Bisnis.com, JAKARTA -- Industri kecantikan tahan terhadap dampak resesi. Meskipun kondisi sedang krisis, banyak perempuan yang tetap merawat kulit dan diri.
Sebuah artikel di website Frugal Entrepreneur mengatakan bahwa tidak peduli berapa banyak ekonomi menderita, wanita dan penggemar kecantikan lainnya selalu ingin merawat diri dan tampil cantik.
Klaim ini terbukti pada tahun 2001, di mana penjualan lipstik melonjak ke tingkat yang lebih tinggi meskipun serangan 11 September mempengaruhi industri lain di pasar.
Fenomena ini, yang dikenal sebagai "efek lipstik" adalah salah satu contoh bagaimana konsumen terus berinvestasi dalam produk kecantikan yang terjangkau bahkan selama periode yang penuh gejolak.
Pada 2007, bagaimanapun, fenomena lipstik bergeser ke cat kuku yang mengalami peningkatan penjualan sekitar 65 persen pada pertengahan 2008. Ini terjadi selama resesi ekonomi pada masa itu.
Sementara tren produk kecantikan bergeser, tidak dapat disangkal bahwa orang bersedia berinvestasi dalam barang-barang pribadi yang terjangkau yang membantu mereka melewati masa-masa sulit.
Baca Juga
Co-Founder & CMO PT Social Bella Indonesia Chrisanti Indiana menyampaikan bahwa industri ini sangat menjanjikan.
"Pertumbuhan demand produk kosmetik dan personal care menjadi sangat tinggi yang salah satunya didorong oleh peningkatan gaya hidup, bertambahnya kalangan menengah di Indonesia, adopsi beauty trend dari mancanegara, serta pengaruh dari social media," ujar Chrisanti, kepada Bisnis, Kamis (23/7).
Peluang ini yang kemudian dirangkul oleh Social Bella Indonesia dengan membangun sebuah ekosistem yang komprehensif dan terintegrasi.
Dia menambahkan bahwa dalam perjalanannya, Social Bella tidak hanya menjadi sekedar platform kecantikan yang dirujuk oleh lebih dari jutaan orang setiap harinya, tetapi juga turut menumbuhkan pasar industri kecantikan di Tanah Air.
Menurut laporan Euromonitor International, Pasar Masa Depan: ASEAN pada tahun 2020, Indonesia juga disebut sebagai pasar kecantikan yang tumbuh paling cepat di Asia untuk kecantikan dalam hal tingkat pertumbuhan tahunan gabungan.
Masih berlandaskan pada sumber yang sama, pasar kecantikan dan perawatan diri di Indonesia diperkirakan bernilai US$6,03 miliar pada 2019 dan tumbuh menjadi US$8,46 miliar pada 2022.
Pada awal Social Bella berdiri, perusahaan fokus pada target pasar beauty enthusiast usia muda, yakni kisaran usia 18-35 tahun.
"Kami melihat target ini adalah yang paling besar dan memiliki kebutuhan akan produk kecantikan yang sangat beragam dimana tidak hanya produk-produk kecantikan lokal, Asia tetapi juga dari Amerika dan Eropa, hingga Australia," katanya.
Seiring dengan perjalanannya, Sociolla yang diluncurkan pada 2015 tumbuh sebagai platform ecommerce kecantikan terdepan di Indonesia.
Untuk semakin memperkuat posisinya, perusahaan juga secara perlahan membangun ekosistem kecantikan yang semakin melengkapi pengalaman berbelanja secara menyeluruh bagi para beauty enthusiast melalui platform ulasan SOCO, serta Beauty Journal.
Belum lama ini, Social Bella meluncurkan sebuah unit usaha atau platform yang tersegmentasi untuk kaum ibu yang diberi nama "Lilla by Sociolla."
Platform ini menyediakan 100 merek produk perawatan dan kecantikan yang dikurasi khusus untuk ibu Indonesia.