Bisnis.com, JAKARTA - Dampak pandemi terhadap produk olahan kakao, khususnya coklat sangat signifikan. Terutama bagi Pod Chocolate yang mengandalkan pariwisata untuk sebagian besar bisnisnya.
Co-Founder & CEO Director PT Bali Coklat (Pod Chocolate) Toby Garritt mengatakan dengan seretnya wisatawan akhirnya pihaknya harus mengurangi kapasitas produksi. Hal ini tentu berdampak pada petani lokal karena memang Pod Chocolate menggunakan bahan baku biji kakao dalam negeri.
"Kami tidak dapat membeli kakao dalam jumlah besar dari petani kakao saat mereka sangat membutuhkannya," ujar Toby kepada Bisnis beberapa waktu lalu.
Ya, sejak didirikan 2010 silam, Pod Chocolate memiliki misi untuk mengembangkan bisnis berkelanjutan dan memberdayakan petani serta masyarakat setempat. Saat memulai bisnis ini, para petani kakao lokal nyatanya meninggalkan lahan pertanian mereka karena hama merajalela, kualitas buruk, dan harga yang dibayarkan untuk biji kakao sangat rendah.
Toby dan timnya lantas menghabiskan waktu dua tahun bekerja dengan petani untuk mengembangkan model pertanian sederhana namun berkelanjutan menggunakan mikroorganisme dan pengelolaan hama yang lebih baik daripada pertanian kimia intensif. Mereka berupaya meningkatkan teknik pasca panen seperti fermentasi dan pengeringan matahari untuk meningkatkan kualitas biji kakao.
Hasilnya dalam dua tahun, produksi di pertanian berlipat ganda dan dengan kualitas yang jauh lebih tinggi sehingga Toby mampu membayar harga yang jauh lebih tinggi kepada para petani.
Baca Juga
Bermodalkan gubuk beratap jerami, kini Pod Chocolate pun telah berkembang sebagai pabrik cokelat nabati pertama di dunia dan tempat wisata edukasi cokelat.
"Kami bangga menghasilkan coklat berkualitas tinggi dengan biji Indonesia dan percaya Indonesia berpotensi menjadi pemimpin dunia dalam cokelat berkualitas," tutur Toby.
Namun memang pandemi mengubah segalanya. Toby tak mau diam. Dia dan rekan-rekannya yang mengembangkan pabrik ini terus positif, kreatif, dan berupaya mengembangkan ide-ide baru dan menguji pasar tanpa membuang waktu.
Toby mengatakan mungkin beberapa orang berpikir tidak ada yang bisa dilakukan selama pandemi, sehingga mereka harus menunggu. Tetapi menurutnya waktu masih merupakan aset yang paling berharga. Oleh karena itu, dia selalu menggunakannya dengan bijak untuk mendorong penjualan dan mengembangkan produk baru.
Pada 2020, strategi Pod Chocolate adalah bertahan. Namun pada 2021, strategi pabrikan cokelat ini adalah fokus pada profitabilitas, meningkatkan produksi, dan mendukung petani Indonesia untuk menghasilkan kakao, gula kelapa, dan bahan-bahan lain yang berkualitas tinggi yang membuat Pod Chocolate enak.
"Sekaranglah waktunya untuk melampaui pandemi dan melihat bagaimana kita dapat membentuk bisnis yang menguntungkan di masa-masa sulit," pungkas Toby.