Bisnis.com, JAKARTA – Kondisi ekonomi global yang kian tak stabil hingga saat ini banyak membuat perusahaan termasuk di Indonesia mengalami guncangan keuangan.
Di industri startup misalnya, merujuk data Asosiasi Fintech Pendanaan bersama Indonesia (AFPI), sudah ada 23 perusahaan yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal hingga medio 2023 ini.
Tak sedikit pula perusahaan yang akhirnya kolaps gara-gara gagal mengantisipasi dini dampak eksternal ini. Di sisi lain, sebagian perusahaan justru tampak begitu lincah dan tangguh menghadapi badai resesi global saat ini.
Head of Corporate Finance, BDO di Indonesia, Ariston Sujoto menilai bahwa perusahaan yang melakukan pemisahan (spin-off) dari usaha induk dapat menjadi lebih fokus terhadap pasar dan akhirnya bisa tumbuh lebih pesat.
Menurutnya, spin-off dapat menjadi strategi jitu dan tepat bagi perusahaan agar tidak kian terbebani dengan pengeluaran keuangannya. Selain sebagai langkah efisiensi, spin-off juga menjadi jurus ampuh untuk mengembangkan bisnis baru yang dianggap lebih prospektif.
Hal itu beralasan, sebab lewat spin-off, maka melahirkan entitas atau perusahaan baru dengan manajemen serta sumber daya yang juga baru. Dengan pemisahan, maka perusahaan baru bisa lebih fokus dalam produk, layanan, mandiri, makin produktif serta tidak membebani bisnis induk.
Baca Juga
“Spin-off juga bisa mempersempit alur rangkaian bisnis sebuah perusahaan. Sehingga analisis sekuritas jelas akan lebih terfokus dan perkembangan perusahaan bisa diprediksi lebih akurat,” ujarnya melalui rilisnya, Jumat (30/6/2023).
Ariston mengungkapkan, di level global ada banyak perusahaan yang melakukan spin-off dengan baik. Di antaranya raksasa industri 3M.Co yang melepaskan unit bisnis perawatan kesehatan dan keamanan pangan pada 2022-2023 ini. Demikian juga IBM yang melakukan spin-off karena berfokus pada unit bisnis komputasi cloud dan kecerdasan buatan (AI) yang jadi andalannya.
Menurut Ariston, lewat pemisahan ini beberapa tantangan bisnis seperti masih rendahnya pangsa pasar (market share) unit andalan itu bisa terus digenjot dengan optimal. Keuntungan lain dari spin-off juga mampu meningkatkan nilai pemegang saham, memperluas bidang bisnis dan mengurangi pajak.
Ariston menilai, banyak pengusaha tidak menyadari akan kondisi, tantangan dan peluang bisnis secara komprehensif. Di tengah inflasi yang tinggi dan situasi global tak menentu ini, efisiensi adalah langkah bijak, namun jika itu tidak dilakukan dengan tepat justru bisa jadi bumerang.
“Mestinya perusahaan bisa meraih untung besar dengan melihat ceruk baru, bisa jadi malah buntung karena utang tiba-tiba menumpuk atau sekadar menjadi penonton saja. Di sinilah pentingnya perusahaan merestrukturisasi finansialnya dengan tepat,” tutunya.
Senada, Managing Director dari Divisi Human Capital & Training BDO di Indonesia Arina Marldiyah menilai tantangan selanjutnya dalam mempersiapkan percepatan spin-off adalah tenaga-tenaga ahli dan profesional yang dibutuhkan perusahaan baru hasil spin-off.
Menurutnya, sumber daya manusia adalah salah satu aset yang paling penting dari sebuah organisasi. Sehingga, penyiapan sumber daya manusia dalam proses spin-off harus dipikirkan sejak dini, matang dan komprehensif.
“Ini penting karena spin-off tak sekadar memunculkan bisnis baru, tetapi juga leader, pegawai, goals, value dan budaya kerja yang baru pula. Pada penyiapan SDM misalnya, strateginya harus tepat. Mulai dari pemetaan karyawan, mana yang harus bergeser ke unit baru, mana yang di-upskilling atau development,” imbuhnya.
Dia menyebut prinsip The Right Man on The Right Place at The Right Time yang juga harus diperhatikan adalah perlunya strategi komunikasi yang baik agar seluruh struktur dalam bisnis baru ini mampu terorkestrasi dengan harmonis.