Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Chatib Basri Lebih Suka Belajar Seni daripada Ekonomi

Berkaca dari hasil survei UNICEF, Rabu (14/10/2020), menyatakan bahwa selama pandemi ini ada 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku selama pandemi Covid-19 merasa tidak nyaman belajar di rumah.
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA -- Posisi pendidikan seni atau arts dalam porsi pendidikan di Indonesia kerap kali menerima stigma yang tidak penting dibandingkan ilmu teknik dan matematika.

Berkaca dari hasil survei UNICEF, Rabu (14/10/2020), menyatakan bahwa selama pandemi ini ada 66 persen dari 60 juta siswa dari berbagai jenjang pendidikan di 34 provinsi mengaku selama pandemi Covid-19 merasa tidak nyaman belajar di rumah.

Selain itu masih ada 87 persen siswa ingin segera kembali ke sekolah. Ada pula, 88 persen siswa juga bersedia memakai masker di sekolah dan 90 persen mengatakan pentingnya jarak secara fisik jika mereka belajar di kelas.

Namun salah satu penyebabnya adalah 38 persen siswa mengaku mengalami kekurangan bimbingan dari guru mereka, yang menjadi sebuah tantangan besar.

Dalam mengatasi ini sejumlah institusi pendidikan baru melakukan pendekatan dengan memanfaatkan seni sebagai upaya menstimulasi belajar anak. Padahal, selama ini telah berkembang skema STEAM singkatan untuk Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni  (art) dan Matematika (mathematic).

Dikutip dari ww.affordablecollegesonline.org, istilah ini diciptakan di Sekolah Desain Pulau Rhode (RIDS).

Skema STEAM menggambarkan peran seni dalam desain dan sains.

Salah satu pendiri pawal skema kni Georgette Yakman, menyebut STEAM sebagai sains dan teknologi, yang ditafsirkan melalui teknik dan seni, semua berdasarkan unsur-unsur matematika.

Ekonom Chatib Basri mengaku, seni sangat berperan dalam pengembangan logika pikir seorang ekonom. Dia bahkan membeberkan, lebih mencintai seni khususnya seni teater ketimbang harus bergulat dengan ilmu ekonomi. 

Mantan Menteri Keuangan ini bahkan membeberkan lebih berminat untuk sekolah tinggi ilmu seni teater ketimbang ekonomi.

Dia beralasan, keputusan mengambil jurusan ekonomi tak lepas dari arahan dan stigma orang tua zaman dulu yang menilai ekonomi sebagai jurusan nagi anak pintar dan menjanjikan masa depan yang cerah.

“Kesenian ini soal imajinasi, mengasah kepekaan, dan ini yang sangat penting dimiliki pada semua bidang,” jelasnya.

Dia membeberkan ada banyak ekonom dunia yang justru memiliki keahlian berpikir dan menghasilkan rumusan dan terobosan ekonomi berkat kecintaan pada cabang seni tertentu.

Hal ini dinilai oleh Chatib sebagai kekuatan dari seni sebagai stimulus yang mendorong imajinasi dan daya analisis para ekonom. 

Psikolog Anak, Jovita Maria Ferliana menambahkan, orangtua juga harus dilibatkan untuk mengembangkan skema STEAM dalam metode pendidikan anak.

Dia menilai, daya imajinatif dan analitis anak akan mendorong anak untuk menjadi pribadi yang kreatif dalam memecahkan masalah.

“Dengan anak memiliki kreativitas yang tinggi, mampu berpikir dan melihat suatu masalah dari berbagai sisi dan sudut pandang hasilnya dia akan menjadi anak yang berpikiran terbuka dalam memecahkan masalah,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper