Bisnis.com, JAKARTA - Wirawan Hartawan, merupakan sosok dibalik Disc Tarra, sebuah toko CD Ternama yang kemudian berpindah di bidang pertanian.
Wirawan, membangun Disc Tarra dari awal. Dirinya menggunakan modal kapital sendiri, dari ruko orang tua, membeli berbagai perlengkapan toko hingga mengurus dari kasir hingga SPG.
Wirawan membangun Disc Tarra dari tahun 1986 hingga pada tahun 2015. Disc Tarra berada di puncak kejayaannya pada saat 1996 hingga 2000.
Pada puncak kejayaannya, Disc Tarra telah memiliki omzet puluhan miliar dan dapat menjual hampir sebanyak dua juta keping dalam satu bulannya.
Bukan hanya itu, Disc Tarra juga telah memiliki 1.870 pegawai di masa kejayaannya.
“Untuk harga original yang harganya 10 kali lipat dibanding bajakan, at that time kita sudah menguasai 70 sampai 78 persen market share original” Ucap Wirawan dalam channel Youtube Coach Yudi Chandra (11/06/21).
Baca Juga
Disc Tarra memulai dengan CD import yang pada saat itu melawan kaset. Wirawan sendiri menerapkan strategi dengan menargetkan kalangan atas, mengingat harganya yang cukup mahal dibandingkan harga bajakan.
Berkat mengenal berbagai bos dan pabrik mobil besar karena pekerjaan sebelumnya, Wirawan menerapkan strategi dengan bekerja sama.
Wirawan kemudian mencari CD player impor untuk mengganti kaset tape dengan budget yang sama untuk mobil-mobil mewah yang akan keluar. Kemudian, ketika seseorang membeli mobil tersebut, pembeli akan mendapatkan kupon Disc Tarra dengan gratis 6 CD.
Dengan strategi tersebut, Wirawan membiarkan seseorang untuk menikmati kualitas dan keuntungan dari CD. Ketika merasa nyaman, maka orang akan cenderung kembali dan membeli produk tersebut.
Singkat cerita, Disc Tarra mulai mengalami hambatan. Pabrik CD dari Eropa bahkan sudah bangkrut. Jika tetap diteruskan, maka spare part untuk mesin CD juga sudah tidak ada.
Selain itu, sistem musik juga sudah mulai menggunakan teknologi. Banyak orang sudah menikmati lagu dengan menggunakan cloud based dan streaming.
Walaupun Disc Tarra belum rugi dan masih break even point, Wirawan memutuskan untuk berhenti, dengan menimbang project kedepan dalam lima tahun lagi. Dirinya yakin untuk kedepannya mungkin tidak bisa memproduksi CD lagi.
Mulai dari faktor kesehatan
Sebelum memasuki dunia pertanian, Wirawan mengalami stroke. Otak bagian kiri Wirawan tidak mendapatkan supply darah.
Wirawan sempat mencari berbagai dokter dari berbagai negara. Setelah berbagai proses pencarian, Wirawan akhirnya bertemu dengan dokter dan penyakitnya hanya bisa sembuh dalam tiga bulan. Wirawan juga divonis tidak bisa sembuh dan dirinya perlu merubah gaya hidupnya.
Wirawan kemudian merubah gaya hidupnya. Hal inilah yang membuat dirinya juga terjun kedalam dunia hidroponik.
Wirawan mengaku bahwa kesehatannya perlahan-lahan semakin pulih. Dirinya juga mempelajari teknologi pertanian dan sempat tujuh tahun tidak mendapatkan pendapatan. Dalam 5 tahun pertama, Wirawan mempelajari dalam bidang formula sayur dan buah hingga saat ini Hydrofarm Indonesia dapat dibangun.
Pada saat pandemi, Wirawan mengaku bahwa omzetnya sudah naik belasan kali lipat hingga sempat tidak bisa melayani semua order.
Dirinya juga mengaku lebih menikmati dalam menekuni bidang ini, dibandingkan di bidang entertainment.
Dalam berbisnis, Wirawan mengatakan bahwa kesalahan masa lalu perlu dijadikan pelajaran dalam membangun bisnis selanjutnya. Dengan semakin memahami fondasi dan formula di dalam bisnis, maka apapun produknya maka dapat menjadi sukses.
“Jika kamu tidak pernah memiliki kesalahan di dalam bisnis, maka kamu tidak akan pernah sukses” Ucap wirawan (11/06/21).