Bisnis.com, JAKARTA - Meski nama Joe Tsai tidak terlalu dikenal di publik, namun salah satu pendiri Alibaba, Joe Tsai telah dinobatkan sebagai salah satu orang terkaya di dunia.
Joe Tsai sendiri memang adalah sosok yang low profile. Tak ada yang tahu bahwa Tsai menjadi investor utama di pasar properti di lebih dari setengah lusin hotel bintang lima di seluruh Spanyol yang menawarkan harga sekitar US$1.000 per malam.
Bahkan, bulan lalu Tsai baru saja membeli dua kondominium besar di 220 Central Park South, gedung apartemen paling mahal di AS seharga US$157 juta.
Namun, dibalik kesuksesannya, nyatanya tidak banyak yang mengetahui bahwa Joe Tsai rela mengambil risiko meninggalkan pekerjaannya yang bergaji tinggi untuk bergabung dengan Alibaba, padahal saat itu Alibaba tidak memiliki harapan.
Lantas, seperti apa perjalanan karier dari Joe Tsai? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
Profil Joe Tsai
Lahir sebagai Joseph Tsai dari pasangan Paul C. Tsai dan Ruby Tsai di Taipei, Taiwan pada tahun 1964, Joe Tsai adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari ayahnya yang merupakan pengacara generasi ke-2.
Baca Juga
Orang tuanya adalah imigran yang melarikan diri ke Taiwan selama Perang Saudara China pada tahun 1949 dan saat dia berusia 13 tahun, dia pindah ke AS di, mana dia mulai bersekolah di Lawrenceville School di New Jersey.
Hingga akhirnya, dia melanjutkan jejak sang ayah yang merupakan alumni dari Universitas Yale, untuk kembali mendaftar di universitas yang sama.
Lalu, pada tahun 1986, dia lulus Universitas Yale dengan anugerah gelar Bachelor of Arts di bidang Ekonomi dan Studi Asia Timur. Lalu, dua tahun kemudian, dia dianugerahi gelar Juris Doctor dari Yale Law School pada tahun 1990.
Perjalanan Karier Joe Tsai
Pasca kelulusan, Joe menjadi rekanan pajak untuk firma hukum Sullivan & Cromwell dan pada tahun 1991, dia diakui sebagai pengacara kondang di New York.
Dia kemudian beralih ke ekuitas swasta dan masuk Rosecliff Incorporated sebagai penasihat umum dan Wakil Presiden setelah menghabiskan tiga tahun di firma hukum. Dalam empat tahun, Joe Tsai sedang dalam perjalanan ke Hong Kong di mana dia bergabung dengan Investor AB dan bertanggung jawab atas investasi ekuitas swasta Asia.
Kemudian, pada tahun 1999, secara kebetulan, ketika berada di Tingkok dalam perjalanan bisnis, Tsai berkenalan dengan Jack Ma. Di pertemuan perdana, keduanya saling bertukar pikiran soal bisnis layanan online.
Tsai mengaku langsung tertarik dengan pemaparan Jack tentang perusahaan yang menjual barang secara online. Belakangan, Joe bergabung dengan Alibaba Group karena terkesan dengan Jack secara pribadi yang visioner.
Mengambil Risiko Kehilangan Miliaran Rupiah
Di awal bergabung dengan Alibaba Group, Tsai rela gajinya diturunkan. Sebelumnya, di perusahaan investasi, gaji Joe mencapai U$700.000 atau setara dengan Rp10,9 miliar per tahun. Sementara, pada tahun pertama di Alibaba Group Tsai hanya mengantongi sebesar U$50.000 atau Rp782 juta.
Tetapi untungnya, sebagai mantan pengacara Wall Street ini tidak kecil hati dan kian bersemangat mengembangkan perusahaan yang menjadi aktor penting di balik pengembangan produk usaha) Alibaba.
Berkat kecermatannya dalam melihat peluang dan berani mengambil langkah yang penuh risiko itu, mengantarkan dirinya sampai ke titik ini, dengan memiliki kekayaan hingga US$7,9 miliar atau setara dengan Rp123 triliun.
