Bisnis.com, JAKARTA - Daftar orang terkaya di dunia versi majalah Forbes dimulai pada 1987 dan orang pertama yang menduduki peringkat pertama dalam daftar itu adalah Yoshiaki Tsutsumi.
Pada zaman sebelum adanya Google dan web, para reporter kekayaan Forbes menjelajahi dunia, melakukan panggilan telepon, melakukan perjalanan dari Amerika ke berbagai penjuru dunia dan membaca berbagai dokumen untuk mengungkap dan menentukan orang terkaya di dunia.
Saat itu, mereka berhasil menemukan orang terkaya di dunia, Yoshiaki Tsutsumi dari Jepang, bersama dengan 95 orang lainnya di luar AS.
Lantas siapakah Yoshiaki Tsutsumi?
Melansir Forbes, Yoshiaki Tsutsumi adalah pria kelahiran 29 Mei 1934. Dia adalah anak konglomerat properti Jepang pada masa itu, Yasujiro Tsutsumi dan Ishizaka Tsuneko.
Yoshiaki tumbuh di pinggiran Kota Tokyo bersama dua adiknya dan menempuh pendidikan tinggi dan mendapat gelar dari Waseda University.
Yoshiaki adalah seorang pengusaha yang mewarisi kekayaan ayahnya. Dia menjadi presiden Seibu Railway Co. dan pemegang saham utama di Kokudo Keikaku, Pemilik perusahaan kereta api swasta terbesar di Jepang.
Baca Juga
Sebagai pimpinan, Tsutsumi fokus pada pengembangan dan perluasan kepemilikan tanah luas yang diwarisi dari ayahnya. Pada suatu saat, perusahaannya diyakini memiliki seperenam dari seluruh tanah di Jepang.
Yoshiaki membangun banyak hotel, taman hiburan, resor, lapangan golf, dan pusat olah raga berdekatan dengan jaringan jalur kereta api yang memancar dari Tokyo.
Pada awal 1990-an, dia juga menjadi pemilik tanah swasta terbesar di Jepang dan, karena kenaikan nilai real estat Jepang yang spektakuler, dia menjadi salah satu orang terkaya di dunia.
Pada masa kejayaannya sebagai orang terkaya di dunia, kekayaan Yoshiaki mencapai US$20 miliar atau setara dengan US$53,6 miliar atau Rp838,56 triliun.
Selama gelembung ekonomi Jepang, Forbes mencantumkan Tsutsumi sebagai orang terkaya di dunia pada 1987–1994 karena investasi real estatnya yang besar melalui Seibu Corporation, yang ia kendalikan.
Namun, masa kejayaannya runtuh pada 2005 ketika The Wall Street Journal edisi 17 Januari 2005 mempublikasikan investigasi terhadap Tsutsumi dan Seibu Corporation. Menurut surat kabar tersebut, kantor pusat perusahaan Seibu digerebek oleh polisi, yang diduga menemukan bukti beberapa insiden pelanggaran hukum bisnis di Jepang.
Skandal itu awalnya dibuka pada 2002 di Jepang, setelah itu Tsutsumi diperintahkan oleh pengadilan untuk keluar dari perusahaan tersebut, namun dia tetap di sana, meskipun dengan gaji yang jauh lebih rendah.
Akibat serangkaian skandal dan penangkapannya pada tahun 2005, kekayaan bersihnya anjlok hingga dia keluar dari daftar miliarder Forbes pada 2007.