala mereka terpaksa harus membangun brand lewat perbaikan reputasi dan publikasi karena kesalahan yang tak disengaja saat berhubungan dengan media..
Berikut adalah delapan kesalahan umum di kalangan startup yang dapat menciptakan dampak negatif terhadap potensi publikasi mereka seperti yang disampaikan oleh Lars Voedisch, Managing Director PRecious Communications
1. Tidak berpikir taktis terkait konten eksklusif
Sebuah berita besar seperti peluncuran produk atau putaran pendanaan dengan angka fantastis tentu saja menarik media. Beberapa startup seringkali menjadikan hal ini sebagai konten eksklusif terhadap media tertentu.
Sebetulnya, hal tersebut berpotensi menyulitkan perusahaan karena dengan hak eksklusif terhadap satu media secara tidak langsung anda membatasi potensi liputan dari media lain sehingga nilai pemberitaan dari sebuah kabar penting menurun secara signifikan.
2. Pengumuman penting lewat kanal tidak resmi
Sebagai praktisi komunikasi, sangat dimengerti bahwa pencapaian penting perusahaan adalah saat yang sangat menggembirakan bagi wirausahawan yang berkecimpung di startup. Namun, dalam keadaan apapun informasi seperti itu tidak seharusnya dibagikan sebelum waktunya lewat media informal seperti website perusahaan, blog atau platform sosial media jika sudah ada rencana pengumuman melalui media.
Ketertarikan media terhadap berita akan cenderung berkurang apabila ditemukan pengumuman melalui jalur informal.
3. Interaksi media yang tidak teratur
Pemahaman salah kaprah tentang keterlibatan media yang hanya difokuskan pada saat pengumuman penting atau peluncuran produk besar seringkali ditemukan. Hal yang tidak disadari oleh banyak startup adalah pentingnya upaya berkesinambungan dalam membangun cerita yang kuat di media.
4. Terlalu sering muncul di media
Walau interaksi yang tinggi dengan media merupakan strategi yang terdengar baik, tetapi hal tersebut tidak selalu benar. Komentar yang berlebihan terhadap suatu isu akan mengurangi nilai berita dan perhatian terhadap perusahaan anda.
Beberapa media juga memiliki kebijakan untuk menghindari publikasi dari satu brand/perusahaan atau tokoh yang sama secara berulang. Seterusnya, perusahaan anda bisa saja mendapat liputan yang tergolong biasa-biasa saja dan malah kehilangan kesempatan ketika memang membutuhkan ruang publikasi di media untuk isu yang benar-benar penting.
5. Tidak mengerti lanskap media
Godaan bagi startup untuk melakukan pendekatan kepada setiap jurnalis atau institusi media yang relevan dengan mereka begitu besar. Namun, penting juga untuk mengetahui pihak-pihak yang tepat dalam mengkomunikasikan pesan anda kepada khalayak. Riset dan pemetaan jurnalis dan media yang sesuai dengan bidang dan sektor suatu perusahaan, merupakan kunci dalam pemahaman media.
6. Pesan yang tidak konsisten dan cenderung membingungkan
Antusiasme pendiri startup sering tercermin melalui interaksi media yang apa adanya sehingga pesan yang tersampaikan hanya berupa kalimat jargon industri. Hal ini berpotensi membingungkan jurnalis yang kurang mendapat pemahaman mendalam terhadap perusahaan atau industri terkait.
Startup harus memiliki pesan yang konsisten dengan visi misi mereka karena jika tidak mereka akan dengan mudahnya dipertentangkan dengan sesi liputan media sebelumnya. Menyampaikan angka atau persentase secara tidak tepat dapat menimbulkan efek negatif jangka panjang terhadap reputasi dan kredibilitas sebuah brand.
7. Kurang paham soal hak editorial
Dalam setiap interaksi dengan media, penerimaan atas keputusan editorial merupakan kunci dan bentuk penghormatan anda terhadap institusi media. Luangkan waktu lebih banyak dengan jurnalis atau editor untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam terkait cara kerja media mungkin dapat membantu anda.
8. Berusaha terlalu keras untuk menciptakan impresi
Hal ini merupakan kecerobohan yang sering dilakukan startup. Seringkali didapati pendiri startup membeberkan rahasia perusahaan mengumumkan suatu hal yang belum semestinya disampaikan ke publik.
Interaksi dengan media membutuhkan sebuah perencanaan matang dan didasari sebuah strategi tentang cerita yang ingin difokuskan, fakta apa yang dapat memperkuat poin tersebut, serta pandangan terhadap industri dan pesaing anda.