Bisnis.com, JAKARTA – Elon Musk dan Steve Jobs, dua pengusaha teknologi paling terkenal di dunia ini ternyata memiliki banyak kesamaan, setidaknya menurut penulis biografi mereka.
Penulis biografi Elon Musk, Walter Isaacson, pernah mengatakan bahwa CEO Tesla ini "dalam beberapa hal merupakan Steve Jobs di zaman kita."
Sepanjang buku barunya tentang Musk, Isaacson berulang kali membandingkan CEO Tesla ini dengan Jobs. Mulai dari kepribadian dan gaya manajemen, hingga kelemahan terbesar mereka.
Berikut ini adalah beberapa kesamaan dan satu perbedaan utama yang diidentifikasi Isaacson antara Jobs dan Musk dilansir dari Bussiness Insider.
Garis Kelam
Isaacson mengatakan bahwa Musk memiliki "sifat gelap", sebuah pola pikir yang membuat Musk kurang berempati dan akan cenderung menuntut para pekerjanya untuk mengejar tenggat waktu yang tidak realistis.
Penulis biografi ini mengatakan bahwa baik Job maupun Musk bahkan memiliki frasa sama yang mereka gunakan untuk mengkritik seorang karyawan: "Itu adalah hal terbodoh yang pernah saya dengar."
Baca Juga
Tapi penulis biografi tersebut mengatakan bahwa kedua orang tersebut tidak memiliki banyak empati dan sebagai hasilnya, mereka lebih bisa fokus untuk mencapai misi yang lebih besar.
Mereka "tidak memiliki naluri untuk bersahabat"
Isaacson mengatakan bahwa kedua orang tersebut bisa jadi sulit untuk diajak bekerja sama dan pertemanan tidak datang secara alami kepada Jobs atau Musk.
Isaacson mengatakan bahwa baik Jobs maupun Musk mengambil peran sebagai "laki-laki alfa" dan melakukan kontrol tingkat tinggi bahkan terhadap detail-detail yang paling kecil di perusahaan mereka.
Memiliki kelemahan yang sama
Isaacson mengatakan bahwa rasa urgensi yang kuat dari kedua pria tersebut dan harapan yang tinggi terhadap karyawan menjadi kelemahan terbesar mereka. Mereka cenderung untuk menetapkan tenggat waktu yang terlalu ambisius.
Isaacson menulis dalam biografi Musk bahwa Jobs memiliki "bidang distorsi realitas" yang serupa.
Jobs dilaporkan memberikan tenggat waktu dua minggu kepada para insinyur yang bekerja pada iPhone asli untuk menentukan visi perangkat lunak untuk perangkat tersebut, dan mengancam akan mengalihkan pekerjaan tersebut ke tim lain jika mereka tidak dapat menyelesaikannya tepat waktu, demikian menurut The Wall Street Journal.
Di Tesla dan SpaceX, Musk dikenal sebagai sosok yang mengejar tenggat waktu yang terus bergeser. Sebagai contoh, miliarder ini telah menjanjikan mobil swakemudi akan segera hadir sejak tahun 2015 dan telah menggeser tenggat waktu untuk Cybertruck Tesla beberapa kali dalam dua tahun terakhir.
Isaacson mencatat bahwa penentuan ketat Musk dan Jobs terhadap tenggat waktu dapat "melemahkan semangat", namun hal ini juga memungkinkan perusahaan mereka untuk mengungguli para pesaing mereka.
Kedua pria itu "memiliki kecintaan terhadap kesederhanaan"
Punya naluri desain yang serupa
Desain bukan hanya tentang estetika, desain industri yang sebenarnya harus menghubungkan tampilan produk dengan tekniknya.
Dalam biografi Musk, Isaacson juga menunjukkan kemiripan antara gagang pintu flush Tesla dan gagang iMac Apple tahun 1998. Keduanya merupakan desain yang tidak banyak membantu dalam hal fungsionalitas, tetapi bertujuan untuk meningkatkan "keramahan" dan aksesibilitas produk.
Baik Jobs maupun Musk juga memahami pentingnya menciptakan "buzz" di sekitar produk mereka yang "mengubahnya menjadi objek keinginan," tulis Isaacson.
Perbedaan utama antara Jobs dan Musk
Penulis biografi tersebut mengatakan bahwa meskipun keduanya memiliki tingkat intensitas dan visi yang sama untuk produk mereka, Musk merupakan seorang insinyur yang lebih berpengalaman dibandingkan Jobs.
"Meskipun saya pikir Steve Jobs adalah seorang yang sangat jenius, Steve Jobs akan mendesain sebuah produk, entah itu Mac atau iPhone, dan kemudian produk tersebut akan dilemparkan ke suatu fasilitas produksi di Cina atau semacamnya. Dia tidak pernah mengunjungi pabrik tersebut," kata Isaacson bulan lalu di sebuah acara yang diselenggarakan oleh Economic Club of New York.
Musk menghabiskan sekitar 10 kali lebih banyak waktu untuk berada di pabrik daripada di ruang desain, dan dia percaya bahwa mendesain mesin yang membuat mesin itu lebih penting daripada mendesain produk aslinya," tambahnya. (Kresensia Kinanti)