Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Promosi Produk, Indonesia Ramai Pakai Ikon Artis Korea Selatan

Untuk menarik pembeli yang 'demam Korea' maka produsen di Indonesia menggunakan artis-artis asal Korsel sebagai ikon.
BTS menjadi ikon untuk mempromosikan produk-produk Indonesia.
BTS menjadi ikon untuk mempromosikan produk-produk Indonesia.

Bisnis.com, JAKARTA -- Tingginya pangsa pasar dan asimilasi budaya Asia Timur dengan budaya populer global mendorong tingginya daya tarik brand ambassador asal Korea Selatan bagi produk dunia termasuk produk Indonesia.

Berdasarkan catatan Bisnis.com, pada 29 Juli 2020, boyband asal Korea, BTS, menggelar konser virtual dengan tema ‘Waktu Indonesia Belanja Tokopedia’. Maklum saja, BTS adalah brand ambassador dari Tokopedia.

Pertunjukkan itu berlangsung melalui video streaming di platform Tokopedia dan juga dalam program interaktif di stasiun TV lokal. Konser itu pun dipandu oleh beberapa artis dalam negeri, sebut saja; Raffi Ahmad, Luna Maya, dan Tiara Andini. Beberapa musisi Indonesia pun turut meramaikan acara ini. Misalnya Raisa, NOAH, Wali, Project Pop, Reza Artamevia, Weird Genius, dan Syakir Daulay.

Tak tanggung-tanggung, program konser dengan tajuk Waktu Indonesia Belanja di Tokopedia ini menghadirkan promo dan diskon produk fashion, kebutuhan ibu dan anak, peralatan rumah tangga, produk kecantikan, makanan dan minuman. Berkaca dari banyaknya tawaran itu, para penggemar BTS tentu beramai-ramai mengikuti konser ini, apalagi dengan kesempatan berbelanja murah.

Tokopedia, bukanlah satu-satunya e-commerce atau perusahaan Indonesia yang menggaet artis Korea Selatan sebagai brand ambassador untuk daya tarik pemasaran. Masih ada beberapa perusahaan lain semisal Shopee yang menggaet Blackpink, lalu Choi Siwon Super Junior sebagai brand ambassador untuk Mie Sedaap, lalu Gong Yoo untuk Asus Zenfone, bahkan Lee Min Ho untuk produk Kopi Luwak.

Menurut Pakar Marketing Yuswohady, strategi marketing dari perusahaan merekrut artis Korea untuk brand ambassador maupun model iklan bukanlah hal baru dalam industri. Sebelum mewabahnya artis Korea, perusahaan di Indonesia beramai-ramai menggaet artis luar negeri khususnya dari Barat misalnya dari Amerika atau Eropa.

Yuswohady menjelaskan, strategi ini sebenarnya masih tergolong celebrity endorser. Umumnya ikon yang digunakan adalah golongan selebritis, yang mana punya coverage dan awareness yang tinggi, meski engagement mereka kecil jika dibandingkan dengan influencer yang mengandalkan konten dan menjaga engagement.

Dia mengatakan, strategi mengambil artis Korea Selatan untuk memperluas jangkauan dan awareness mengingat tingginya pangsa pasar pecinta Korea Selatan di Indonesia. Selain itu, dia menilai tingginya kedekatan antara tradisi dan budaya Korea Selatan sebagai masyarakat Asia lebih mudah dicerna dan diminati masyarakat Indonesia.

“Kita sudah lihat 10 tahun terakhir, musik Korea mulai sejajar dengan musik asal Barat. Kedekatan Korea dengan kita sebagai sesama orang Asia mempercepat proses ini,” ujarnya kepada Bisnis.com beberapa waktu yang lalu.

Aspek lain yang tak kalah penting menurut Yuswohady, keberhasilan Korea Selatan menyulap produk seni, budaya, dan kuliner mereka menjadi tren global bersanding dengan produk Barat membuat pasar di Indonesia pun lebih mudah terpikat dengan produk maupun artis Korea. Hasilnya, perusahaan asal Indonesia pun melihat bintang-bintang asal Korea Selatan sebagai tren baru dalam kancah industri global untuk mendorong pertumbuhan pasar.

Yuswohady mengambil contoh, BTS kini sudah sejajar misalnya dengan One Direction. Sementara, bagi orang Indonesia, mengikuti tren sangat penting terutama tren global, termasuk ikut serta dalam tren budaya Korea Selatan saat ini.

Dia menambahkan, untuk bisa mendorong produk dan industri Indonesia mencapai posisi global dan setara dengan produk Amerika, Eropa, maupun Korea Selatan jalan yang ditempuh tidak mudah.

Jika berkaca dari kesuksesan Korea Selatan saja, hal itu tidak lepas dari kemampuan diaspora Korea Selatan dan bangsa Asia Timur lainn yang tersebar di seluruh dunia. 

Yuswohady menilai, tren serba Korea Selatan juga harus dilihat dari sisi pasar bahwa hal ini terjadi karena budaya mereka mulai mengglobal karena banyak masyarakat ras Asia Timur seperti Korea, Jepang, China, yang tersebar di seluruh dunia.

"Jumlah mereka cukup besar, sebagai market mereka pun tinggi. Maka perlu ada emotional connection yang dibangun dan menciptakan branding,” tuturnya.

Di lain pihak, Indonesia sebagai masyarakat yang didominasi dari ras Melayu belum tersebar secara merata ke seluruh dunia. Sebagai contoh dari industri perfilman, Yuswohady menyatakan masih sedikit representasi orang dan budaya Melayu dalam film global. Sebaliknya, film tingkat global kini semakin banyak menyertakan tokoh atau karakter yang merepresentasikan dari masyarakat kulit putih yaitu Amerika dan Eropa, disusul masyarakat kulit hitam, dan masyarakat berkulit kuning yakni Cina, Jepang, dan Korea dari Asia.

Oleh sebab itu dapat disimpulkan, bahwa dari segi jumlah, populasi Melayu masih kurang sebagai pasar dunia. Begitu pun diaspora Melayu dalam posisi strategis industri di dunia masih sedikit. Berbeda dengan India, meski sama-sama Asia, Bollywood kalah saing dengan Hollywood, representasi India banyak dalam film berskala internasional.

"Saat ini bos-bos perusahaan besar di dunia juga banyak orang India,” sambungnya.

Yuswohady pun menyimpulkan, untuk Indonesia menyamakan posisi seperti Korea Selatan masih akan menempuh waktu yang cukup panjang. Apalagi dengan konstelasi pasar dunia saat ini diaspora Indonesia yang berpengaruh di dunia belum sebesar jumlah diaspora negara lain, termasuk Korea Selatan.

“Branding dari sisi masyarakat Melayu ini juga masih kurang. Penyebaran orang Melayu juga masih terbatas, jadi memang untuk bisa mencapai posisi setara kita agak berat, baik dari sisi branding maupun marketing,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper