Bisnis.com, JAKARTA -- Dalam setiap bisnis yang dibangun, aktivitas marketing atau pemasaran merupakan keniscayaan yang harus dilakukan agar usaha yang dijalankan semakin dikenal dan berkembang secara luas.
Tidak hanya bisnis konvensional saja, startup atau perusahaan rintisan juga membutuhkan strategi marketing yang solid dan efektif sesuai dengan karakteristik bisnis yang dibangun.
Banyak teori marketing yang saat ini dapat dipelajari sehingga terkadang cukup membingungkan bagi para pemula untuk diterapkan dalam bisnis yang dijalankannya.
Seperti halnya Gibran Huzaifah, CEO e-Fishery yang sudah merasa cukup dibekali dengan teori-teori marketing dan pengalaman bisnis sebelumnya saat awal dirinya mendirikan e-Fishery.
Namun, pada kenyataannya, yang dia hadapi saat di lapangan sedikit berbeda dengan teori tersebut sehingga dia pun terus berproses dan menjalankan bisnis serta strategi marketing sesuai dengan kebutuhan di lapangan. Dia pun lantas mencoba menjalankan strategi marketing sesuai dengan target market yang disasar.
Sebagai startup penyedia alat pintar dengan teknologi IoT (internet of things) untuk memberi pakan pada ikan, eFishery memiliki target pasar pemilik usaha budidaya ikan yang sangat niche dan terbatas. Dengan lebih memahami target marketnya, maka Gibran memutuskan untuk mendekati pemilik usaha budidaya ikan satu per satu, dan mendemokan eFishery Feeder secara langsung.
Keteguhan Gibran dalam menghampiri target pasarnya ini pun ia simpulkan bahwa ‘marketing is anything that works effectively to drive people to buy your product’.
Selanjutnya, dia juga mendekatkan diri dan fokus membangun relasi dengan calon pelanggan.
Untuk itu, dia lantas merekrut banyak penjual pakan ternak di area sekitar untuk menjadi tenaga sales-nya untuk memastikan para sales memiliki kedekatan secara emosional dan wawasan dengan target pasarnya.
“Identifikasi segmen pasar kita. Siapa yang paling mungkin untuk membeli produk kita? Bedah profil customer, areanya, behavior sampai ke permasalahan yang dihadapinya,” ungkap Gibran.
Senada disampaikan Danu Sofwan CEO Radja Cendol (Randol) yang juga mengungkapkan pentingnya pelaku startup mengetahui siapa target pasar yang ingin disasar.
Sebelum mendirikan Randol, Danu bahkan sempat merintis 10 bisnis yang semuanya gagal karena dia tidak mengetahui siapa target pasarnya secara jelas.
Untuk mengembangkan produk kuliner seperti Randol, Danu juga memastikan jika produknya sesuai dengan selera masyarakat di daerah atau kota yang ingin dituju dengan cara melakukan blind testing serta kuesioner.
Dia kemudian mempelajari pangsa pasarnya tersebut sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan produk yang dibuat, proses pemasaran, serta dalam menentukan range harga dan varian produk.
Menurut Danu, inovasi produk menjadi hal yang juga tidak kalah penting dalam mengembangkan bisnis. Setidaknya, ada tiga faktor yang menjadi dasar Randol mengembangkan produk.
Pertama, produk harus extraordinary, seperti Randol yang saat itu hadir sebagai pelopor minuman cendol susu yang belum banyak di pasaran. Dia bahkan berani melawan arus tren pasar yang lebih menggemari minuman berbahan dasar bubble.
Kedua, tentukan USP (unique selling proposition) dari produk yang bukan hanya sekadar unik, tapi juga punya jual.
Ketiga, adalah adanya unsur history dengan memasukkan cerita dari nilai produk sehingga pelanggan dapat melihat nyawa brand kita di setiap produk.
“Pastikan nilai produk bisa memberikan customer experience yang positif agar secara otomatis dipromosikan dari mulut ke mulut. Bangun positioning yang tepat. Tanyakan ke diri sendiri dan tim, ingin dikenal sebagai apa bisnis Anda di mata konsumen,” ujarnya.
Selain itu, walaupun Randol bermula dari kios kecil, Danu memastikan bahwa seluruh pegawainya memiliki SOP (standard operating procedure) dan KPI (key performance indicator) yang ketat, agar kualitas yang diberikan kepada konsumen dapat terjaga.
Berbeda dengan Randol yang melakukan promosi secara digital dengan media sosial, e-Fishery justru melakukan promosi hanya di titik-titik tempat karakteristik konsumen berada, yaitu di toko pakan ikan. eFishery juga sering mengadakan sarasehan untuk membentuk komunitas dengan menghadirkan pembicara yang sesuai dengan karakteristik bisnis.
Publikasi Media Massa
Baik Randol dan eFishery, keduanya menggunakan platform publikasi media massa yang sedikit berbeda. e-Fishery fokus pada media hyperlocal, dengan cakupan media daerah yang terbatas tetapi efektif sesuai dengan yang dikonsumsi pelanggannya. Sementara, Randol menggunakan publikasi yang lebih masif dengan media lokal dan nasional.
Menariknya, branding e-Fishery justru dilakukan setelah bisnisnya cukup mapan dengan basis pelanggan yang sudah cukup besar.
Kini e-Fishery telah berkembang menjadi perusahaan terintegrasi yang menjadi rantai pasok industri akuakultur dari hulu ke hilir (aquaculture intelligence company).
Ahmed Tessario, CEO Sirtanio yang juga salah satu kolaborator Diplomat Success Challenge XI, mengatakan bahwa bisnis harus dibangun berdasarkan ilmu pengetahuan, harus inovatif, strategis, memanfaatkan teknologi dan informasi, dan cari serta bangun relasi melalui jaringan wirausaha.
Ahmed sendiri mengikuti DSC pada tahun 2013 dengan bisnisnya, Sirtanio, yaitu perusahaan yang menyediakan sistem pertanian terintegrasi untuk membantu petani memanen beras organik bersertifikasi.
Bantuan diberikan dalam bentuk pinjaman (pupuk, benih, tenaga kerja), di mana petani akan dikontrak selama 3 musim untuk mengikuti program, dan nanti hasil taninya akan dibeli 30% lebih tinggi dari harga pasar.
Kini, Sirtanio telah berkolaborasi dengan lebih dari 2.000 jaringan petani, 440 hektar lahan di 6 distrik di Jawa Timur, 14 distributor dan lebih dari 200 reseller, serta produk yang didistribusikan ke 27 distrik di Indonesia, bahkan diekspor hingga Italia dan Afrika Selatan.
Program DSC XI pada tahun 2020 ini telah dimulai sejak 19 Agustus 2020 dan batas pendaftaran ide bisnis akan berakhir di tanggal 19 Oktober 2020.
Selain hibah modal usaha senilai 2 miliar rupiah yang akan diberikan kepada pemenang, para finalis juga berkesempatan mendapatkan pendampingan bisnis dari para mentor, serta bergabung dengan jaringan wirausaha Diplomat Entrepreneur Network (DEN)