Bisnis.com, JAKARTA - Peluang bisnis budi daya lobster air tawar ternyata sangat menguntungkan dan memiliki propsek yang cukup cerah. Pasalnya, pasar lobster ini sudah terbentuk dengan permintaan yang terus meningkat dan harga yag stabil, tetapi jumlah pembudidayanya masih sangat sedikit dibandingkan dengan ikan lele, gurame, maupun udang.
Lobster air tawar sendiri mulai dikenal masyarakat Indonesia sejak tahun 2000. Dengan penampilannya yang cantik, awalnya lobster lebih banyak dijadikan sebagai hiasan di aquarium. Namun, manfaat dan rasa gurih yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan lobster air laut, serta kolesterol yang lebih rendah maka lobster air tawar lambat laun mulai dikonsumsi, peminatnya pun terus bertambah.
Lobster air tawar sendiri merupakan udang yang menyerupai lobster air laut dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Beberapa tahun terakhir ini, peranan lobster air tawar semakin penting, terutama sebagai salah satu sumber devisa negara. Pasar ekspor lobster air tawar yang dapat diandalkan saat ini adalah Australia, Jepang, Amerika, Malaysia dan Singapura.
Pratama Megantoro, Pemilik Tama Lobster mengatakan bahwa bisnis lobster air tawar dapat dilakukan oleh siapapun. Tidak harus memiliki lahan besar, bahkan hanya di rumah dengan modal yang tidak terlalu besar, seseorang bisa menjalankan bisnis budi daya hewan bercangkang ini.
“Hanya dengan lahan seluas 1 meter persegi, kita bisa memulai bisnis budi daya lobster air tawar,” ujarnya, dalam channel youtube Pratama Megantoro.
Untuk membantu masyarakat memulai bisnis lobster air tawar, Tama Lobster menawarkan paket kemitraan. Nantinya, para mitra akan diajarkan mulai dari proses pengindukan, pencetakan bibit sendiri, hingga pembesaran.
Baca Juga
Menariknya, para mitra tidak perlu khawatir untuk memasarkan produknya sebab semua lobster yang dipanen akan ditampung langsung oleh Tama Lobster untuk dipasarkan atau didistribusikan baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Terdapat tiga paket kemitraan yang ditawarkan oleh Tama Lobster mulai dari Rp500.000 hingga Rp3 juta. Perbedaannya yakni untuk paket Rp500.000, mitra hanya membeli indukan yang terdiri dari 4 jantan dan 6 betani, kemudian proses penjualan dilakukan dengan sistem putus sehingga tidak ada garansi dan tidak ditampung setelah panen.
Sementara itu, untuk paket Rp3 juta, para mitra akan dibantu untuk proses pengembangan hingga panen dengan perlengkapan mulai dari indukan 4 jantan dan 6 betina, terpal, alat pompa, filter, probiotik, dan berbagai perlengkapan lainnya.
“Kami juga memberikan garansi 2 bulan sehingga ketika ada kematian nanti akan diganti dengan yang baru. Kami juga akan bantu untuk proses adaptasi sehingga terjadi proses pembibitan. Mitra juga kami bantu dari sisi edukasi dan hasil panennya akan ditampung,” tuturnya.
Tama menerangkan bahwa usaha pembenihan lobster memiliki risiko yang lebih kecil dibandingkan dengan pembesaran.
Sebab, ketika membeli bibit dari tempat lain dan di masukkan ke dalam kolam yang baru, maka bibit tersebut akan beradaptasi ulang karena mungkin airnya tidak sesuai atau tingkat amonia yang berbeda dari kolam sebelumnya. Hal ini tentu saja meningkatkan risiko kematian dari bibit lobster tersebut.
Sementara itu, jika dimulai dari pembenihan dari pengindukan, maka setiap induk akan menghasilkan sekitar 250 ekor bibit lobster yang langsung hidup dan besar di kolam tersebut sehingga tingkat risiko kematian karena proses adaptasinya lebih kecil.
Sebagai contoh, untuk menghasilkan benih sebanyak 1.000-2.000 ekor ukuran 2 centimeter cukup menggunakan tempat seluas 1×1,5 m dan akan memberikan omset senilai Rp3,3 juta setelah proses pembenihan lobster air tawar selama 6 bulan.
Dalam proses budi daya lobster tersebut, Tama Lobster menggunakan skema budi daya selective breeding artinya lobster yang dibudidaya sudah matang dan siap bertelur sehingga proses panennya bisa lebih cepat dibandingkan dengan sistem konvensional.
“Kalau dengan sistem konvensional biasanya dalam 1 tahun hanya bisa panen 1 atau 2 kali. Sedangkan dengan sistem selective breeding yang kami terapkan itu bisa panen 3 sampai 4 kali dalam setahun,” terang pria yag berdomisili di Sidoarjo ini.