Bisnis.com, JAKARTA -- Datang jauh-jauh dari Taiwan, tren street snack atau jajanan jalanan telah menjamur di Indonesia cukup lama.
Mulai dari Taiwanese Milk Tea (Bubble Tea), minuman terkenal yang ditemukan di Taichung dan kini jajanan crispy chicken atau ayam krispi tengah mengambil alih tren jajanan di kota-kota besar.
Setelah sukses dengan Kopi Kulo, Founder & Chief Marketing Kulo Group Michelle Caroline Sulistyo, 27 tahun, punya ambisi untuk mendiversifikasi bisnis kulinernya.
Di bawah bendera Kulo Group, ia mengembangkan bisnis makanan dan minumannya dengan membuka restoran Pochajjang Korean BBQ, Kitamura Shabu Shabu, Xiboba Indonesia, dan usaha terbarunya adalah Xiji Streetsnack.
Dikenal sebagai sister brand dari Xiboba Indonesia, Xiji Streetsnack merupakan produk kolaborasi Mitra Boga Ventura (MBV) dan Kulo Group, yang terinspirasi dari kata Xi Yue yang artinya "Joy" atau "Happiness".
Michelle melihat adanya tren di kalangan generasi muda saat ini yang menggemari makanan ringan dengan penyajian sederhana yang dapat disantap di mana saja ketika 'nongkrong', cemilan ketika bekerja di kantor, atau sebagai lauk yang dapat disantap dengan nasi.
Baca Juga
Potongan dada ayam berukuran besar sebagai menu utamanya, diproses seperti yang dilakukan di Taiwan. Selain menu otentik seperti XXL Crispy Chicken, Xiji menjaga relevansinya dengan pilihan menu populer seperti Crispy Dory dan Crispy Chicken Skin.
Pelanggan juga akan mendapatkan 5 rasa berbeda yang dapat dipilih untuk makanan ringan mereka, yaitu Signature Mala (Hot), Truffle, BBQ, Seaweed dan Original.
Xiji membuka outlet pertama pada Maret 2020, dan berencana untuk membuka 250 gerai lagi di seluruh Indonesia melalui sistem waralaba yang bertujuan memberikan peluang bagi masyarakat yang ingin memulai usaha sendiri.
Memulai bisnis baru bersamaan dengan pandemi tentu tidak mudah. Selain tantangan dari kompetisi antar brand yang menawarkan produk serupa, mengolah menu agar sempurna membutuhkan waktu yang tidak sebentar, daya beli konsumen turut berubah dari prospek awal.
Untuk menyiasati hal tersebut, dibuatlah konsep outlet yang lebih mengutamakan pelayanan take away serta adaptasi bisnis lainnya untuk tetap bertahan bahkan ketika kondisi pasar sudah kembali normal.
Dengan variasi harga jual kompetitif, mulai dari Rp21.000 - Rp29.000 untuk produknya, Xiji secara khusus menyasar pasar kelas menengah dengan populasi yang terus berkembang.
Sebagian besar outlet Xiji juga mengusung konsep Grab and Go, sesuai dengan latar belakang bisnis yang menawarkan produk makanan ringan yang dapat dinikmati dari mana saja, sesuai dengan gaya hidup generasi muda yang dinamis.
Xiji bukanlah yang pertama dan tidak akan menjadi yang terakhir dalam kompetisi ayam krispi ini.
Dengan demikian, hal ini mendorong Michelle dan timnya untuk selalu mempersiapkan diri dengan strategi pemasaran yang tidak hanya menarik minat konsumen tetapi juga calon pewaralaba.