Tsai diakui menjadi orang yang paling berpengaruh atas ekspansi kelas international yang dilakukan Alibaba. Sebab, Joe menjadi satu-satunya pendiri Alibaba Group yang mengecap dunia pendidikan dari Amerika. Dia juga profesional pertama yang bekerja di Alibaba dan memiliki segudang pengalaman di perusahaan international.
Meski, baru setahun bergabung dengan Alibaba, dia sudah bernegosiasi dan bekerja sama dengan investor untuk mendapatkan lebih banyak modal, mulai dari SoftBank, Fidelity Investments, dan Goldman Sachs adalah beberapa sumber investasi yang ditanamkan di Alibaba saat itu.
Tsai mampu mengumpulkan US$25 juta atau setara dengan Rp391 miliar dan beberapa tahun kemudian, dia memimpin upaya yang menghasilkan pembukaan kantor pusat Alibaba di Hong Kong.
Dia melakukan upaya besar yang memungkinkan pencatatan saham Alibaba di Hong Kong. Dia juga membuat kesepakatan dengan Yahoo sebagai investor strategis dan mengendalikan penawaran umum pertama Alibaba yang merupakan penawaran umum terbesar dalam sejarah AS.
Dia telah bekerja sebagai chief operating officer, financial officer, dan jajaran direksi Alibaba dan dia hanya mendirikan dan mengamankan struktur hukum dan keuangan Alibaba karena pengalamannya di bidang hukum dan modal ventura.
Melalui usahanya yang penuh komitmen, Alibaba memulai debutnya di pasar bursa saham Hong Kong pada tahun 2007, dan pada tahun 2013, dia dipromosikan menjadi wakil ketua eksekutif Alibaba.
Riwayat Tsai memang unik. Sebagai lulusan pengacara dari Universitas Yale, dia justru besar di dunia sektor keuangan.
Deretan Bisnis Joe Tsai
Meski lahir di Cina, Joe Tsai memegang paspor Kanada dan merupakan anggota Komite Investasi di Alibaba seperti Koubei, Cainiao Network, dan Ele.me. Dia juga salah satu pendiri waralaba Major League Soccer, Los Angeles FC.
Selain itu, dia adalah salah satu pendiri Blue Pool Capital dan dia juga menjabat sebagai anggota dewan di Premier Lacrosse League dan Ant Group.
Dia saat ini adalah pemegang saham individu terbesar kedua di Alibaba, dan dia juga memiliki 100 persen saham di Brooklyn National Basketball Association.
Total Kekayaan Joe Tsai
Menurut Forbes, kekayaan Joe Tsai mencapai US$7,9 miliar atau setara dengan Rp123 triliun.
Sebagai alumnus Sekolah Hukum Yale, Tsai mendonasikan US$30 juta ke sekolah tersebut pada tahun 2016 untuk menghormati ayahnya yang juga seorang alumnus. Hal ini membuatnya mengganti nama Pusat Bahasa Cina Sekolah menjadi nama ayahnya; Pusat Cina Paul Tsai.
Bersama dengan istrinya, Clara Tsai, dia menjalankan sebuah yayasan bernama yayasan Joe dan Clara Tsai di mana sebagian besar sumbangan mereka untuk filantropi berasal.
Salah satu donasi penting mereka termasuk donasi perlengkapan Covid-19 (masker hidung, kacamata, ventilator, dan suplai medis) ke rumah sakit New York dan San Diego.
Yayasan mereka juga menyumbangkan US$50 juta atau Rp782 miliar untuk mendukung keadilan sosial dan kesetaraan ekonomi di komunitas BIPOC dan pada tahun 2020, mereka menyumbangkan US$50 juta ke Lincoln Center.
Donasi terbaru mereka adalah donasi sebesar US$220 juta atau setara dengan Rp3,4 triliun kepada Wu Tsai Human Performance Alliance.