Bisnis.com, JAKARTA - Global Entrepreneurship Monitor telah melakukan penelitian untuk melihat bagaimana kecenderungan masyarakat dalam berbisnis di berbagai negara.
Penelitian yang melibatkan 170.000 responden usia 18-64 tahun di 49 negara menunjukkan adanya perbedaan dalam keputusan memulai bisnis.
Melansir dari Forbes, keberanian untuk terlibat dalam kegiatan wirausaha tidak tergantung pada tingkat pendapatan suatu negara. Bahkan, aktivitas kewirausahaan lebih umum terjadi di negara-negara dengan tingkat pendapatan yang lebih rendah.
Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesempatan kerja yang cukup dalam pekerjaan tradisional di negara-negara tersebut, yang mendorong lebih banyak orang untuk memulai bisnis mereka sendiri.
Jadi, tingkat pendapatan suatu negara bukanlah faktor utama dalam menentukan kecenderungan seseorang untuk terlibat dalam kewirausahaan.
Bagi mereka, faktor-faktor seperti kondisi ekonomi, regulasi bisnis, kebijakan pemerintah, dan budaya kewirausahaan memberikan pengaruh pada sikap para wirausahawan dalam menilai peluang bisnis dan kesiapan mereka untuk memulai bisnis.
Lantas, mana saja negara yang paling berani dan yang paling ragu dalam memulai bisnis? Berikut ulasan Bisnis selengkapnya.
1. Arab Saudi
Melansir dari Statista, Arab Saudi merupakan negara dengan persentase tertinggi dalam hal melihat peluang bisnis. Namun, sebagian besar dari mereka merasa takut untuk memulai bisnis karena takut gagal.
Tercatat, sebagian besar orang di Arab Saudi yakni sekitar 89,5 persen melihat kesempatan untuk memulai bisnis. Namun, sekitar 56,7 persen dari mereka tidak akan tidak melanjutinya.
Berdasarkan Forbes, regulasi bisnis cenderung lebih ketat dan kompleks menjadi salah satu pertimbangan masyarakat di negara tersebut.
2. Indonesia
Di Indonesia, meskipun persentase orang yang melihat adanya peluang bisnis juga cukup tinggi, namun jumlah orang yang tidak ingin memulai bisnis lebih rendah dibandingkan Arab Saudi.
Di mana, sekitar 87,2 persen masyarakat Indonesia menilai adanya peluang bisnis, sementara 32,1 persen memilih untuk tidak memulai bisnis, hal ini lantaran di Indonesia, regulasi bisnis masih belum terlalu ketat dan kompleks, meskipun masih ada beberapa tantangan terkait birokrasi.
3. India
Sebanyak 75,5 persen masyarakat menilai bahwa negara tersebut memiliki kesempatan baik dalam memulai bisnis namun sebnayak 40,8 persen populasi tidak ingin memulainya.
4. Venezuela
Di negara ini sebanyak 63,7 persen masyarakat merasa ada peluang untuk memulai bisnis. Meskipun demikian, ada 21,3 persen dari mereka masih menolak untuk memulai bisnis karena takut gagal.
5. Belanda
Sekitar 61,6 persen masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang dapat diambil. Akan tetapi, terdapat 20,8 persen dari mereka yang enggan memulai bisnis, lantaran ketakutan akan gagalnya sebuah bisnis.
6. China
Di China ada sekitar 47% masyarakat percaya peluang bisnis yang ada di negara tersebut sangat bisa dimanfaatkan. Namun, ada 15,2 persen dari mereka yang tidak ingin memulai bisnis.
Dalam konteks ini, faktor-faktor seperti ketakutan akan kegagalan dan pandangan tentang risiko dan keuntungan dapat memengaruhi keputusan individu dalam memulai bisnis, bahkan di negara dengan situasi ekonomi yang berbeda.
7. Iran
Di Iran ada sekitar 51,3 persen masyarakat percaya peluang bisnis yang ada di negara tersebut sangat bisa dimanfaatkan. Namun, 15,9 persen dari mereka yang tidak ingin memulai bisnis.
8. Swiss
Sekitar 47 persen masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang dapat diambil. Akan tetapi, terdapat 15,2 persen dari mereka yang enggan memulai bisnis.
9. Amerika Serikat
Sebanyak 46 persen masyarakat melihat adanya peluang usaha yang dapat diambil. Namun, ada 19,8 persen dari mereka yang tidak tertarik untuk memulai bisnis.
10. Inggris
Sekitar 44,4 persen masyarakat melihat ada peluang bisnis yang dapat diambil. Namun, ada 23,5 persen dari mereka yang tidak ingin memulai bisnis.
Mengutip dari Forbes, Amerika Serikat dan Britania Raya memiliki kesamaan dalam pandangan mereka tentang kemudahan birokrasi dan peluang dalam memulai bisnis.
Namun, perbedaan yang lebih dalam terdapat dalam masyarakat mereka terkait dengan niat untuk benar-benar memulai bisnis.
Global Entrepreneurship Monitor mengidentifikasi faktor-faktor seperti pandangan tentang "kebaikan kolektif dibandingkan dengan kesuksesan individu, dan bagaimana orang dan kelompok mempertimbangkan risiko terhadap imbalan" dapat memengaruhi keputusan individu dalam memulai bisnis pada tingkat yang lebih dalam.
Dengan kata lain, pandangan masyarakat terhadap keberhasilan individu dan risiko dapat mempengaruhi keputusan seseorang dalam memulai bisnis dan menjadi wirausaha.
10. Korea Selatan
Korea Selatan memiliki tingkat keragu-raguan terendah dalam hal memulai bisnis, namun juga memiliki salah satu tingkat penilaian peluang terendah.
Di mana, hanya 46 persen masyarakat melihat adanya peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan dan 19,8 persen dari mereka yang tidak ingin memulai bisnis.
Dalam konteks ini, dapat disimpulkan bahwa tingkat minat masyarakat Korea Selatan dalam memulai bisnis tidak sebesar di negara lain seperti Amerika Serikat atau Inggris dan pandangan mereka terhadap risiko dan keuntungan berbeda.