Bisnis.com, JAKARTA - Sergey Brin telah menyumbangkan lebih dari US$1 miliar untuk penyakit parkinson. Sebagai tokoh bisnis Amerika, ilmuwan komputer, dan pengusaha internet, serta partner pendiri Google bersama Larry Page mengungkapkan bahwa dia memiliki peluang lebih tinggi terkena penyakit Parkinson, karena mutasi genetik.
Sejak saat itu, tanpa diketahui publik, Brin yang kini menempati posisi orang terkaya ke-12 di dunia, dengan kekayaan US$78 miliar atau setara Rp1.215 trilun telah menjadi donatur terbesar dengan menyalurkan dana US$1,1 miliar atau setara dengan Rp17 trilun untuk penelitian penyakit Parkinson guna kemajuan ilmu medis.
Melansir dari The Richest, penyakit Parkinson adalah suatu gejala yang menyebabkan tremor, gerakan lambat, kaku dan kesulitan keseimbangan, dan dapat berkembang perlahan selama bertahun-tahun.
Menurut laporan dari Michael J. Fox Foundation dan Parkinson's Foundation, disebutkan bahwa penderita penyakit ini membebani ekonomi tahunan di AS yang mencapai US$58 miliar, di mana biaya tersebut diperlukan untuk pengobatan dan rawat inap, dan sisanya karena biaya non-medis seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan gaji, pensiun dini paksa dan biaya pengasuhan.
Selama belasan tahun terakhir, ada penemuan baru yang menarik tentang Parkinson.
Deborah Brooks, CEO Michael J. Fox Foundation for Parkinson's Research mengidentifikasi sekitar 20 gen yang terkait dengan penyakit tersebut, termasuk mutasi pada gen LRRK2 – yang dimiliki oleh Brin dan ibunya; dia didiagnosis dengan Parkinson lebih dari satu dekade yang lalu.
Baca Juga
Dalam delapan tahun terakhir, 18 obat baru untuk Parkinson telah disetujui; di mana obat tersebut tidak untuk menghilangkan penyakit, namun cukup untuk membantu mengelola gejala.
Terlepas dari kemajuan ini, banyak fakta penting tentang Parkinson masih menjadi misteri. “Kami tidak tahu apa yang menyebabkan penyakit ini, kami tidak tahu mengapa penyakit ini berkembang, kami tidak tahu bagaimana mengukurnya, dan kami tidak tahu bagaimana menghentikannya,” keluh Dr. James Beck, kepala petugas ilmiah dari Yayasan Parkinson.
Pada 2017, tim filantropis Brin —yang pada saat itu telah menyumbangkan lebih dari US$200 juta untuk penelitian Parkinson memutuskan untuk beralih, dari yang awlanya meneukan obat, kini ke penciptaan entitas yang disebut Aligning Science Across Parkinson's (disingkat ASAP) dan memilih Randy Schekman peraih Nobel dan profesor biologi molekuler dan sel Universitas California di Berkeley, sebagai direktur ilmiah. Sementara, Ekemini Riley, Ph.D. dalam kedokteran molekuler, sebagai direktur pelaksana.
Schekman dan Riley menghasilkan kerangka kerja yang memberikan hibah hingga US$9 juta yang setara dengan Rp140 miliar selama tiga tahun kepada tim kolaboratif peneliti di seluruh dunia, termasuk peneliti utama yang belum pernah mempelajari Parkinson sebelumnya—ditambah pakar sel punca, imunoterapi kanker, dan lainnya. Hibah pertama diberikan pada tahun 2020.
“ASAP ingin mengisi celah penemuan. Kami bekerja untuk mempercepat laju penemuan dan menginformasikan jalan untuk menyembuhkan penyakit Parkinson,” jelas Riley.
Baginya, daripada mendanai penemuan obat atau uji klinis, uang hibah yang dialokasikan untuk ASAP berguna untuk menemukan dasar penelitian soal parkinson, setelahnya ketika sudah mengetahui akar dari penyakit ini, maka penemuan obat akan lebih efektif.
Secara keseluruhan,iInisiatif ASAP mendukung 35 tim peneliti di 14 negara yang didukung oleh pendanaan sebesar US$290 juta yang setara dengan Rp4 triliun. Upaya itu kemungkinan akan berlanjut selama sisa dekade ini.