Bisnis.com, JAKARTA - Setelah berkarier menjadi desainer fesyen di Alta Moda sejak 2001, Leny membulatkan tekat membuka label sendiri. Ia membuka butik mini Leny Rafael sebagai bisnis yang digelutinya pada 2010.
Untuk membangun usahanya, ia lakukan sembari bekerja. Pada saat yang sama, Leny membuka jasa rancangan dengan sistem preorder atau pesan terlebih dulu.
"Jadi awalnya itu waktu kerja di Alta Moda aku sudah dapat beberapa klien yang minta dibuatkan kebaya pernikahan. Dan bahkan saat itu belum punya nama brand tetap," katanya pada Bisnis, Rabu (5/5/2021).
Leny berfikir kala itu, satu pesanan gaun rancangannya bisa mencukupi kebutuhan sebulan, bahkan melebihi gaji yang di dapatkan saat bekerja di bawah perusahaan. Dan ia juga senang ketika rancangannya dikenakan orang lain.
Untuk modal, sistem preorder membantunya sebelum menerima investor. Jadi, setiap pelanggan yang ingin mendapatkan rancangannya harus memesan terlebih dulu.
Leny akan mengajak calon pelanggan untuk berdiskusi tentang baju seperti apa yang diinginkan. Dengan begitu rancangan bajunya hanya dibuat secara khusus, tidak ada yang menyamai.
Baca Juga
Dan setelah kedua belah pihak deal dan uang muka dibayar, dibuatlah kebaya pernikahan yang dinginkan. Dari uang tersebut, Leny mengalokasikannya untuk belanja semua unsur penting pada rancangannya, seperti material bahan, mesin jahit, listrik, bahkan bisa membayar pekerja untuk membantunya menjahit dan finishing.
Pelanggan akan membayar lunas setelah rancangannya diterima. Dari sana ia mengumpumpulkan sedikit demi sedikit dana modal sehingga bisa membuat lapangan pekerjaan bagi yang lainnya.
Di tengah pandemi ini, sistem preorder sangat membantunya bertahan. Meskipun diakuinya sejak awal Januari ini bisnisnya sangat terpuruk.
"Dengan privat order pelaku usaha fesyen mewah tidak perlu modal besar untuk membuat karyanya. Selain itu, pelanggan akan dapat koleksi pribadi yang khusus hanya dimilikinya seorang," tutup Leny.