Bisnis.com, JAKARTA -- Pionir jam tangan pintar, Garmin, sudah berdiri selama 35 tahun. Perusahaan ini tak sekadar memproduksi jam tangan pintar untuk olahraga, tapi juga untuk berbagai bidang seperti penerbangan, kelautan, dan otomotif.
Berawal dari industri produk navigasi, di balik kehadiran jam tangan pintar ini, ada pula sosok insinyur jenius yang sempat menjadi ilmuwan yang berperan untuk NASA.
Mengutip laman resminya, Garmin didirikan pada 1989 oleh sarjana kelistrikan pada saat itu, Gary Burrell dan Min H. Kao. Nama Garmin sendiri dibuat dari gabungan nama kedua pendirinya.
Gary lahir di Kansas, dan merupakan lulusan Rensselaer Polytechnic Institute. Sementara Min lahir di Zhushan, Taiwan, dan meraih gelar doktor dalam bidang teknik kelistrikan di University of Tennessee.
Keduanya sempat menggarap teknologi penempatan satelit kelas tinggi terdahulu saat bekerja di bawah mantan bos mereka dalam proyek untuk Departemen Pertahanan AS.
Keduanya juga mengawali kerja sama dengan mengintegrasikan teknologi Global Positioning System (GPS) ke dalam perangkat navigasi untuk berbagai pasar.
Baca Juga
Di antara para pendirinya, Garmin berhasil melahirkan miliarder dunia, yakni Min Kao, yang melansir Forbes memiliki kekayaan US$5,2 miliar atau setara dengan Rp84,46 triliun.
Profil Min Kao
Kao, yang merupakan pria kelahiran Taiwan pada 1949 memiliki gelar sarjana teknik elektro dari National Taiwan University. Dia kemudian datang ke AS dari Taiwan pada tahun 1970-an dan memperoleh gelar master dan Ph.D. di bidang teknik di Universitas Tennessee.
Karirnya dimulai di Universitas Tennessee di mana dia memperoleh gelar master dan Ph.D. di bidang teknik elektro dan terlibat dalam penelitian untuk NASA dan Angkatan Darat AS.
Kao diberi penghargaan atas terobosan desain dan rekayasa teknologi perangkat lunak GPS yang membentuk fondasi lini produk asli Garmin.
Sebagai Ketua Eksekutif, Kao memberikan dukungan berkelanjutan terhadap proses perencanaan strategis dan pengembangan bisnis perusahaan dan terus menjabat sebagai ketua dewan direksi.
Sebelum mendirikan Garmin, Kao sempat menjabat sebagai analis sistem di Teledyne Systems untuk sistem inersia, navigasi radio, dan pengendalian kebakaran.
Saat berada di Magnavox Advanced Products, dia juga pernah merancang algoritma filter Kalman untuk peralatan pengguna GPS Tahap II.
Dia kemudian menjabat sebagai pemimpin kelompok teknik di King Radio Corporation dan AlliedSignal, di mana dia memimpin pengembangan navigator GPS pertama yang disertifikasi oleh FAA.
Setelah berkecimpung di Garmin sejam 1989, Kao mengundurkan diri sebagai CEO pada 2012 sementara tetap menjadi Kepala Eksekutif dan anggota dewan.
Usaha yang membawanya menjadi miliarder itu juga menjadikannya seorang dermawan. Pada 2005, Kao menyumbangkan US$17,5 juta kepada Fakultas Teknik Universitas Tennessee. Sekitar US$12,5 juta di antaranya ditujukan untuk pembangunan fasilitas baru.
Selain itu, pada 2014, Kao juga mendonasikan US$1 juta kepada Fakultas Teknik Universitas Kansas untuk pembangunan laboratorium desain teknik kelistrikan dan komputer. Kemudian, pada 2015, Kao mendonasikan US$1 juta kepada Kansas State University College of Engineering untuk membangun empat laboratorium.