Bisnis.com, JAKARTA - Tiktok di Indonesia resmi dilarang transaksi jual beli imbas banyaknya keluhan dari pedagang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang dagangannya menjadi sepi.
Tiktok shop disebut menjadi penyebab sepinya pedagang di pasar. Salah satu penyebabnya adalah karena Tiktok shop menjadi salah satu jembatan produk impor yang dijual dengan harga yang sangat murah.
Produk impor murah meriah yang ditawarkan tersebut diduga menggerus pasar pengusaha UMKM dan pedagang yang berjualan secara fisik.
Tiktok menjadi sorotan karena sebagai media sosial menawarkan teknologi baru untuk berjualan seperti di e-commerce. Beberapa cara berjualan yang bisa digunakan melalui fitur di Tiktok di antaranya live streaming dan pemasaran menggunakan video pendek.
Di sana, para pedagang tak hanya bisa memasarkan barang jualannya, tapi juga bisa menaruh barang dagangannya dalam "keranjang kuning" yang bisa dilihat oleh orang-orang yang menonton videonya.
Namun, kemudian kemudahan berjualan itu dimanfaatkan pedagang untuk lebih menarik pelanggan dengan memasarkan produk impor murah meriah, yang ddiduga menjadi akar masalah sepinya pedagang toko di pasar fisik.
Baca Juga
Sejarah Tiktok
Tiktok merupakan aplikasi media sosial besutan ByteDance yang dimulai dari perilisan aplikasi Neihan Duanzi, untuk berbagi jokes, meme, hingga video humor.
Namun aplikasi itu ditutup pada 2018 karena bermasalah dengan pemerintah China. Kemudian, ByteDance kembali mendirikan Douyin, aplikasi short form video.
Baru pada 2015, ByteDance kembali mendirikan aplikasi lain yang berupa hiburan yaitu TikTok yang kemudian berhasil menarik perhatian para pengguna internet di seluruh dunia hingga memiliki phampir 2 miliar pengguna.
Sosok di Balik Tiktok
Di balik berdirinya Tiktok dan ByteDance, ada nama Zhang Yiming, yang mendirikan ByteDance Technology sejak tahun 2012 dan berkantor pusat di Beijing.
Zhang sendiri merupakan lulusan dari software engineering yaitu di Nankai Univercity Beijing. Selain menguasai bidang software engineering, Zhang juga memang menyukai bidang bisnis. Hal ini yang membuat dirinya memutuskan untuk terjun ke dunia bisnis teknologi.
Zhang sempat bekerja di beberapa perusahaan, lalu bersama rekannya Liang Rubo pada tahun 2009 mendirikan startup 99fang, mesin pencari real estat yang berakhir gagal.
Zhang mengundurkan diri sebagai ketua ByteDance pada November 2021 setelah mengundurkan diri sebagai CEO pada Mei di tahun yang sama, dikabarkan karena adanya tekanan dari pemerintah China kala itu, di tengah spekulasi bahwa TikTok mungkin dilarang di pasar AS.
Zhang memiliki 20 persen saham ByteDance, yang valuasinya makin terpuruk, termasuk dengan adanya masalah penutupan Tiktok Shop di Indonesia.
Zhang memulai ByteDance pada tahun 2012 di sebuah apartemen dengan empat kamar tidur di Beijing dan meluncurkan aplikasi agregasi berita Toutiao beberapa bulan kemudian.
Kekayaan Zhang Yimin diperkirakan Forbes mencapai US$39,1 miliar atau sekitar Rp586 triliun.
Pada akhir Mei 2023 lalu, dia dikabarkan mendirikan dana investasi swasta di Hong Kong, karena terus menghindari sorotan sejak melepaskan peran perusahaannya dua tahun lalu.
Dana pribadi tersebut, bernama Cool River Venture, terutama akan berinvestasi di industri terkait teknologi.
Pengusaha Tiongkok berusia 40 tahun ini menghabiskan sebagian besar waktunya tahun lalu di luar negeri, sebagian besar berbasis di Singapura, menurut laporan outlet berita teknologi The Information pada bulan September. CEO TikTok Chew Shou Zi juga berbasis di negara Asia Tenggara.
Hanya sedikit orang yang mengetahui keberadaan dan rencana perjalanan Zhang pada hari tertentu.
Bulan ini, biro pendidikan di kota asal Zhang, Longyan, di provinsi Fujian, Tiongkok tenggara, mengumumkan bahwa ia menyumbangkan 200 juta yuan (US$28,9 juta) untuk dana pendidikan yang ia bentuk dengan 500 juta yuan pada tahun 2021.
Pernyataan pemerintah tersebut menggunakan foto lama Zhang bertanggal dua tahun lalu.