Bisnis.com, JAKARTA -- Daun kelor atau moringa memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Tanaman ini juga sering digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Namun, daun kelor masih dianggap sebagai sesuatu yang mistis di Indonesia, bahkan bisa dianggap sebagai pengusir setan pada sebagian kota.
Padahal bagi masyarakat di Eropa, daun kelor disebut sebagai miracle tree karena dapat digunakan untuk membantu proses penyembuhan berbagai jenis penyakit, meningkatkan daya tahan tubuh, bahkan bisa digunakan untuk meningkatkan produksi ASI dan menjadi tambahan nutrisi bagi anak-anak.
Di beberapa daerah di Indonesia seperti Makassar, Palu, Kupang, dan Madura, kelor sudah umum dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari. Namun di daerah lain, rupanya daun kelor belum banyak yang mengenal apalagi untuk dikonsumsi.
Berbagai khasiat yang dimiliki oleh daun kelor ini menarik perhatian Felix Bram Samara, seorang lulusan sarjana teknik sipil yang mencoba menggali potensi daun kelor dengan mendirikan Rumah Kelor di daerah kelahirannya di Kabupaten Blora, Jawa tengah pada 2015.
“Daun kelor ini banyak tumbuh di Indonesia dan menjadi salah satu pangan nasional. Namun sayang belum banyak masyarakat yang mengenal apalagi mengkonsumsinya padahal di luar negeri tanaman ini sudah diakui sebagai miracle tree yang kaya manfaat,” ujarnya dalam webinar Indofood Riset Nugraha (IRF)
Baca Juga
Untuk proses pengolahannya, Felix menggunakan metode budidaya organik dan hanya menggunakan pupuk serta pestisida organik dengan proses pengeringan yang suhunya tidak lebih dari 40 derajat celcius.
“Melalui proses pengolahan yang kami lakukan secara organik, maka nutrisi yang terkandung di dalam daun kelor akan tetap terjaga. Produk yang kami hasilkan juga sudah mendapat sertifikat organik, BPOM, Halal, dan HACCP,” ujarnya.
Daun kelor yang dibudidayakan tersebut diolah menjadi berbagai produk yang praktis untuk dikonsumsi dan kemasan yang aman dan bisa dikirim ke berbagai wilayah sehingga siapapun bisa mengonsumsi dan merasakan secara langsung manfaat dari daun kelor.
Adapun produk yang dihasilkan oleh Rumah Kelor antara lain teh seduh, teh celup, bubuk daun kelor serbaguna,kapsul, coklat, keripik, hingga sabun dan masker dengan range harga mulai dari Rp35.000 hingga Rp110.000. Dia pun memberdayakan masyarakat sekitar dalam proses pengolahan dan pembudidayaannya. Saat ini produknya juga telah tersebar ke berbagai wilayah di Indonesia.
Berkat konsistensinya dalam menggali dan mengembangkan potensi pangan nasional ini, Feliks berhasil menyabet penghargaan sebagai juara pertama dalam Indofood Local Pitch Competition (ILPC) 2018 dan masuk dalam top 20 Blibli Big Star Indonesia Season 4.
Selain Feli pelaku usaha lainnya yang juga berhasil menggali dan memaksimalkan potensi tanaman pangan yang dimiliki di daerahnya adalah Reza Fahreza pemilik usaha Kebun Wisata Eptilu di kawasan Agro Wisata Cikajang, Garut.
Pria lulusan IPB ini mengatakan bahwa dirinya memulai bisnis karena melihat bahwa selama ini banyak masyarakat yang mengidentikan Garut dengan dodol dan jaket kulit. Padahal, tanah kelahirannya tersebut juga memiliki potensi agrowisata yang masih belum tergali.
Berangkat dari kondisi tersebut, maka setelah lulus kuliah dia kemudian pulang ke kampung halamannya untuk mengembangkan produk unggulan Garut dengan membudidayakan jeruk dan cabai melalui konsep wisata edukasi yang didirikan pada 2016 lalu.
“DI sini, para pengunjung bisa memetik jeruk di kawasan wisata tersebut langsung dari pohonnya sehingga masih Fresh From Farm (F tiga /Eptilu),” jelasnya.
Dalam menjalankan usahanya, pemuda kelahiran 1991 ini menerapkan pola Closed Loop untuk membuka peluang petani sekitar dalam meningkatkan kesejahteraan mereka. Melalui pola tersebut, akan terjalin sinergitas melalui model kemitraan agribisnis dengan pengembangan ekosistem berbasis digital mulai dari teknik budidaya sistem logistik hingga jaminan pasar dan harga yang bersaing.
Selain itu, dia juga menjalin kolaborasi dengan anak-anak muda di lingkungan sekitar hingga pemerintah daerah. “Strategi kolaborasi ini yang saya terapkan karena ingin memajukan wisata dan potensi di Garut maka saya melibatkan banyak pihak dan mendapatkan banyak dukungan hingga bisa seperti saat ini,” jelasnya.
Tidak sia-sia proyek yang dijalankan oleh Eptilu ini berhasil mendapatkan apresiasi dengan meraih penghargaan Satyalencana Kebaktian Sosial dari Presiden Joko Widodo. Bahkan program Closes Loop Agribisnis Hortikultura yang diterapkan telah menjadi pilot project untuk direplikasi di daerah lainnya.
Suaimi Suriady, Ketua Program IRN dan Direktur PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk mengatakan bahwa kesuksesan dua pemuda dalam menggali potensi pangan nusantara ini diharapkan bisa menjadi inspirasi bagi para generasi muda sehingga dapat memajukan pangan Indonesia.
Untuk mendukung generasi muda dalam mengembangkan potensi pangan nasional, pihaknya memberikan bantuan dana riset bagi 64 mahasiswa S1 dari 37 perguruan tinggi negeri maupun swasta yang ada di Indonesia melalui program Indofood Riset Nugraha (IRN).
“Kami berharap para anak muda ini bisa melihat pangan lokal bukan hanya dari sisi value ekonomi saja tetapi juga sisi fungsionalitas dan manfaatnya. Dan ketika penelitian yang dilakukan bermanfaat maka bisa menjadi wadah yang luar biasa untuk dikembangkan ke depannya,” ujar dia.