Bisnis.com, JAKARTA - Dalam konferensi Federasi Ritel Nasional 2022 di New York City, dikatakan bahwa memahami pelanggan dan mengetahui bagaimana mereka ingin berbelanja menjadi hal yang penting.
Dalam pembahasan tersebut, hal-hal seperti “Didorong oleh pelanggan”, “berpusat pada pelanggan” dan “Berfokus pada pelanggan” menjadi hal yang menjadi kunci.
John Furner, Presiden dan CEO dari Walmart, menjelaskan bahwa pelanggan harus menjadi pusat dari semua yang perlu dilakukan di dalam industri ini. Namun, untuk mengetahui apa yang diinginkan pelanggan cukup menjadi hal yang sulit, terutama di masa kini.
"Apa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah perubahan yang cukup drastis dalam cara pelanggan mengharapkan dan perlu dilayani," kata Furner.
Untuk itu, dilansir dari Uschamber.com, berikut merupakan lima perubahan teratas dalam sentimen konsumen yang ditanggapi oleh para pemimpin ritel.
1. Perbedaan konsumen dalam mendefinisikan belanja yang aman
Baca Juga
Dikarenakan masih berada di dalam masa pandemi, apa yang terasa seperti berbelanja aman bagi satu konsumen mungkin sangat berbeda bagi konsumen lainnya. Hal inilah yang menjadi penting untuk menawarkan pilihan seperti pembelian online, mengambil di toko, pengiriman dan lain-lainnya.
Contohnya, Best Buy berencana untuk terus menawarkan pilihan pengambilan dan pengiriman di tepi jalan, serta pilihan belanja virtual tanpa batas untuk membantu pelanggan merasa lebih aman.
2. Konsumen menyukai teknologi
Pandemi telah menunjukan bahwa konsumen akan dengan cepat mengadopsi teknologi baru, terutama dalam membuat hidup mereka menjadi lebih mudah. Konsumen semakin mengatakan bahwa mereka mengandalkan teknologi untuk pembelian dan aktivitas sehari-hari.
Dalam konferensi retail, laporan oleh agen komunikasi pemasaran global Wunderman Thompson menemukan bahwa 93 persen konsumen mengatakan bahwa teknologi adalah masa depan.
Kemudian, dalam laporan tersebut juga menjelaskan bahwa sebesar 76 persen kehidupan kita sehari-hari bergantung dengan teknologi, dan 81 persen percaya bahwa kehadiran merek digital sama pentingnya sesuai kehadirannya di toko.
Contohnya, merek seperti Ralph Lauren merangkul teknologi terbaru dengan memasarkan mode mereka di metaverse.
3. Berbelanja secara hybrid
Kini, omnichannel telah berkembang mencakup dengan banyak titik konsumen, dan pihak retail harus memberikan pengalaman yang konsisten dengan semuanya.
Menurut sebuah studi oleh Institut Nilai Bisnis IBM dan Federasi Ritel Nasional, kehadiran toko masih menjadi penting dengan sebesar 72 persen konsumen mengandalkan toko sebagai sumber belanja utama mereka.
Namun penelitian tersebut menyimpulkan bahwa konsumen tidak lagi melihat online dan offline sebagai pengalaman yang berbeda, dan mereka mengharapkan semuanya terhubung setiap saat.
4. Konsumen ingin pihak retail dan merek didorong oleh tujuan
Pembeli yang memilih merek berdasarkan seberapa baik mereka menyelaraskan dengan nilai-nilai mereka menjadi segmen terbesar dari konsumen global sebesar 44 persen,, menurut studi IBM/NRF.
Contohnya, Best Buy dan perusahaan lain kini mulai condong dalam upaya keberlanjutan dan keragaman dan inklusi.
5. Kekhawatiran konsumen mengenai inflasi
Pengecer atau retail, mengakhiri 2022 dengan pertumbuhan penjualan yang kuat sebesar 14,1 persen selama November dan Desember, menurut NRF.
CEO target, Brian Cornell, mengatakan antusiasme pembelanja selama liburan memberikan dirinya optimisme yang luar biasa untuk masa depan. NRF juga memperkirakan pengeluaran akan tetap kuat pada tahun 2022.
Tetapi sementara John Furner dari Walmart juga mengharapkan permintaan yang kuat untuk terus berlanjut, dia mengatakan kenaikan harga menjadi perhatian utama pembeli.
Walmart berencana untuk mengatasi kekhawatiran itu dengan bersandar pada pesannya tentang harga rendah setiap hari, dan dengan mencari cara untuk mengurangi biaya rantai pasokan untuk menjaga harga tetap rendah bagi konsumen.