Bisnis.com, JAKARTA- Saat ini seluruh dunia tengah menyaksikan lonjakan yang mengkhawatirkan.
Berbagai krisis seperti perubahan iklim dan tensi geopolitik kian memperparah dampak pandemi COVID-19 sehingga mengakibatkan ketidaksesuaian permintaan pasokan dan gangguan pasokan. Selain itu, ancaman krisis pupuk juga berpotensi mendorong harga pangan ke level tertinggi sampai 2023 mendatang.
Suaimi Suriady, Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk dan Ketua Program Indofood Riset Nugraha (IRN) menjelaskan pemerintah Indonesia kini sedang mencari alternatif sumber pangan baru atau diversifikasi pangan baik secara individual ataupun kolektif guna memperkuat stabilitas finansial dan sosial. Sehingga, perlu mekanisme baru dalam melakukan pendekatan produksi pangan.
“Objek penelitian adalah sumber pangan yang berasal dari pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan serta perternakan. Adapun cakupan bidang penelitian meliputi bidang agro teknologi (budidaya), teknologi proses dan pengolahan, gizi dan kesehatan masyarakat, serta bidang sosial, budaya, ekonomi dan pemasaran,” ujarnya dalam Sosialisasi Program Indofood Riset Nugraha (IRN) Tahun 2022/2023 yang digelar secara virtual pada Rabu, (31/8).
Perkembangan Pangan Fungsional Berbasis Lokal
Pangan memiliki dimensi yang sangat luas bagi kehidupan. Potensi pangan fungsional seharusnya bisa diangkat sebagai upaya penyelesaian masalah pangan di tingkat lokal, regional, nasional dan global. Indonesia yang kaya akan pangan memiliki potensi untuk mengkaji dan mengembangkan pangan fungsional ini dan pangan lokal bisa memberikan kontribusi yang strategis baik secara ekonomi, kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Apalagi, kecenderungan prevalensi penyakit degeneratif yang semakin meningkat di era masyarakat modern, banyak mempengaruhi pilihan pangan tersebut. Orang-orang mulai sadar dengan kesehatan. Secara tidak langsung, perkembangan konsumsi pangan lokal ikut terpengaruh dengan adanya pemahaman masyarakat masa kini. Sehingga, ini bukanlah hal yang mengejutkan apabila melihat pertumbuhan produk pangan fungsional meningkat dari waktu ke waktu.
Baca Juga
Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin, MS, Tim Pakar IRN mencontohkan tempe, temulawak, kunyit asam bisa menjadi potensi yang dikembangkan. Umbi-umbian seperti ubi jalar, gembili, ganyong, menjadi contoh bahan pangan yang bebas dari gluten.
Sayangnya, meski industri pangan semakin ketat dalam berkompetisi menghadirkan produk-produk yang disukai masyarakat. Namun, Prof. Dr. Ir. Purwiyatno Hariyadi, M.Sc, Ketua Tim Pakar IRN mengungkapkan industri pangan seringkali menyederhanakan pengembangan produknya dengan hanya memodifikasi produk konvensional dengan penambahan ingridien seperti vitamin, mineral, ekstrak herbal, atau lainnya.
Bagi Purwiyatno, dibutuhkan konsep baru yang original dalam pengembangan pangan fungsional selain pengembangan produk, produsen juga perlu melakukan edukasi secara intensif untuk membuka pasar. “Dibutuhkan keseimbangan antara unsur ilmiah dan komersial,” tambahnya.
Franciscus Welirang, Direktur PT Indofood Sukses Makmur Tbk pun menyampaikan salah satu tujuan diadakannya Program Indofood Riset Nugraha (IRN) periode 2022-2023 agar mahasiswa dapat menyampaikan ide-ide baru dan gagasan segarnya dalam menghasilkan penelitian-penelitian terkait upaya penganekaragaman pangan.
“Peran penting dalam perkembangan pangan lokal dipikul oleh seluruh komponen masyarakat termasuk para akademisi. Oleh sebab itu, diperlukan banyak penelitian dilakukan para akademisi demi pengembangan pangan lokal” ujarnya.
Lebih lanjut, nantinya para peserta program yang terpilih dalam penelitian IRN akan mendapatkan pendampingan dari Tim Pakar IRN serta pendanaan selama penelitian.
“Dengan menetapkan tema Penelitian Pangan Fungsional Berbasis Potensi dan Kearifan Lokal, Indofood bermaksud ingin berkontribusi dalam menjawab tantangan pangan tersebut dengan memberikan solusi pangan yang sustainable berbasis potensi dan kearifan lokal yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, daya saing bangsa serta pada akhirnya dapat mendukung kemandirian pangan dan gizi nasional,” tandas Franciscus.