Bisnis.com, JAKARTA - Berbisnis di era sekarang ini tidak bisa lepas dari peran digitalisasi untuk meningkatkan cakupan pasar serta daya saing.
Salah satu bisnis yang makin besar dengan peran digitalisasi adalah bisnis kecantikan, yang saat ini tak hanya diminati perempuan, tapi juga pria.
CEO Femae Daily Network sekaligus Head of Permanent Comittee for Micro Entrepreneurship Kadin Hanifa Ambadar mengatakan bahwa UMKM di industri kecantikan banyak yang lahir dari digitalisasi.
Para pencetusnya didominasi oleh anak muda yang cepat mengadopsi teknologi digital dan memanfaatkan marketplace, media sosial dan lainnya sehingga perkembangannya jauh lebih cepat dari brand-brand lainnya yang memanfaatkan jalur tradisional.
"Digitalisasi itu penting karena bisa mengakselerasi pertumbuhan bisnis dan menjangkau orang lebih banyak lagi. Kalau tadinya cuma punya 1 toko, cuma bisa menjangkau pasar di sekitar tokonya saja, dengan adanya jualan online mereka bisa menjangkau seluruh Indonesia bahkan bisa ke luar negeri," katanya di UMKM Digital Summit 2023, Kamis (21/9/2023).
Salah satu kisah sukses yang dipaparkan Hanifa dalam hal perkembangan bisnis di era digitalisasi adalah brand perawatan kulit asli Indonesia, Avoskin.
Baca Juga
Brand ini dibangun hanya di sebuah kamar kos, hingga kini bisa dikirim dan digunakan tak hanya di Indonesia tapi juga hingga ke Vietnam.
Sosok di balik Avoskin
Adalah nama Anugrah Pakerti, CEO Avoskin, yang memulai bisnisnya dengan melihat peluang dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat kulit.
Semakin banyak masyarakat menyadari pentingnya merawat kulit, semakin banyak pula permintaan akan produk perawatan kulit yang berkualitas, namun tetap dengan harga terjangkau.
Sayangnya, produk perawatan wajah yang harganya murah meriah biasanya belum terjamin keamanan dan kandungannya.
Fenomena inilah yang dimanfaatkan oleh Anugrah untuk mengembangkan produk perawatan kulit berbahan alami dan dengan harga yang terjangkau.
Mengutip laman resmi Avoskin, Anugrah mengatakan awal mula membuka bisnis karena banyak teman-temannya yang menggunakan produk perawatan kulit dengan bahan berbahaya, tidak memiliki izin BPOM, serta menjanjikan hasil yang instan.
Saat itulah dia mencari solusi agar mereka bisa memakai produk yang lebih aman dengan mendirikan brand skincare Avoskin pada 2014.
Dia dan dua orang temannya mengawali bisnis skincare di sebuah kamar kos berukuran hanya 2,5 x 3 meter di Yogyakarta. Mereka bertekad untuk menjadikan brand lokal ini sebagai kebanggaan masyarakat Indonesia, sekaligus menjadi solusi perawatan kulit yang alami dengan komposisi yang aman.
Di awal mendirikannya, pria yang kerap disapa Aan itu pun menghadapi berbagai tantangan. Pasalnya, dia mendirikan bisnisnya sambil menyelesaikan kuliah S1 Teknik Informatika di Universitas Islam Indonesia (UII).
Tak jarang, pria kelahiran Blora, 16 September 1993 itu harus mengorbankan waktu tidur dan istirahatnya untuk skripsi dan bisnisnya.
Kini, bisnisnya berhasil dan menjadi salah satu brand perawatan kulit lokal paling ternama di Indonesia. Di beberapa acara pameran kecantikan pun boothnya selalu menjadi yang paling strategis dan mewah.
Tak hanya itu, Avoskin juga jadi salah satu skincare lokal yang sering menuai respons positif dari beauty enthusiast terkait inovasi produknya. Setiap produk Avoskin yang rilis di pasaran selalu diserbu habis oleh para pencinta skincare.
Selain di Indonesia, Avoskin juga kini sudah melebarkan sayap dengan diekspor ke negara lain di Asia seperti ke Vietnam.