Bisnis.com, JAKARTA - Banyak miliarder yang dekat dengan pemerintah Rusia, terkena dampak dari sanksi yang diberlakukan oleh Uni Eropa sebagai respons terhadap invasi Rusia ke Ukraina.
Salah satunya, Dmitry Pumpyansky yang mengkritik sanksi yang diberlakukan oleh Uni Eropa terhadap individu dan entitas Rusia yang dianggap bertanggung jawab atas pelanggaran hak asasi manusia, aneksasi Crimea, dan krisis Ukraina.
Menurutnya, pemberlakukan sanksi tersebut menjadi sebuah kerusakan collateral karena sanksi Uni Eropa dapat berdampak tidak hanya pada dirinya sendiri, tetapi juga pada perusahaan dan orang-orang yang bekerja dengan atau tergantung padanya.
Pumpyansky, istri, dan putranya telah dikenakan sanksi oleh Uni Eropa setelah invasi Rusia ke Ukraina, yang mengakibatkan pembatasan perjalanan dan pembekuan aset yang ketat.
Gabriel Lansky, pengacara keluarga tersebut menyatakan sanksi yang keluarganya dapatkan tidak memiliki tujuan yang jelas dan masuk akal dalam kebijakan luar negeri Uni Eropa.
“Sanksi yang dikenakan terhadap keluarga Pumpyansky hanya merupakan "kerusakan tambahan. Keluarga itu hanya menjadi "sandera" dari kebijakan luar negeri Uni Eropa,” katanya dalam Pengadilan Umum Uni Eropa dikutip dari Bloomberg, Rabu (26/4/2023).
Baca Juga
Mengenal Dmitry Pumpyansky
Melansir dari Forbes, Dmitry Pumpyansky adalah seorang miliarder Rusia yang memulai kariernya sebagai pedagang dan kemudian menjadi pengusaha di industri logam dan pipa di Ural pada 1990-an.
Saat ini dia adalah adalah pendiri dan pemilik dari perusahaan pembuat pipa baja terbesar di Rusia, TMK PJSC.
Saat ini, harta kekayaannya mencapai US$1,7 miliar atau setara dengan Rp25,2 triliun.
Dia bekerja sama dengan miliarder lain untuk mengakuisisi konglomerat pipa TMK pada tahun 2006 dan membangunnya menjadi perusahaan pemasok Gazprom nomor satu di Rusia.
Pumpyansky diberi sanksi oleh UE dan Inggris pada Maret 2022 karena dirinya memainkan peran yang besar dalam bisnis di Rusia serta menjadi salah satu dari 36 pebisnis yang bertemu dengan Putin untuk membahas dampak sanksi.
Sama seperti banyak taipan lainnya, Pumpyansky terus mencoba untuk merestrukturisasi aset utamanya.
Selain, dia rela melepas sahamnya di perusahaan TMK dan meninggalkan dewan direksinya. Pada 2022, kapal pesiar mewah Axioma miliknya pun disita oleh otoritas Gibraltar dan dijual di pelelangan seharga US$37,5 juta atau Rp556,4 miliar.
Kasus Pumpyansky dan keluarganya telah menjadi satu dari sekian banyak kasus banding publik yang melibatkan orang kaya Rusia dan sanksi yang dikenakan oleh Uni Eropa atau negara-negara Barat lainnya.
Beberapa individu atau kelompok yang terkena sanksi merasa sanksi yang diberikn tidak adil atau tidak didasarkan pada alasan yang jelas.
Sehingga banyak dari mereka yang mengajukan banding publik untuk mencoba membatalkan atau mengurangi sanksi yang dikenakan terhadap mereka.
Sebagai informasi, Uni Eropa memang telah memberikan sanksi kepada hampir 1.500 orang dan 207 entitas sejak serangan Rusia di Ukraina, yang dimulai dengan aneksasi Krimea, yaitu ketika Rusia merebut dan menguasai Semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014 dan diikuti dengan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.
Beberapa miliarder Rusia, termasuk Roman Abramovich, dan anggota keluarga mereka telah mengajukan banding ke pengadilan Uni Eropa di Luksemburg dalam upaya untuk keluar dari daftar sanksi dan membebaskan dana mereka yang dibekukan.
Sementara itu, Bart Driessen, seorang pengacara dari Dewan Uni Eropa, menyatakan setiap miliarder Rusia punya pola yang sama pada saat tindakan pembatasan diberlakukan.
Menurut Driessen, dalam semua kasus ini, sebenarnya miliarder tersebut tetap menikmati keuntungan ekonomi dari kepemilikan tersebut meski secara formal telah kehilangan kepemilikan atasnya.
“Jika miliarder Rusia mengklaim mereka telah melepaskan kepemilikan formal mereka atas aset mereka, tapi menurut saya mereka tetap menikmati kekayaannya lewat kepemilikan tidak langsung,” ujarnya.