Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hangry! Jaga Konsistensi Rasa di Tengah Pertumbuhan yang Pesat

Hangry memiliki brand minuman berbahan dasar kopi dan susu yaitu Dari Pada sebagai teman yang dapat menyampaikan pesan dan menjalin silaturahmi.
Produk minuman yang dijual melalui Hangry./Instagram
Produk minuman yang dijual melalui Hangry./Instagram

Bisnis.com, JAKARTA -- Hangry! Merupakan salah satu startup kuliner yang sukses mengembangkam konsep virtual restaurant atau cloud kitchen dengan menawarkan lima brand berbeda yaitu San Gyu, Moon Chicken, Kopi Dari Pada, Nasi Ayam Bude Sari, dan Ayam Koplo yang memiliki ciri khasnya masing-masing.

Misalnya saja San Gyu berupa brand beef bowl ala Jepang dengan tiga maskot utamanya, Gyu, Don dan Sai menjadi solusi bagi pelanggan saat ingin menikmati makanan Jepang yang lezat. Selanjutnya, Moon Chicken yakni brand ayam goreng ala Korea dengan sensasi rasa ayam yang juice dibalut kulit crispy dan aneka rasa saus yang mengejutkan dan menyenangkan pada tiap rasanya.

Selain makanan, Hangry juga memiliki brand minuman berbahan dasar kopi dan susu yaitu Dari Pada sebagai teman yang dapat menyampaikan pesan dan menjalin silaturahmi. Bagi yang menyukai menu khas nusantara, Hangry menyediakan Nasi Ayam Bude Sari yang memberikan kenyamanan dan kelezatan masakan rumahan.

Selanjutnya Ayam Koplo yaitu brand ayam goreng ala Amerika dan sambal khas Indonesia dengan bentuk sajian yang berbeda dan kelengkapan rasa. Semua menu tersebut dibandrol dengan harga yang relatif terjangkau dengan cita rasa berkualitas.

Pendiri Hangry Abraham Viktor mengatakan bahwa pemilihan kategori jenis makanan tersebut didasarkan pada menu makanan yang mudah untuk dikembangkan. Sebab, dari awal visi dan misi Hangry sendiri ingin menjadi brand kuliner lokal yang mengglobal.

“Kami, para founder bersepakat untuk membuat brand kuliner yang bisa menjadi global brand. Lalu untuk kategori makanannya kita pilih yang bukan tren sesaat tetapi makanan dan minuman yang memang disukai oleh semua kalangan masyarakat sehingga mudah untuk dikembangkan,” ujarnya.

Selain itu, setiap produk yang dihasilkan benar-benar dipikirkan bahwa produk tersebut harus lebih enak daripada yang ada di pasaran. Misalnya saja, ketika akan meluncurkan Moon Chicken, pria yang akrab disapa Bram ini harus benar-benar memastikan bahwa ayam tersebut masih tetap memiliki cita rasa yang sama meski dibiarkan selama beberapa jam.

“Begitu pula saat kami akan meluncurkan SanGyu, atau Moon Chicken, maka harus dipastikan bahwa produk dapat berkompetisi dengan makanan yang ada di Jepang, China, India, Amerika, atau Eropa karena kami hanya meluncurkan produk yang bisa compete di ranah tersebut dan berkeinginan untuk bisa menjadi pemain global,” tuturnya.

Dengan ambisi tersebut, memang diakuinya tidak mudah mencari partner yang cocok sebab tak sedikit yang mematahkan semangat Hangry. Sampai akhirnya mereka bertemu dengan investor yang memiliki visi dan misi yang sama dan menyuntikkan pendanaan awan (seed funding) sebesar US$3 juta selang 3 bulan setelah perusahaan berdiri di September 2019, tepatnya pada Januari 2020.

“Yang saya analisa bahwa sebenarnya investor hanya mencari potensi bisnis yang bisa menjadi besar dan kedua mencari tim yang menurut mereka cocok dan bisa menggapai cita-cita tersebut,” tuturnya.

Meski sifatnya hanya virtual restaurant, nyatanya Hangry terbilang cukup ekspansif dan saat ini sudah tersebar di 41 titik di seluruh Jabodetabek dan Bandung serta 1 restoran dine in, dengan target 150 outlet hingga akhir tahun. Semua menu makanan yang ada di Hangry bisa dipesan melalui layanan GrabFood, GoFood, Tokopedia, Shopee dan Hangry App.

“Kami sangat memperhatikan kualitas dan cita rasa makanan sama servis sehingga ketika konsumen puas mereka akan memberikan bintang lima sehingga itu ikut mendongkrak brand kita juga,” ujarnya

Selain itu, dengan bisnis yang semakin besar, Hangry juga harus tetap menjaga konsistensi cita rasa sebab, semakin banyak produk makanan yang dihasilkan mencapai ribuan atau bahkan ratusan ribu perhari tentu berbeda dengan hanya ratusan produk sehingga itu menjadi tantangan tersendiri. Jangan sampai cita rasanya menjadi berbeda dan mendapatkan komplain dari konsumen.

“Dulu memang R&D hanya berpikir bagaimana membuat produk yang enak, tapi sekarang kita memikirkan dari ujung produksi hingga sampai ke tangan konsumen bagaimana caranya agar cita rasanya tetap enak dan konsisten. Dan kami benar-benar menyediakan waktu untuk membahas komplain konsumen,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dewi Andriani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper